SIMON PETRUS
PART 4 : PEMULIHANNYA
Yoh 21:15-23 – (15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." (19) Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
Pendahuluan :
1. Kita sudah membicarakan pertobatan Petrus dalam seri sebelumnya dan satu hal yang saya kira tidak boleh dilewatkan adalah percakapan Yesus dan Petrus di pantai Tiberias pasca kebangkitan Yesus (Yoh 21) yang saya anggap sebagai sebuah pemulihan khusus bagi Petrus.
2. Kita tahu bahwa terakhir kali Yesus berbicara dengan Petrus adalah di taman Getsemani, dan setelah itu sama sekali tak ada dialog lagi dengan Petrus.
3. Satu-satunya kontak terakhir Yesus dan Petrus adalah ketika tatapan mata mereka bertemu di kediaman iman besar ketika Yesus diinterogasi dan Petrus selesai menyangkal Yesus 3 kali. Setelah itu Yesus menjalani serangkaian pengadilan dan penyesahan hingga Ia disalibkan, mati dan dikuburkan.
4. Jadi biar pun pada malam di mana Petrus menyangkal Yesus, ia telah menyesali perbuatannya dan bertobat dan pasti ia diampuni oleh Allah, tapi rasanya tidak lengkap jikalau Petrus belum berjumpa langsung dengan Sang Guru yang telah ia khianati itu.
5. Perjumpaannya dengan Yesus akan penting demi pemulihan dan peneguhannya setelah penyangkalan/kejatuhannya yang begitu dalam.
Ilustrasi : Bagaimana perasaan anda setelah berbuat sebuah kesalahan pada seseorang dan anda tahu bahwa orang itu pemaaf, tetapi setelah peristiwa itu dia sama sekali tidak berbicara dengan anda? Yang akan terjadi adalah anda akan merasa terus terpuruk dalam penyesalan dan rasa bersalah.
6. Fakta bahwa Yesus setelah kebangkitan-Nya menjumpai para murid-Nya dan berdialog secara khusus dengan Petrus membuktikan bahwa Yesus sendiri mempunyai inisiatif untuk memulihkan Petrus pasca penyangkalannya.
7. Fakta lain yang menguatkan bahwa Yesus memang berencana untuk memulihkan Petrus adalah Ia merancangkan dan mengatur segala hal sehingga kondisinya sangat mirip dengan sikon pada kisah panggilan Petrus pertama kalinya (Mat 4 :18-22 ; Luk 5 :1-11).
· Kedua peristiwa itu sama-sama terjadi di danau Tiberias/Galilea/Genezaret. (Luk 5:1; Mat 4:18 ; Yoh 6:1; 21:1).
· Dalam 2 peristiwa ini murid-murid mengalami hal yang sama yakni tidak menangkap apa-apa. (Luk 5:5 ; Yoh 21:5).
· Dalam 2 peristiwa ini Yesus memerintahkan mereka menebarkan jala setelah mereka tidak menangkap apa-apa. (Luk 5:4; Yoh 21:6).
· Dalam 2 peristiwa ini terjadi mujizat di mana murid-murid menangkap ikan yang sangat banyak. (Luk 5:6-7,9 ; Yoh 21:6,8)
· Dalam 2 peristiwa ini Petrus mendapatkan sorotan khusus. (Luk 5:8 ; Yoh 21:7)
· Dalam 2 peristiwa ini ada dialog dan panggilan khusus bagi Petrus. (Luk 5:10 ; Yoh 21:16).
· Dalam 2 peristiwa ini ada murid-murid akhirnya mengikut Yesus. (Luk 5:11; Yoh 21:19)
Kesimpulan : Bukan kebetulan kedua peristiwa ini mirip. Sangat mungkin Yesus ‘menciptakan’ peristiwa yang sangat mirip dengan peristiwa ketika Ia memanggil murid-murid untuk pertama kalinya dengan maksud untuk meneguhkan mereka bahwa mereka akan tetap dipakainya untuk menjadi penjala manusia. Panggilan dan rencana-Nya tidak berubah meskipun mereka (secara khusus Petrus) sudah mengalami kegagalan atau kejatuhan. Jadi perjumpaan di danau Tiberias sebenarnya dalam rangka pemulihan murid-murid terutama Petrus.
Kalkun : Kita akan mempelajari teks ini dan melihat 3 hal yang Yesus bicarakan berkaitan dengan pemulihan Petrus :
I. YESUS MEMBICARAKAN TENTANG KASIH PETRUS.
1. Hal pertama yang dibicarakan Yesus secara khusus dengan Petrus adalah masalah kasih di mana Yesus mempertanyakan kasih Simon Petrus kepada-Nya.
2. Menariknya adalah pertanyaan ini bahkan diulang sampai 3 kali.
Yoh 21:15-17 – (15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" …. (16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" …. (17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?"
3. Mengapa pertanyaan ini diulang sampai 3 kali? Ada pendapat yang mengatakan bahwa Yesus mengulang pertanyaan ini sampai 3 kali karena Petrus ternyata tidak memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan Yesus.
· Dalam teks Yunani, Yesus bertanya dengan menggunakan kata kasih “AGAPAO” (kasih ilahi) sedangkan Petrus menjawabnya dengan kata kasih yang lain yakni “PHILEO” (kasih persahabatan).
Yoh 21:15-16 – (15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yun. “AGAPAO”) Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yun. “PHILEO”) Engkau."…. (16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yun. “AGAPAO”) Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yun. “PHILEO”) Engkau."….”
· Nanti pada pertanyaan yang ke 3 baru Yesus bertanya dengan menggunakan kata “PHILEO” dan dijawab Petrus dengan “PHILEO” juga.
Yoh 21:17 : Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yun. “PHILEO”) Aku?" ….Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yun. “PHILEO”) Engkau." ….”
· Banyak penafsir yang sangat membedakan kata “AGAPAO” (kata bendanya AGAPE), dengan kata PHILEO (kata bendanya PHILIA).
A. T. Robertson : Di sini Petrus tidak membuat klaim tentang kasih yang lebih tinggi dan melewati ‘lebih dari ini’ dan bahkan tidak menggunakan kata dari Kristus AGAPAO untuk kasih yang tinggi dan penuh dedikasi, tetapi kata yang lebih rendah hati PHILEO untuk kasih sebagai seorang sahabat.
· Karena itu mereka beranggapan bahwa Petrus sebenarnya tidak memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan. Dan itu juga menunjukkan bahwa kasih Petrus kepada Yesus masih rendah. Yesus membutuhkan kasih yang lebih tinggi daripada sekedar kasih “PHILEA”. Dan karena itu Ia bertanya hingga 3 kali.
· Jikalau pada pertanyaan ketiga Yesus tidak menggunakan kata “AGAPAO” lagi melainkan “PHILEO”, mereka menafsirkan bahwa tadinya Yesus mempertanyakan kasih yang lebih tinggi, tetapi sekarang, kasih yang lebih rendah pun dipertanyakan.
A. T. Robertson : Kali ini Yesus mengambil kata “PHILEO” yang digunakan oleh Petrus dan mempertanyakannya…. Petrus tertusuk hatinya karena Yesus mempertanyakan kata kerja ini,…”. (Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321).
4. Biar pun tafsiran ini menarik, tetapi saya tidak setuju dengan pembedaan kedua kata Yunani ini di mana “AGAPE” dianggap sebagai kasih ilahi yang lebih tinggi daripada “PHILEO”. Alasannya adalah kedua kata ini sering dipakai secara “interchangeable” (dapat dibolak-balik). Misalnya :
· Kasih Bapa kepada Anak kadang digambarkan dengan menggunakan kata “AGAPE”, kadang menggunakan kata “PHILEO”.
Yoh 3:35 - Bapa mengasihi (Yun. “AGAPAO”) Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.
Yoh 5:20 - Sebab Bapa mengasihi (Yun. “PHILEO”) Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, ….”
Note : Jikalau “AGAPE” memang lebih tinggi dari “PHILEO” berarti kasih Bapa kepada Anak kadang-kadang tinggi, kadang-kadang rendah?
· Kasih Allah kepada manusia kadang digambarkan dengan menggunakan kata “AGAPE”, kadang menggunakan kata “PHILEO”.
Yoh 3:16 - Karena begitu besar kasih (Yun. “AGAPAO”) Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, …”
Yoh 16:27 - sebab Bapa sendiri mengasihi (Yun. “PHILEO”) kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah.
Note : Jikalau “AGAPE” memang lebih tinggi dari “PHILEO” berarti kasih Allah kepada manusia kadang-kadang tinggi, kadang-kadang rendah?
· Kasih Yesus kepada manusia, kadang digambarkan dengan menggunakan kata “AGAPE”, kadang menggunakan kata “PHILEO”.
Yoh 11:3,5 – (3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi (Yun. “PHILEO”), sakit." (5) Yesus memang mengasihi (Yun. “AGAPAO”) Marta dan kakaknya dan Lazarus.
Note : Coba tidak usah memperhatikan Marta dan kakaknya (Maria). Perhatikan saja kasih Yesus kepada Lazarus. Ayat 3 mengatakan Yesus “PHILEO” kepada Lazarus tetapi ayat 5 mengatakan Yesus “AGAPAO” kepada Lazarus. Jika “PHILEO” lebih rendah dari “AGAPAO” bagaimana mungkin pada saat yang bersamaan Yesus mengasihi Lazarus dengan kasih yang rendah dan tinggi?
· Dan masih banyak kasus yang lain seperti penyebutan Yohanes bagi dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus”, kasih manusia kepada manusia, kasih manusia kepada Yesus. Dalam kasus-kasus ini kata “kasih” yang digunakan kadang adalah “AGAPAO” kadang “PHILEO”.
Kesimpulan : Kedua kata ini tidak berbeda. Itu adalah 2 kata dengan pengertian yang sama. Dengan demikian menganggap bahwa kasih Petrus kepada Yesus adalah kasih yang lebih rendah dari yang dituntut oleh Yesus dan karena itu Yesus menanyakan masalah ini hingga 3 kali adalah tafsiran yang keliru.
5. Kalau begitu mengapa Yesus bertanya sampai 3 kali? Kelihatannya ini ada hubungannya dengan penyangkalan Petrus sebanyak 3 kali. Ini dibuktikan dengan ketika pertanyaan ke 3 disampaikan, Petrus lalu menjadi sedih.
Yoh 21:17 : Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" …”
Note : Mengapa Petrus tidak sedih pada pertanyaan pertama dan kedua dan baru ketiga baru ia sedih? Kelihatannya dia menjadi sadar bahwa pertanyaan yang diulangi Yesus hingga 3 kali ini memang disengaja dalam kaitan dengan penyangkalannya 3 kali.
Matthew Henry : “…hal itu mengingatkan dirinya akan penyangkalannya sebanyak tiga kali terhadap Kristus…” (Injil Yohanes 12-21, hal.1453).
6. Juga sesuai dengan gaya Rabinik Yahudi, jika suatu kata/pernyataan/pertanyaan diulang hingga 3 kali, itu menunjukkan pesan itu begitu serius, penting dan ditekankan. Bandingkan :
Yos 1:6-9 – (6) Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka…. (7) Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, …. (9) Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, ..."
1 Yoh 5:18-20 – (18) Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; …. (19) Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. (20) Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, …”
7. Jadi selain karena alasan Petrus menyangkal Yesus 3 kali, memang pertanyaan tentang kasih Petrus kepada Yesus ini dianggap begitu penting dan serius oleh Yesus.
8. Petrus telah menyangkal Yesus 3 kali dan adalah masuk akal bagi Yesus untuk kembali mempertanyakan kasih Petrus kepada-Nya. Dan pertanyaan ini diulang 3 kali menunjukkan kerasnya ujian / testing yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus dalam persoalan kasih kepada-Nya.
Pulpit Commentary: Adalah benar bahwa kasih Petrus diuji dengan keras.... Ia menyangkal Kristus 3 kali, dan 3 kali pertanyaan tentang kasih diajukan kepadanya. Suatu kapal yang rusak harus diperiksa dan diperbaiki dengan baik sebelum dikirim ke laut lagi.
9. Jadi inti dari semuanya adalah kasih kepada Yesus adalah sesuatu yang sangat penting, sangat serius, sangat ditekankan dan dibutuhkan dari para pengikut Yesus.
Matthew Henry – “Apakah engkau mengasihi Aku?” Jika kita hendak menguji apakah kita memang adalah murid Kristus, ini harus kita pertanyakan, apakah kita mengasihi-Nya? (Injil Yohanes 12-21, hal. 1448).
10. Renungkan ini dan bertanyalah kepada diri kita masing-masing, apakah kita mengasihi Yesus atau tidak? Kalau saudara tidak mengasihi Yesus maka pada hakikatnya saudara bukan bukan Kristen.
11. Lalu kasih macam apakah yang dituntut Yesus dari Petrus?
Yoh 21:15 - Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?"…”
KJV - So when they had dined, Jesus saith to Simon Peter, Simon, son of Jonas, lovest thou me more than these? He saith unto him, Yea, Lord; thou knowest that I love thee.….”
ESV - When they had finished breakfast, Jesus said to Simon Peter, "Simon, son of John, do you love me more than these?" …”
Note : “More than these” = lebih dari ini? (tidak ada kata “mereka”)
12. Karena itu kata “these” ini bisa menunjuk pada ikan-ikan (yang baru ditangkap), dan pekerjaan menjala ikan (yang baru saja dilakukan), atau kepada para murid yang lain (yang ada di situ).
13. Jadi pertanyaan ini mempunyai 3 kemungkinan arti :
· Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari perahu, jala, seluruh pekerjaan menjala ikan ini?
· Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi murid-murid-Ku yang lain?
· Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada murid-murid yang lain mengasihi Aku?
14. Dari 3 kemungkinan ini, kebanyakan penafsir memilih yang ketiga mengingat bahwa dulu ia menganggap diri lebih dari yang lain (Mat 26:33).
Mark 14:29 - Kata Petrus kepada-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak."
15. Sekarang ketika menjawab pertanyaan Yesus, ia tidak lagi berani bersikap demikian, karena itu ia hanya menjawab tanpa membandingkan kasihnya dengan kasih dari murid-murid yang lain.
Yoh 21:15 - Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Wycliffe Bible Commentary : “Sebagian orang menganggap bahwa kata ‘these’ menunjuk kepada perlengkapan memancing / menjala. Seandainya ini yang dimaksudkan, Petrus bisa menjawab tanpa menghindar…. Fakta bahwa Yesus memeriksa / menyelidiki kasih Petrus di depan saudara-saudaranya menunjukkan bahwa mereka terlibat. Petrus pernah membanggakan bahwa ia akan tetap setia sekalipun yang lain tidak (Mark 14:29).
Note : Yang dimaksudkan dengan ‘menghindar’ dalam komentar di atas adalah bahwa dalam jawabannya Petrus menghindari perbandingan. Jadi, ia tidak mengatakan, ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau lebih dari mereka’. Penghindaran ini pasti tidak dibutuhkan seandainya Yesus memang membandingkan kasih Petrus kepada-Nya dengan kasih Petrus pada pekerjaan memancing.
16. Walaupun demikian maksud pertanyaan Yesus, tetapi 1 hal yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa Tuhan memang menuntut kasih kepada Dia harus melampaui segala sesuatu di dunia ini.
Mat 10:37 : Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Luk 14:26 - "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Mat 22:37, 39 – (37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Note : Kasih kepada Allah harus dilakukan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, tapi kasih kepada sesama dan diri sendiri tidak dikatakan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi seperti kasih kepada Tuhan. Ini berarti bahwa kasih kepada Allah memang harus lebih tinggi/melampaui kasih kepada sesama dan diri sendiri.
17. Tanpa kasih seperti ini maka seperti kata-kata Yesus, kita tidak layak bagi Dia.
18. Pengalaman hidup tokoh-tokoh Alkitab dapat kita jadikan sebagai teladan dalam hal mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu.
· Abraham :
- Ia lebih mengasihi Allah daripada segala macam kemapanan yang sudah dia dapatkan di Mesopotamia ketika ia taat panggilan Tuhan untuk meninggalkan kampung halamannya (Kej 12).
- Ia juga lebih mengasihi Allah daripada anak tunggalnya Ishak sehingga ia mau mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran bagi Tuhan.
· Ayub : Ia lebih mengasihi Allah daripada segala macam harta bendanya sehingga ketika harta bendanya musnah, ia masih tetap beriman kepada Allah (Ayub 1-2) sehingga ia bisa berkata “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayub 1:21).
· Musa : Ia lebih mengasihi Allah daripada semua kemewahan Mesir sehingga ia lebih memilih menderita bersama umat Allah. (Ibr 11:24-26)
· Paulus : Ia lebih mengasihi Kristus daripada semua prestasi dan prestisenya di masa lalu bahkan ia menganggap semuanya sebagai sampah.
Fil 3:7-8 – (7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.
19. Pertanyaannya sekarang adalah apakah saudara adalah orang yang mengasihi Tuhan? Jika ya, apakah kasih saudara kepada Tuhan melampaui kasih kasih saudara terhadap segala hal di dunia ini?
Matthew Henry : Mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Kristus adalah yang mengasihi Dia lebih daripada segala kesenangan jasmani dan segala keuntungan di dunia ini….Mereka yang tidak mengasihi Kristus dengan benar adalah mereka yang tidak mengasihi-Nya lebih daripada sahabat baik mereka di dunia ini. (Injil Yohanes 12-21, hal.1449-1450).
20. Rasul Yohanes di akhir suratnya (1 Yohanes) memberikan nasihat kepada umat Tuhan :
1 Yoh 5:21 - Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.
21. Banyak penafsir yang menafsirkan bahwa ayat tersebut bukan hanya berurusan dengan patung berhala, tetapi juga dengan segala sesuatu yang kita dewakan / paling utamakan / cintai dalam hidup kita.
Herschel H. Hobbs: “An idol is anything or anyone standing between you and God” (Suatu berhala adalah apa pun atau siapa pun yang berdiri / berada di antara engkau dan Allah).
Charles H. Spurgeon : “Anything becomes an idol when it keeps us away from God” (Segala sesuatu menjadi berhala kalau hal itu menjauhkan kita dari Allah).
22. Karena itu pekerjaan dapat menjadi berhala bagi kita jika kita mengutamakan /mencintai pekerjaan kita sehingga mengganggu hubungan kita dengan Allah. Demikian juga dengan hobi, kesenangan, suami, isteri, orangtua, anak-anak, pacar, sahabat, dll. Semua itu dapat menjadi berhala kalau kita lebih mencintainya daripada Tuhan sehingga menjauhkan kita dari Tuhan.
23. Renungkan ini!
· Apakah saudara mengasihi Tuhan lebih daripada saudara segala macam pekerjaan, kesenangan, hobi dan kebanggaan-kebanggan saudara?
· Apakah saudara mengasihi Tuhan lebih daripada saudara mengasihi orangtua, suami, isteri, anak, kakak-adik, pacar, sahabat saudara?
· Apakah saudara mengasihi Tuhan lebih daripada saudara mengasihi uang, harta benda dan kekayaan saudara?
Ilustrasi : Anjing Hachiko di Jepang.
24. Kiranya kita semua merenungkan ini agar kita dapat mengasihi Tuhan dengan kasih yang melampauai segala sesuatu.
II. YESUS MEMBICARAKAN TENTANG PELAYANAN PETRUS.
1. Di samping membicarakan tentang masalah kasih, Yesus juga membicarakan masalah pelayanan yang Ia berikan kepada Petrus.
2. Hal ini nampak lewat kata-kata “Gembalakanlah domba-domba-Ku” yang Ia sebutkan di akhir dari jawaban Petrus terhadap pertanyaan “apakah engkau mengasihi Aku?”
3. Tadi sudah saya jelaskan bahwa menurut tradisi Rabinik Yahudi, 1 kata/pertanyaan/pernyataan yang diulang sebanyak 3 kali menunjukkan bahwa hal itu sangat ditekankan. Dan ternyata kata-kata “Gembalakanlah domba-domba-Ku” juga diulang sebanyak 3 kali.
Yoh 21:15-17 – (15) “… "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" … Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
4. Ini berarti bahwa perintah untuk menggembalakan domba-domba Tuhan adalah perintah yang sangat penting dan serius.
5. Bahwa perintah untuk menggembalakan domba-domba Tuhan ini diberikan kepada Petrus, oleh gereja Roma Katolik lalu dijadikan dasar bagi kepausan mereka di mana Petrus dianggap sebagai Paus pertama.
6. Tetapi jelas ini adalah penafsiran yang keliru. Tak ada jabatan istimewa yang lebih daripada murid-murid lain yang diberikan kepada Petrus di sana. Dan seandainya memang benar Petrus diberikan jabatan sebagai pemimpin universal dari gereja, atas dasar apa para Paus dianggap mewarisi jabatan Petrus itu?
7. Calvin mengatakan bahwa hal ini diucapkan oleh Yesus kepada Petrus untuk mengembalikan Petrus pada kerasulan. Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 kali, dan itu sebetulnya menjadikan ia tidak layak untuk tetap menjadi rasul. Tetapi Kristus ingin mengembalikan Petrus kepada jabatannya, atau mempertahankan Petrus dalam jabatannya. Karena itu maka Yesus juga bertanya 3 kali kepada dia ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ disusul dengan pemberian tugas pelayanan kepada dia sebanyak 3 kali pula.
8. Ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan tetap mau memakai anak-Nya yang jatuh ke dalam dosa, asal ia menyesali dosanya dan bertobat darinya.
9. Kejatuhan Petrus yang begitu dalam bukan alasan untuk tidak melayani Kristus lagi. Kristus tetap mau memakai dia.
10. Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang penuh dosa, dan bisa jatuh dalam dosa-dosa yang hebat. Asal mereka menyesali dosa-dosa itu dan bertobat darinya, tidak ada alasan mengapa mereka tidak harus melayani lagi.
11. Hal ini perlu direnungkan, dicamkan, dan diterapkan pada waktu:
· Saudara sendiri jatuh ke dalam dosa yang hebat, dan setan berbisik kepada saudara bahwa saudara tak layak lagi untuk menjadi pelayan Tuhan.
· Saudara melihat orang Kristen lain jatuh ke dalam dosa. Pada saat seperti ini jangan menganggap orang Kristen tersebut tak layak lagi melayani Tuhan. Sebaliknya hiburlah dan kuatkan orang Kristen tersebut untuk mau kembali ke dalam pelayanan.
12. Jadi sekarang Petrus diberikan tugas untuk menggembalakan domba-domba Tuhan.
13. Ada beberapa hal menarik yang perlu disimak :
a. Pelayanan ini diberikan setelah Petrus mengaku mengasihi Tuhan.
· Mengapa tugas ini baru diberikan setelah Petrus menjawab bahwa ia mengasihi Tuhan? Jelas karena kasih adalah syarat mutlak yang dibutuhkan dari seorang pelayan Tuhan.
· Ada banyak orang yang melakuklan pekerjaan Tuhan tanpa mengasihi Tuhan (mungkin karena kewajiban saja, karena uang, karena popularitas, dll) dan ada banyak orang yang mengaku mengasihi Tuhan tetapi tidak melakukan/terlibat dalam pekerjaan Tuhan.
· Tapi di sini yang Tuhan tuntut adalah kasih yang sungguh-sungguh kepada Dia sebagai dasar dari pelayanan.
· Mengapa Tuhan mau kita yang melayani harus mengasihi Dia terlebih dahulu?
Matthew Henry : Kristus sedemikian memperhatikan umat-Nya sehingga Ia tidak akan mempercayakan mereka kepada siapa pun kecuali kepada orang yang mengasihi Dia. Orang yang mengasihi Dia akan mengasihi juga segala milik-Nya demi Dia. Mereka yang tidak sungguh-sungguh mengasihi Kristus tidak akan pernah sungguh-sunggh mengasihi jiwa-jiwa manusia. Dengan sendirinya mereka tidak akan mempedulikan keadaan jiwa-jiwa itu sebagaimana seharusnya. Seorang pelayan tidak akan mengasihi pekerjaannya jika ia tidak mengasihi tuannya. (Injil Yohanes 12-21, hal. 1449).
· Jadi Tuhan mau kita mengasihi Dia karena dengan demikian kita juga akan mencintai pelayanan kita.
· Ingat bahwa melayani Tuhan itu berat dan ada banyak tantangan/kesukaran.
· Kata “Gembalakanlah” dalam ayat 15 dan 17 diterjemahkan dari kata Yunani “BOSKE” yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ (berilah makan!).
sedangkan dalam ayat 16 digunakan kata “POIMAINO”, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ (uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ (gembalakanlah).
· Berarti tugas yang menanti Petrus di balik kata “gembalakanlah” ini bukanlah tugas yang mudah. Ini mencakup memberi makan, merawat, memelihara, dan mengurus domba-domba Tuhan.
· Lagi pula dalam ayat 15, kata “domba” di sana bukan memakai kata “ARNOS” yang berarti domba dewasa tetapi memakai kata “ARNION” yang berarti anak domba/domba kecil.
· Jadi ini sama dengan menyuruh Petrus mengurusi anak bayi dan tentu jauh lebih berat tugasnya dibandingkan dengan mengurusi orang dewasa.
· Jelas semua ini menunjukkan bahwa pekerjaan pelayanan itu sangat berat dan sukar. Itulah sebabnya dibutuhkan orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan untuk dapat melakukannya karena kasih akan membuat pekerjaan yang berat dan sukar terasa ringan.
Ilustrasi : Janda yang kawin lagi.
· Selain itu ingat juga bahwa pada saat kita melayani, setan tidak akan tinggal diam. Setan akan menyerang para pelayan Tuhan. Ia akan memakai anak-anaknya untuk memberikan begitu banyak kesulitan di dalam pelayanan.
· Setan juga bisa membawa hal-hal yang menyakitkan hati, melemahkan, menakuti, mengecewakan, dll.
· Tanpa kasih yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, seorang pelayan bisa saja lari/mengundurkan diri atau bahkan stress/frustrasi.
· Bayangkan apa yang dialami oleh nabi Amos :
Amos 7:12 : Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: "Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!
· Bayangkan apa yang dialami oleh Paulus dalam pelayanan :
2 Kor 11:24-31 : (24) Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, (25) tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. (26) Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. (27) Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, (28) dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. (29) Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? (30) Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. (31) Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta.
· Siapa yang bisa bertahan dalam kondisi semacam ini? Hanya orang-orang yang mengasihi Tuhan atau yang kasih kepada Tuhan bertakhta di hatinya yang dapat bertahan/menghadapinya.
· Ingat bahwa hal ini bukan hanya berlaku bagi pendeta / gembala / majelis tetapi juga berlaku untuk guru-guru Sekolah Minggu, dan pelayan-pelayan Tuhan yang lain.
· Ingat juga bahwa sebetulnya setiap orang Kristen mempunyai tugas penggembalaan, yaitu tugas untuk mengarahkan dan mendorong dan bahkan mengajar orang-orang Kristen lain di sekitarnya ke arah yang benar.
· Karena itu kita harus sungguh-sungguh mengasihi Tuhan barulah kita bisa melayani Dia. Janganlah mengasihi Tuhan tanpa melayani Dia tetapi janganlah melayani Dia tanpa kasih kepada-Nya.
· Bagi semua yang terlibat di dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, secara khusus di gereja ini (team pelayanan/majelis), pikirkanlah ini! Apakah saudara sudah sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan apakah kasih itu yang menggerakkan saudara untuk melayani?
b. Petrus disuruh menggembalakan domba-domba Tuhan.
· Perhatikan perintah ini dengan teliti.
Yoh 21:15 : “…Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
· Ada 2 kata penting dalam ayat ini. Yang pertama adalah “Gembalakanlah”.
· Petrus disuruh menggembalakan. Dan pekerjaan menggembalakan dilakukan oleh seorang gembala. Berarti Petrus adalah seorang gembala.
· Tapi sekarang perhatikan 3 ayat berikut ini :
1 Pet 2:25 - Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
1 Pet 5:4 - Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Ibr 13:20 - Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita
· Ini berarti bahwa biarpun Petrus adalah seorang gembala tetapi gembala yang sesungguhnya, “Gembala Agung” adalah Yesus Kristus sendiri. Petrus hanya bisa melayani di bawah otoritas “Gambala Agung” ini.
Calvin - Kristus adalah satu-satunya ‘Pendeta’ atau ‘Gembala’ dari Gereja. ... Tetapi karena Ia menggunakan perantara manusia dalam memberitakan ajaran-Nya, Ia juga memberikan kedudukan-Nya sendiri kepada mereka, atau sedikitnya, membaginya dengan mereka. Karena itu, orang-orang itu dianggap sebagai ‘Pendeta-pendeta’ dalam pandangan Allah, yaitu mereka yang memerintah Gereja oleh pelayanan Firman di bawah Kristus, yang adalah Kepala mereka.
· Demikian pula setiap kita melayani, kita semua melayani di bawah otoritas Kristus.
· Nah, karena Gembala yang sesungguhnya adalah Kristus, maka domba-domba itu adalah milik Kristus. Itulah sebabnya dikatakan :
Yoh 21:15 : “…Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
· Itu berarti bahwa domba-domba itu bukan milikmu, bukan milik kita, bukan milik majelis/pendeta/penginjil, bukan milik gereja, bukan milik denominasi tapi itu adalah milik Tuhan.
Pulpit Commentary: Hendaklah setiap pendeta selalu ingat bahwa domba-domba itu bukanlah miliknya sendiri, tetapi milik Kristus. Sekalipun ia adalah gembala, penyedia / pemelihara, dan pemberi makan, tetapi ia bukanlah pemilik. Pemilik mereka adalah Kristus.
· Jadi orang Kristen bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi kata-kata ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ yang sering diucapkan oleh banyak pendeta, merupakan sesuatu yang ngawur!
· Banyak pendeta yang buka gereja seperti buka warung, karena mereka menganggap pendeta / gereja lain (yang benar) sebagai saingan, bukan sebagai rekan sekerja. Mereka tak peduli kalau ada tempat ibadah agama lain yang dibuka, atau kalau ada night club, bar dsb, yang dibuka, tetapi mereka marah kalau ada gereja baru dibuka di dekat gereja mereka. Pendeta-pendeta seperti ini perlu mencamkan bagian ini! Mereka bukan pemilik domba. Kristuslah pemilik domba. Kalau domba pindah gereja dari gereja mereka ke gereja lain, tetapi tetap ikut Kristus, itu sebetulnya bukan masalah.
· Kiranya itu juga kita camkan di dalam gereja kita.
III. YESUS MEMBICARAKAN TENTANG KEMATIAN PETRUS.
1. Setelah pembicaraan tentang kasih dan pelayanan Petrus, Yesus lalu mengatakan sesuatu yang tidak kalah pentingnya :
Yoh 21:18 - Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
2. Di kemudian hari (kelihatannya setelah Petrus mati) Yohanes lalu memberikan keterangan di dlaam Injilnya :
Yoh 21:19 – Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. ….”
3. Jika ini memang adalah kata-kata yang menyatakan bagaimana Petrus akan mati, coba sekarang perhatikan lebih teliti kata-katanya :
Yoh 21:18 – “…engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
Note : Kata “mengulurkan” di sini memakai kata Yunani “EKTEINO” yang bisa juga diartikan merentangkan.
4. Kebanyakan penafsir mengatakan bahwa istilah ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ ini menunjuk kepada penyaliban.
William Hendriksen : Merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa ungkapan ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ sering digunakan oleh pengarang-pengarang Yunani dan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk menunjuk pada penyaliban.
5. Dan tradisi mengatakan bahwa Petrus mati di salib di Roma dan untuk menghormati Kristus maka ia merasa tidak layak disalibkan sama seperti Yesus dank arena itu ia meminta disalib secara terbalik - kaki di atas dan kepala di bawah. (Ada pro kontra tentang ini).
Adam Clarke : Penulis-penulis kuno menyatakan bahwa kira-kira 34 tahun setelah ini, Petrus disalibkan; dan bahwa ia menganggap mati untuk Kristus sebagai sesuatu yang begitu mulia sehingga ia meminta untuk disalibkan dengan kepala di bawah, karena menganggap dirinya sendiri tidak layak mati dengan posisi yang sama seperti Tuhannya mati.
Barnes’ Notes : Tradisinya adalah bahwa akhirnya ia disalibkan di Roma dengan kepala di bawah, karena ia berpikir / menganggap sebagai kehormatan yang terlalu besar untuk mati seperti yang dialami Tuhannya. ... Tetapi tidak ada bukti yang pasti bahwa ini terjadi di Roma, dan tidak ada pengetahuan yang mutlak berkenaan dengan tempat di mana ia mati.
F. F. Bruce : Pada saat Injil ini ditulis, Petrus telah memuliakan Allah dalam kematian syahid. Mengetahui bentuk kematian syahid Petrus, sang Penginjil (Yohanes) bisa melihat hubungan yang persis dengannya dalam kata-kata Yesus, yang tidak bisa terlihat pada saat itu. ... Jadi, perentangan tangannya dimengerti dalam suatu peninjauan kembali, sebagai perentangannya pada kayu horizontal dari salib. (Kita tidak perlu menerima dengan terlalu serius penambahan belakangan, yang ditemukan dalam kitab Apocrypha Kisah Petrus dan dalam tulisan Eusebius, yang mengatakan ia disalibkan dengan kepala di bawah atas desakannya sendiri.
6. Lepas dari pro kontra tersebut, tetapi yang dapat kita pelajari dari ini adalah pengakuan kasih kepada Tuhan mempunyai konsekuensi menggembalakan domba (ay 15-17), dan kedua hal itu mempunyai konsekuensi untuk mati bagi Dia (ay 18-19).
7. Bandingkan :
Yoh 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
8. Bagi Petrus, ini merupakan kasih karunia, karena ia diberi kesempatan untuk mati bagi Tuhan, yang tadinya telah gagal ia lakukan, pada waktu ia menyangkal Yesus 3 kali.
9. Bukankah ini juga yang diinginkan oleh Petrus?
Luk 22:33 - Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"
10. Sekarang Petrus harus bersedia mengalami seperti yang ia katakan. Bedanya adalah dulu ia kira ia bisa melakukannya dengan kekuatannya sendiri. Tapi sekarang Tuhan yang akan memberi kemampuan kepada dia untuk itu.
11. Tapi 1 hal menarik yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa kematian Petrus ini memuliakan Tuhan.
Yoh 21:19 – Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. ….”
12. Ada ayat-ayat Kitab Suci yang menyuruh kita memulikana Allah dengan kehidupan kita tetapi sekarang kita mendapatkan contoh kematian yang memuliakan Allah.
13. Ini mengajarkan kepada kita bahwa baik kehidupan kita maupun kematian kita, harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Rom 14:7-8 - (7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.
John Wesley: Bukan hanya dengan bertindak, tetapi terutama dengan menderita, orang-orang kudus memuliakan Allah.
14. Apakah saudara mau kematian saudara nanti memuliakan Allah? Perhatikan kata-kata ini:
Pulpit Commentary: Orang Kristen, untuk bisa memuliakan Allah dalam kematian, harus lebih dulu memuliakan Dia dalam kehidupan. ... Ia yang hidup dengan baik, mati dengan baik.
15. Karena itu dalam kehidupan (sebelum saudara mati), muliakan Allah dengan hidup saudara.
1 Kor 10:31 – “… Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
16. Pikirkan ini, apakah hidup saudara sekian lama memuliakan Tuhan atau mempermalukan Tuhan?
Ilustrasi : Pdt. dan kondektur bis.
17. Keharusan melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah ini bisa dijadikan pedoman untuk menentukan boleh tidaknya kita melakukan hal-hal yang tidak diatur oleh Kitab Suci.
18. Hal-hal yang memang dilarang atau diperintahkan oleh Kitab Suci, tidak perlu dipersoalkan lagi. Itu harus ditaati. Tetapi bagaimana dengan hal-hal tidak diatur oleh Kitab Suci?
19. Misalnya :
· Bolehkah pacaran dengan si A? Maka tanyakan dan renungkan : kalau aku pacaran dengan si A, apakah semua ini akan membawa kemuliaan bagi Tuhan?
· Aku harus kerja di A atau di B? Maka tanyakan / bandingkan: yang mana dari 2 pekerjaan ini yang memungkinkan aku belajar Firman Tuhan, melayani Tuhan, dsb? Adakah dari 2 pekerjaan ini yang mengharuskan aku berdosa, seperti bekerja pada hari Minggu, dsb?
20. Perlu diperhatikan bahwa dalam menilai apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah, kita harus memikir secara mendalam, bukan hanya sepintas lalu. Misalnya:
· Kalau kita berpikir sepintas lalu, olah raga bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka olah raga itu menyehatkan, dan dengan kesehatan itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Jadi dalam hal ini motivasi / alasan yang menyebabkan seseorang itu berolah raga, perlu diteliti.
· Kalau kita berpikir sepintas lalu, istirahat / berlibur / piknik bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka semua hal-hal itu merelaxkan, dan alternatifnya (kalau seseorang tak pernah istirahat) menimbulkan stress, kelelahan, penyakit dsb, dan ini justru tidak memuliakan Allah atau merugikan bagi kemuliaan Allah.
· Kalau kita berpikir sepintas lalu, nonton TV atau bioskop bukanlah sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi perlu dipikirkan bahwa manusia membutuhkan hiburan / sesuatu yang merelaxkan, dan karena itu, selama tidak terlalu banyak, dan filmnya bukan film yang bersifat dosa, maka hal itu tidak bisa disalahkan.
· Kalau kita berpikir sepintas lalu, pesta bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka pesta itu bisa membangun persekutuan (tentu bukan sembarang pesta), dan itu bisa memuliakan Allah.
21. Tetapi coba pikirkan:
· Kalau saudara membeli mobil baru padahal sudah mempunyai beberapa, hanya karena saudara mempunyai hobby mobil, apakah itu bisa memuliakan Allah? Atau memuliakan diri saudara sendiri?
· Juga kalau saudara membeli perhiasan, pakaian mewah yang sangat mahal, setiap saat ganti handphone, pesta pora yang berlebihan, dan sebagainya. Pikirkan, apakah pemborosan seperti itu bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah?
22. Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah kalaupun saudara melakukan hal-hal yang secara lahiriah kelihatannya rohani dan baik, tetapi kalau motivasi / alasannya bukan untuk memuliakan Allah, maka saudara tetap berdosa.
23. Misalnya melayani karena terpaksa, memberi persembahan karena mengharapkan berkat Tuhan, pergi ke gereja sekedar sebagai kebiasaan atau untuk cari teman / pacar, dan sebagainya.
24. Inti dari semuanya adalah seluruh kehidupan kita harus memuliakan Allah. Jika kita melakukan itu maka kematian kita pun akan memuliakan Allah.
Rom 14:7-8 - (7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.
AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar