Sabtu, 09 Juni 2012

EFESUS : JEMAAT YANG KEHILANGAN KASIH YANG SEMULA


By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.


Wah 2:1-7 – (1) "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. (2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. (4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. (5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. (6) Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. (7) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."


D
i dalam kitab Wahyu pasal 2-3 kita mendapati adanya surat kepada 7 jemaat di Asia Kecil (Turki sekarang). Surat ini memang ditulis oleh Rasul Yohanes, tetapi sebenarnya itu adalah Firman Tuhan kepada masing-masing jemaat. Yohanes hanya diperintahkan untuk mencatatnya.

Wah 1:10-11 – (10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (11) katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."
Nah, teks yang baru saja kita baca ini adalah surat kepada jemaat di Efesus. Efesus sekarang adalah kota Ayyasulug di Turki. Dikatakan di dalam ayat 1 :

Wah 2:1 – "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: ….”

Ini tidak berarti bahwa jemaat Efesus mempunyai malaikat penjaga seperti tafsiran beberapa orang bahwa masing-masing gereja ada malaikat penjaganya. Kata “malaikat” (Ibr. “Malakh”;  Yun. “Angelos”) arti dasarnya adalah “utusan” sehingga seorang manusia yang diutus pun dapat disebut sebagai “malak” atau “angelos”.

Ayub 1:14 - datanglah seorang pesuruh (MAL’AK) kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
Luk 9:52 - dan Ia mengirim beberapa utusan (ANGELOS) mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
Jadi kata “malaikat” di sini kelihatannya menunjuk pada utusan Injil / pemimpin jemaat / gembala jemaat / penatua / pendeta gereja Efesus. (Demikian juga dengan 6 jemaat lain yang menerima surat Yohanes ini). Jadi saya bisa dikatakan sebagai “malaikat jemaat Revival”.  

Dalam surat ini kita melihat adanya pujian, celaan dan juga peringatan bagi mereka. Kita akan membahas teks ini dalam 3 bagian besar :

I.       JEMAAT EFESUS ADALAH JEMAAT YANG HEBAT / BAGUS.

Jemaat Efesus ini sebenarnya adalah jemaat yang hebat dan bagus :

  1. Jemaat ini didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat.

Ada kemungkinan bahwa Pauluslah yang mendirikan jemaat Efesus ini bersama dengan Priskila dan Akwila dalam perjalanan misinya yang ke 2 sekitar tahun 52 M (Kis 18:19).

Kis 18:19-21 – (19) Lalu sampailah mereka di Efesus. Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila di situ. Ia sendiri masuk ke rumah ibadat dan berbicara dengan orang-orang Yahudi.

Tetapi karena dalam Kis 18:20-21 diceritakan bahwa Paulus meninggalkan Efesus, sedangkan Priskila dan Akwila tetap di Efesus maka ada yang beranggapan bahwa pendiri gereja Efesus bukan Paulus tetapi Priskila dan Akwila.

Kis 18:20-21 –(20) Mereka minta kepadanya untuk tinggal lebih lama di situ, tetapi ia tidak mengabulkannya. (21) Ia minta diri dan berkata: "Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya." Lalu bertolaklah ia dari Efesus.
Manapun yang benar, Paulus atau Priskila dan Akwila, jelas mereka adalah orang hebat. Ingat bahwa Priskila dan Akwila pernah memberikan katekisasi ulang kepada seorang pengkhotbah hebat yakni Apolos.

Selanjutnya dalam perjalanan misinya yang ketiga, Paulus singgah ke Efesus dan melayani gereja ini selama kira-kira 3 tahun (bdk. Kis 19:1-8,10,22  Kis 20:31).

Kis 19:1.8,10 – (1) Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. … (8) Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah (10) Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.
Kis 20:31 - Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.
Jemaat ini pernah untuk beberapa saat dilayani oleh Apolos.

Kis 18:24 – (24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. (27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. …”

Selain itu Timotius juga pernah melayani di sana. Ini didapatkan dari tradisi (cerita turun temurun dari mulut ke mulut), tetapi juga dari 1Tim 1:3-dst.

1 Tim 1:3 - Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain
Rasul Yohanes juga pernah tinggal dan melayani di Efesus. Ini tidak diceritakan dalam Kitab Suci, tetapi hanya dinyatakan oleh tradisi.

Homer Hailey: Tradisi mengatakan bahwa setelah kematian Paulus kota itu menjadi rumah Yohanes untuk waktu yang lama. (Revelation, an Introduction and Commentary, hal. 120).

Leon Morris - Tradisi mengatakan bahwa Yohanes tinggal di sana pada masa tuanya. (Tyndale Bible Commentary – Revelation, hal. 59).

Robert H. Mounce bahkan mengatakan bahwa di antara para tokoh yang pernah melayani kota Efesus ini, rasul Yohanes adalah yang paling dekat dengan kota itu.

  1. Jemaat ini sangat giat di dalam pekerjaan Tuhan.

Wah 2:2 – Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu…”

Kata “jerih payah” di sini menggunakan kata Yunani “KOPOS” yang bisa berarti bekerja keras, bersusah payah atau bekerja membanting tulang.

TL - Aku tahu segala perbuatanmu dan kelelahan ….

BIS - Aku tahu apa yang kalian buat: Kalian bekerja keras …”

William Barclay – Ciri khas kata ini ialah bahwa ia mengungkapkan suatu jerih payah yang menuntut semua pikiran dan tenaga dari pelaku. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 91).

Jadi mereka bukanlah jemaat yang santai-santai atau melayani seadanya seperti banyak gereja pada masa kini.

Pulpit Commentary: Ini menunjukkan kesenangan ilahi terhadap kualitas maupun kuantitas dari pekerjaan mereka. Itu berat, sepenuh hati, sungguh-sungguh. Banyak orang yang bekerja untuk Tuhan melakukannya seakan-akan hanya dengan satu tangan, atau bahkan dengan satu jari.

Mereka adalah jemaat yang serius dan mati-matian dalam pelayanan tanpa mengenal lelah. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah bekerja keras di dalam pelayanan-pelayanan kita? Ataukah kita melayani dengan santai dan seadanya saja?

  1. Jemaat ini bertekun.

Wah 2:2 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu….”

Tekun dalam hal apa? Tekun dalam iman mereka kepada Kristus. John Stott mengatakan bahwa gereja Efesus ini mendapatkan oposisi lokal yang hebat karena kota Efesus merupakan tempat pertemuan dari banyak agama (suatu kota pluralis). Efesus adalah salah satu pusat penyembahan kaisar Romawi di propinsi itu.

William Barclay - Efesus juga mempunyai kuil-kuil terkenal bagi kaisar Romawi yang didewakan, Claudius dan Nero; dan kemudian hari ada tambahan kuil untuk Kaisar Hadrian dan Severus. Di Efesus agama kafir sangat kuat. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 87).




  
Dan lebih hebat lagi adalah Efesus merupakan pusat penyembahan kepada Dewi Diana / Artemis dengan kuilnya yang sangat terkenal (salah 1 dari 7 keajaiban dunia pada masa lalu).

Kis 19:28 - Mendengar itu meluaplah amarah mereka, lalu mereka berteriak-teriak, katanya: "Besarlah Artemis dewi orang Efesus!"
Berikut ini adalah patung dewi Artemis beserta kuilnya di Efesus.




Dari penelitian arkeologi terhadap puing-puing kuil Artemis ini diperkirakan bahwa kuil Artemis ini dulunya berbenruk seperti gambar berikut ini : 


William Barclay -  Selain menjadi pusat agama, kuil Artemis juga menjadi pusat kejahatan dan kebejatan moral. Kuil itu mempunyai hak suaka; semua penjahat akan dilindungi jika mereka dapat masuk ke kuil tersebut. Kuil itu juga memiliki ratusan pendeta perempuan yang berperan sebagai pelacur kudus. Semua ini menjadikan Efesus sebagai tempat yang ter­kenal dengan kejahatannya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 88).

Dengan kondisi semacam ini maka gereja / orang Kristen Efesus dibenci oleh banyak orang di sana, dan bahkan diboikot sehingga mereka kehilangan langganan dalam bisnis, dan bahkan mendapatkan problem dalam berbelanja. Bahkan mungkin ada penganiayaan secara fisik terhadap orang Kristen di Efesus. Meskipun demikian mereka tetap bertekun dalam iman mereka. Bandingkan dengan pasal 2:3 :

Wah 2:3 - Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku…”

Apa artinya sabar di sini? Sabar di sini berarti bahwa mereka tidak menjadi kecewa, marah, bersungut-sungut, lari dari Tuhan, dsb. Bagaimana dengan saudara? Jika saudara dibenci karena iman saudara, atau karena saudara aktif di gereja Revival, apakah saudara mau bertekun atau tidak?

  1. Jemaat ini gigih dalam menghadapi rasul-rasul palsu dan ajaran-ajaran sesat. 

Wah 2:2 – “…Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.

Dikatakan bahwa mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat. Orang-orang jahat di sini bukanlah orang-orang jahat biasa melainkan rasul-rasul palsu yang menyebarkan ajaran-ajaran sesat. Perhatikan bahwa ketidaksabaran mereka terhadap para penyesat ini justru dipuji oleh Yesus. Ini cocok / sejalan dengan celaan rasul Paulus terhadap kesabaran orang Korintus dalam menghadapi pengajar sesat.

2 Kor 11:4 - Sebab kamu sabar saja, jika ada seseorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.

Ketidaksabaran mereka terhadap ajaran-ajaran sesat ini lalu diwujudkan dengan mereka berhasil membuktikan kepalsuan dari ajaran rasul-rasul palsu itu. Mereka mengalahkan rasul-rasul palsu. Bahwa gereja Efesus bisa membongkar penyesatan / kepalsuan rasul-rasul palsu itu, menunjukkan bahwa gereja Efesus sangat kuat dalam doktrin. Mengapa bisa disimpulkan demikian? Karena penyesatan oleh nabi palsu boleh dikatakan selalu terjadi dalam persoalan doktrin. Ini berarti pula bahwa para pemimpin jemaat ini dengan tekun mengajarkan doktrin kepada jemaatnya sehingga mereka semua kuat dalam doktrin dan sanggup mengalahkan para rasul palsu. Bandingkan dengan banyak gereja sekarang yang sama sekali tidak ada pengajaran doktrin. Semua khotbah hanya melulu masalah moral / praktika sehingga biar pun sudah bertahun-tahun seseorang menjadi anggota gereja, pengertian mereka terhadap ajaran Kristen sangat minim.

  1. Jemaat ini tidak menjadi bosan dalam mengiring Tuhan.

Wah 2:3 - Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah

KJV - And hast borne, and hast patience, and for my name's sake hast laboured, and hast not fainted (tidak menjadi lemah / tak bersemangat).

NIV – You have persevered and have endured hardships for my name, and have not grown weary. (tidak menjadi lelah / bosan).

Kata-kata ini berhubungan dengan kalimat sebelumnya yakni sabar menderita. Karena itu makna ayat ini adalah ketika mereka mengikut / melayani Tuhan dan ada banyak penderitaan, mereka tidak menjadi lelah / bosan / jenuh. Memang dalam mengikut / melayani Tuhan selalu ada banyak serangan setan / penderitaan. Ada 2 kemungkinan dalam menghadapi semua itu yakni sabar dan terus bertekun dalam ikut / melayani Tuhan atau menjadi lelah, bosan, kehilangan semangat. Yang mana yang cocok dengan hidup saudara? Apakah dengan penderitaan / persoalan / masalah-masalah yang saudara hadapi membuat saudara menjadi bosan beribadah, bosan belajar Firman Tuhan, bosan berdoa, dsb? Jemaat Efesus ternyata tidak menjadi lelah / bosan di tengah-tengah pnderitaan yang mereka alami.

  1. Jemaat ini membenci kejahatan.

Wah 2:6 - Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
Ada macam-macam pandangan tentang kaum “Nikolaus” ini tetapi yang pasti ini semacam suatu aliran sesat yang lebih menyimpang secara praktis daripada secara doktrinal. Mungkin seperti “Children of God”. Gereja Efesus dipuji karena mereka membenci perbuatan-perbuatan yang jahat dari aliran tersebut. Apakah saudara juga membenci kejahatan-kejahatan yang terjadi di sekitar saudara? Ataukah bersikap acuh tak acuh saja dan menganggap semuanya sebagai hal yang wajar?

Leon Morris : Sekalipun kasih adalah sikap Kristen yang khas, kasih terhadap yang baik membawa hal yang cocok dengannya yaitu kebencian terhadap apa yang salah.... Perhatikan bahwa adalah perbuatannya dan bukan orangnya yang merupakan obyek kebencian itu. (Tyndale Bible Commentary : Revelation, hal. 61).

Homer Hailey: Anak Allah yang tidak membenci kejahatan tidak mengasihi kebenaran (Revelation, an Introduction and Commentary, hal. 123).

Jadi berarti jemaat di Efesus adalah jemaat yang mengasihi kebenaran.

6 fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa jemaat Efesus adalah jemaat yang sangat bagus/hebat. Dan untuk 3 hal terakhir (giat dalam pekerjaan Tuhan, bertekun, dan bersemangat dalam menghadapi ajaran-ajaran sesat) mereka dipuji secara langsung oleh kristus sendiri.

Wah 2:2 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Bagaimana dengan gereja kita? Apakah gereja kita mempunyai spirit seperti gereja Efesus ini?

I.       CELAAN TERHADAP JEMAAT EFESUS.

Biarpun gereja Efesus ini sangat bagus/hebat, tetapi gereja ini dicela oleh Kristus.

Wah 2:4 - Namun demikian Aku mencela engkau,…”

Tadi kita melihat ada pujian dari Tuhan kepada jemaat Efesus ini tetapi sekarang kita melihat adanya celaan bagi mereka. Ini menunjukkan bahwa Tuhan bersikap fair; memuji apa yang baik dan mengkritik apa yang jelek. Ini berbeda dengan kebanyakan kita. Ada orang yang hanya memuji terus tidak pernah mengkritik, ada orang yang mengkritik terus tidak pernah memuji, ada orang yang memuji juga tidak, mengkritik juga tidak.

Lalu dalam hal apa jemaat Efesus dicela?

Wah 2:4 - Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Jadi jemaat Efesus dikritik/dicela karena mereka telah kehilangan kasih mula-mula. Tetapi kasih apakah yang hilang dari mereka? Kasih kepada Allah atau kasih kepada sesama? Ada penafsir-penafsir yang mengatakan bahwa kasih yang dimaksudkan di sini adalah kasih kepada Allah dan bukan kepada sesama tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kasih yang dimaksudkan di sini adalah kasih kepada sesama dan bukan kasih kepada Allah. Tetapi menurut saya kita tidak bisa memisahkan antara kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Keduanya berhubungan dengan erat.

1 Yoh 4:20-21 – (20) Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. (21) Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Jadi orang yang tidak mengasihi Allah pasti akan mengasihi sesamanya dan orang yang tidak mengasihi sesamanya pasti tidak mengasihi Allah.

Robert H. Mounce - Kasih pribadi yang mendingin kepada Allah secara tak terhindarkan menghasilkan hilangnya hubungan yang harmonis di dalam tubuh orang-orang percaya. (New International Commentary of the New Testament, hal. 88).

Karena itu saya berpendapat bahwa jemaat Efesus telah kehilangan kasih mereka baik kepada Allah maupun sesama.

  1. Mereka kehilangan kasih kepada Allah.

Pada waktu Paulus menulis surat Efesus, gereja Efesus masih berkobar-kobar dalam kasihnya kepada Allah.

Efs 6:24 - Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.
BIS - Semoga Allah memberkati Saudara semua yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tak dapat padam. Hormat kami, Paulus
Tetapi sekarang gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang semula / pertama itu. Kalau memang mereka meninggalkan kasih mereka yang mula-mula kepada Tuhan, bagaimana mungkin mereka masih bisa giat di dalam Tuhan, bertekun di dalam iman, gigih menghadapi ajaran sesat, dll? Ya, bisa saja mereka masih dengan semangat dan kegigihan melakukan semua itu tapi semua itu berkembang menjadi sesuatu kebiasaan atau keharusan tapi tidak atas dasar kasih kepada Allah. Misalnya saja saya. Saya bisa saja gigih (dan memang saya gigih) dalam mempersiapkan khotbah atau bahan Pelajaran Alkitab atau bahkan berdebat dengan para penyesat, tetapi bisa saja itu dilakukan karena memang itu sudah tugas saya atau hobby saya tapi sebenarnya hati saya telah dingin kepada Allah. Saya melakukan semua itu tidak lagi karena saya mengasihi Allah. Hal yang sama bisa terjadi pada saudara. Saudara mungkin masih aktif kebaktian, mengajar Sekolah Minggu, mengajar katekisasi, terlibat dalam pelayanan-pelayanan komisi, memimpin liturgi, bermain musik, menjalankan tugas-tugas kemajelisan saudara tetapi semuanya hanya karena kewajiban yang sudah seharusnya demikian dan bukan karena hati saudara berkobar-kobar dalam kasih kepada Allah. Sejujurnya hati saudara sudah dingin kepada Allah. Adakah itu yang terjadi pada saudara? Kalau ya, mungkinkah saudara telah kehilangan kasih yang mula-mula itu? Renungkan ini sungguh-sungguh!

  1. Mereka kehilangan kasih kepada sesama.

Perhatikan ayat ini :

Efs 1:15 - Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus.

Ini berarti bahwa pada mulanya jemaat Efesus hidup dalam kasih yang sangat indah antara satu dengan yang lainnya. Tetapi sangat mungkin bahwa semangat mereka dalam pelayanan telah membuat kasih di antara mereka menjadi renggang bahkan hilang. Api kasih yang pernah menyala di dalam hati seorang kepada yang lain telah padam. Bahkan tidak mustahil api yang lain yang justru berkobar di hati mereka terhadap yang lain. Api kebencian, iri hati, dengki, kecemburuan, dsb.

Jakob P.D. Groen – “…dalam hal kasih, jemaat di Efesus sudah mulai mengalami penurunan. Kasih pertama tidak ada lagi. Mereka sibuk melawan ajaran palsu, sehingga mulai melalaikan perintah kasih dalam kehidupan persekutuan orang Kristen. (Aku Datang Segera – Tafsiran Kitab Wahyu, hal. 39).

William Barclay – “…sukacita dari kasih persaudaraan mereka telah lenyap. Pada masa-masa awal anggota jemaat Efesus benar-benar saling mengasihi; pertikaian tidak pernah muncul; hati siap bersimpati dan tangan siap menolong. Namun, sesuatu yang salah telah terjadi. Tampaknya upaya mereka untuk memburu para penyesat telah mematikan cinta kasih mereka. Ortodoksi atau upaya memelihara ajaran  gereja harus dibayar dengan hilangnya persahabatan sejati. Jika ini terjadi, ortodoksi  membayar harga mahal. Seluruh ortodoksi di dunia tidak akan menggantikan tempat kasih. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 94).

Adakah ini juga yang menjadi persoalan di dalam jemaat kita? Apakah api kasih yang pernah menyala di antara kita semua sejak gereja ini didirikan masih tetap menyala hingga hari ini? Ataukah mulai memudar bahkan padam? Lebih dari itu mungkinkah ada api lain yakni  kebencian, iri hati, dengki, kecemburuan, kejengkelan, kecurigaan yang mulai menyala di antara kita terhadap sesama kita? Renungkanlah semua ini!

Di bagian I sudah diperlihatkan bahwa jemaat Efesus ini adalah jemaat yang bagus/hebat. Biarpun demikian hilangnya kasih mula-mula (terhadap Tuhan dan sesama) membuat mereka tetap dicela oleh Tuhan. Ini berarti bahwa semangat di dalam pelayanan tidak bisa menggantikan kasih kepada Tuhan dan sesama, ketekunan di dalam iman tidak bisa menggantikan kasih kepada Tuhan dan sesama, kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih kepada Tuhan dan sesama, kebencian terhadap kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada Tuhan dan sesama, dll. Mengapa demikian? Karena itu adalah hukum yang terutama.

Mat 22:36-39 – (36) "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Mark 12:33 - Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.

Karena itu sekalipun jemaat Efesus adalah jemaat yang hebat tetapi mereka tetap dicela karena mereka kehilangan kasih mereka yang mula-mula. Hal yang sama bisa terjadi pada kita. Sebagus apa pun gereja kita, segigih apa pun kita melayani, sekuat apa pun doktrin kita, tapi kalau kita sampai kehilangan kasih, semua itu tidak akan ada artinya. Tuhan akan mencela kita! Bandingkan :

1 Kor 13:1-3 – (1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Renungkanlah semuanya ini!

II.    NASIHAT DAN ANCAMAN BAGI JEMAAT EFESUS.

Setelah Tuhan mencela jemaat Efesus, Ia lalu memberikan nasihat kepada mereka.

Wah 2:5 - Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan….:”

Dari ayat ini terlihat bahwa keadaan kehilangan kasih kepada Tuhan dan sesama dianggap sebagai sebuah kejatuhan. Tetapi di sini Alkitab Indonesia (TB) kurang tepat terjemahannya. Bandingkan :

NASB: ‘Remember therefore from where you have fallen’ (Sebab itu ingatlah dari mana engkau telah jatuh).

NIV: ‘Remember the height from which you have fallen!’ (Sebab itu ingatlah ketinggian dari mana engkau telah jatuh).

RSV: ‘Remember then from what you have fallen’ (Sebab itu ingatlah dari apa engkau telah jatuh).

Jadi di sini Tuhan memberikan nasihat agar jemaat Efesus melihat ke belakang untuk mengingat kembali kapan / pada titik mana mereka mengalami kejatuhan itu. Atau dengan kata lain, bagi orang yang telah meninggalkan kasih yang mula-mula, hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat ke belakang untuk mengingat-ingat di mana / kapan ia meninggalkan kasih yang mula-mula itu, dan untuk membandingkan keadaan pada waktu ia masih mempunyai kasih yang mula-mula dengan keadaan sekarang setelah ia meninggalkan kasih yang mula-mula itu. Ini mencakup mengingat saat pertobatan kita, saat berjalan bersama Tuhan, jawaban doa, berkat Firman Tuhan, kemajuan iman dan pengudusan, kemenangan atas godaan / pencobaan, dsb. Ingat semua itu dan kalau saudara dapati keadaan saudara sekarang sudah sangat jauh dari keadaan saudara dulu, maka kembalilah kepada Tuhan dengan kasih yang berkobar-kobar.

Israel pernah kehilangan kasih kepada Allah. Dan Allah berfirman :

Yer 2:2 "- “…Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.
TL – “…Demikianlah firman Tuhan: Bahwa Aku lagi ingat akan rindumu tatkala engkau muda, akan kasihmu tatkala engkau penganten, tatkala engkau mengikut Aku di padang Tiah, yaitu di padang tekukur.
BIS – “…"Hai Israel, Kuingat betapa kau setia di kala engkau masih muda; betapa besar cintamu ketika kita berbulan madu. Ke padang gurun Aku kauikuti melalui daerah yang tidak ditanami

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan merindukan saat-saat seperti dulu di mana saudara begitu mengasihi Dia dengan kasih yang berkobar-kobar. Jikalau Tuhan saja merindukan itu, tidakkah engkau juga merindukannya? Demikian juga kalau kita dapati bahwa ternyata kasih kita kepada sesama kita di dalam jemaat ini mulai memudar bahkan dingin, marilah kita kembali mengingat bagaimana kehidupan kasih kita mula-mula, bagaimana kita saling mengasihi, saling menolong, saling mendukung dalam jemaat ini. Kalau ada kesalahan, marilah kita saling mengampuni dan saling menerima agar kita bisa hidup seperti dulu lagi. Ingatlah semua itu dan kembalilah kepada kasih mula-mula itu.

Wah 2:5 - Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan….:”

KJV – “…repent, and do the first works…” (bertobatlah, dan lakukanlah pekerjaan-pekerjaan pertama).

Jadi, setelah kita tahu tindakan apa yang menyebabkan kita meninggalkan kasih pertama itu, maka kita harus bertobat (mengaku dosa dan membuang dosa). Setelah itu kita harus kembali melakukan ‘pekerjaan pertama’, yaitu pekerjaan yang kita lakukan pada waktu kita masih mempunyai ‘kasih yang pertama’. Mungkin saudara merasa heran akan perintah ini, karena bukankah gereja Efesus adalah orang-orang yang sudah bekerja keras bagi Tuhan? Memang, tetapi ingatlah bahwa dalam 1 Kor 13:1-3 Paulus berkata bahwa semua perbuatan baik / pelayanan tidak ada gunanya kalau tidak ada kasih. Jadi Kristus tidak menghendaki seadanya pekerjaan (asal melayani), tetapi ia menghendaki pekerjaan yang dilandasi oleh kasih kepada-Nya! Maukah saudara?

Tuhan bukan saja memberikan nasihat tetapi juga ancaman.

Wah 2:5 – “…Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Adam Clarke: Karena di sini ada gambaran kaki dian dalam Kemah Suci dan Bait Allah, yang tidak bisa disingkirkan tanpa menyingkirkan seluruh pelayanan Imamat, maka ancaman di sini menunjukkan bahwa jika mereka tidak bertobat dsb, Ia akan membuat mereka tidak mempunyai gereja; mereka akan tidak mempunyai pendeta, tidak lagi mempunyai Firman dan sakramen, dan tidak lagi mendapatkan kehadiran Tuhan Yesus.

Ancaman yang sama diberikan kepada seluruh gereja Tuhan termasuk kita. Jikalau kita sampai kehilangan kasih mula-mula kita baik kepada Tuhan maupun sesama, dan kita tetap tidak mau bertobat, maka Tuhan akan mencabut kaki dian itu dari kita sehingga gereja kita menjadi musnah dan hanya tinggal kenangan saja. Dalam faktanya ancaman Tuhan ini berlaku. Gereja Efesus akhirnya musnah dari dunia ini dan sekarang hanya tinggal puing-puing sejarah saja.

Steve Gregg - Memang, sekarang tidak ada kota atau gereja di lokasi Turki yang dulunya adalah Efesus. Islam telah ditegakkan di daerah di mana Paulus pernah memberitakan Injil secara menyeluruh (Kis 19:10). Alangkah berbedanya sejarah dari daerah itu, andaikata gereja itu terus mempraktekkan kasih mula-mulanya. (Ef 1:15). Revelation: Four Views : A Parallel Commentary, hal. 65)

John Stott: Ia memperingati mereka bahwa jika mereka tidak mentaati perintah-Nya, dan tidak bertobat, keberadaan gereja mereka akan diakhiri secara memalukan…. Tidak ada gereja yang mempunyai tempat yang aman dan permanen dalam dunia. Gereja diuji secara terus menerus. Jika kita menilai dari surat yang ditulis oleh Uskup Ignatius dari Antiokhia kepada gereja Efesus pada awal abad kedua, gereja ini hidup kembali sesuai seruan Kristus. Ignatius menggambarkannya dengan ungkapan yang bersemangat. Tetapi belakangan gereja itu tergelincir lagi, dan pada abad pertengahan kesaksian kristennya dihapuskan. ‘Setasiun kereta api kecil dan hotel dan beberapa rumah orang miskin di Ayasaluk, yang sekarang menguasai reruntuhan kota itu, merupakan suatu gambaran / pernyataan yang hidup tentang penghakiman / hukuman / nasib tragis yang menimpa Efesus dan gerejanya’ (H.B. Swete, The Apocalypse of St. John: hal 27). Selain itu, tidak ada apapun kecuali reruntuhan dan tanah berlumpur / berawa. Seorang pelancong yang mengunjungi desa itu ‘menemukan hanya tiga orang Kristen di sana tulis Trench (hal 81) ‘dan mereka ini tenggelam dalam ketidaktahuan dan sikap acuh tak acuh sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah mendengar nama Paulus atau Yohanes’. Peringatan Kristus kepada Efesus ini juga cocok bagi kita sekarang. Terang gereja kita sendiri akan dipadamkan jika kita secara tegar tengkuk bertekun dalam penolakan untuk mengasihi Kristus. What Christ Thinks of the Church, hal. 33).

Berikut ini puing-puing gereja Efesus berdasarkan olah arkeologi :





Mengapa Yesus justru menghancurkan / memusnahkan gereja-Nya sendiri? Karena Bagi Yesus, gereja yang telah kehilangan kasih adalah gereja yang tidak layak untuk tetap dipertahankan.

Pulpit Commentary: Tuhan kita Yesus tidak menginginkan keberadaan lebih lama dari suatu gereja yang kasihnya menurun. Gereja yang dingin tidak mewakili dan tidak bisa mewakili Yesus dalam dunia ini; gereja itu tidak lagi mengerjakan tujuan pembentukan gereja, dan karena itu tidak ada alasan mengapa gereja itu harus dilanjutkan.

Semua ini menunjukkan pada kita bahwa kehilangan kasih pertama / semula bukanlah suatu dosa yang remeh! Ancaman dan penggenapan ini membuat kita harus secara serius dan dengan segera, membenahi gereja kita, khususnya kalau gereja kita serupa dengan gereja Efesus atau bahkan lebih jelek.


- AMIN -




Tidak ada komentar: