By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK
D
|
alam khotbah minggu lalu kita
sudah membahas tentang penyakit kusta, bagaimana si kusta datang kepada Yesus,
dan bagaimana respon Yesus terhadapnya. Tetapi sebenarnya masih ada beberapa
point penting di dalam ayat 3 dan 4 yang belum kita sentuh dan karena itu saya
memutuskan untuk membahas point-point ini dan menjadikan ini menjadi seri ke 2
dari pembahasan tentang Yesus dan orang kusta. Mari kita melihat teks kita :
Mat 8:1-4 – (1) Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong
mengikuti Dia. (2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu
sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat
mentahirkan aku." (3) Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang
itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga
tahirlah orang itu dari pada kustanya. (4) Lalu Yesus berkata kepadanya:
"Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi
pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan
yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
Kita akan mengkonsentrasikan
pembahasan kita secara khusus dalam ayat 3 dan 4. Ada beberapa hal penting yang perlu kita
simak :
I.
KESEMBUHAN
SI KUSTA.
Setelah si
kusta datang kepada Yesus dengan sejumlah sikap yang menarik (seperti yang
telah kita bahas pada bagian pertama), ayat 3 mencatat respon dari Yesus.
Mat 8:3a –
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku
mau, jadilah engkau tahir."…”
Apa yang
terjadi selanjutnya?
Mat 8:3b – “….Seketika
itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
Si kusta ini
benar-benar sembuh dan kesan yang kita tangkap adalah bahwa kesembuhannya
terjadi secara total dan menyeluruh. Artinya adalah ia sembuh secara
keseluruhan dan bukannya sembuh pada bagian tubuh tertentu saja tetapi pada
bagian tubuh yang lain masih terdapat kusta. Tidak demikian! Ia benar-benar
sembuh secara total. Juga kita perlu memperhatikan saat kesembuhan /
ketahirannya itu. Ayat 3 di atas mengatakan bahwa kesembuhan / ketahiran itu
terjadi “seketika itu juga”. Bandingkan
dengan beberapa terjemahan :
BIS - Yesus menjamah orang itu sambil berkata, "Aku
mau. Sembuhlah!" Saat itu juga
penyakitnya hilang.
ISV - So Jesus
reached out his hand, touched him, and said, "I do want to. Be made clean!"
And instantly (langsung)his
leprosy was made clean.
Darby - And he stretched out his hand and touched
him, saying, I will; be cleansed. And immediately
(segera) his leprosy was cleansed.
Semua ini
menunjukkan bahwa kesembuhan yang Yesus berikan kepada si kusta terjadi secara
langsung pada saat itu juga. Jadi kesembuhan yang dilakukan Yesus pada si kusta
ini dengan tepat dapat digambarkan seperti kata-kata berikut ini :
William Hendriksen - Kesembuhan yang diadakan oleh Yesus adalah sempurna dan
langsung.
Matthew Henry - Kristus bersedia menunjukkan sejauh mana kuasa-Nya akan
bertindak karena iman umat-Nya, dan oleh karena itu Ia mengucapkan perkataan
sebagai seseorang yang memiliki otoritas, Jadilah engkau tahir. Kuasa
menyertai perkataan ini, dan kesembuhan itu langsung terjadi dengan sempurna. (Injil
Markus, hal. 26).
Dan
sesungguhnya inilah ciri dari suatu kesembuhan ilahi :
- Suatu kesembuhan ilahi harus terjadi
seketika dan bukannya bertahap.
Di dalam Alkitab jika Yesus menyembuhkan
seseorang dengan kuasa-Nya (kesembuhan ilahi), maka kesembuhan itu terjadi
langsung / segera.
Mat 15:28 - Maka Yesus menjawab dan berkata
kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang
kaukehendaki." Dan seketika itu
juga anaknya sembuh.
Mat 20:34 - Maka tergeraklah hati Yesus oleh
belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.
Mark 5:29 - Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa,
bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
Luk 5:24-25 – (24) “…berkatalah Ia kepada orang
lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu
dan pulanglah ke rumahmu!" (25) Dan seketika
itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya
dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah.
Luk 13:11-13 – (11) Di situ ada seorang
perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai
bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. (12) Ketika
Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai
ibu, penyakitmu telah sembuh." (13) Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas
perempuan itu, dan seketika itu juga
berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.
Hal yang sama terjadi dengan kesembuhan yang
dilakukan rasul-rasul.
Kis 3:6-8 – (6) Tetapi Petrus berkata:
"Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan
kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (7)
Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata
kaki orang itu. (8) Ia
melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke
dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah.
Kis 9:33-34 – (33) Di situ didapatinya seorang
bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena
lumpuh. (34) Kata Petrus kepadanya: "Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan
engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!" Seketika itu juga bangunlah orang itu.
Semua ini mengajarkan kita bahwa yang namanya
kesembuhan ilahi, harus terjadi kesembuhan seketika itu juga dan bukannya
bertahap.
Memang di dalam Alkitab kelihatannya ada kisah
penyembuhan yang terjadi secara bertahap yakni dalam Mark 8:23-25.
Mark 8:23-25 – (23) “…Lalu Ia meludahi
mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah
kaulihat sesuatu?" (24) Orang itu memandang ke depan, lalu berkata:
"Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya
seperti pohon-pohon." (25) Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata
orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia
dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Tetapi saya
berpendapat bahwa sekalipun dalam Mark 8:23-25 itu terjadi 2 tahap
kesembuhan, tetapi selang waktunya hanyalah beberapa detik, sehingga sebetulnya
tetap merupakan kesembuhan seketika (bukan proses). Karena itu saya tetap
beranggapan bahwa kesembuhan ilahi harus terjadi secara langsung. Ini perlu kita mengerti karena pada zaman sekarang ada banyak
orang yang bersaksi melalui KKR Kesembuhan Ilahi bahwa mereka mengalami mujizat
/ kesembuhan ilahi tetapi secara bertahap/berangsur-angsur. Ini bukan
kesembuhan ilahi namanya. Memang kesembuhan yang bertahap tetap berasal dari
Tuhan, tetapi itu bukan kesembuhan ilahi! Dalam Kitab Suci kesembuhan
ilahi selalu terjadi langsung.
William
Hendriksen: Biarlah
penyembuh-penyembuh zaman ini meniru hal ini. Biarlah mereka menyembuhkan
setiap penyakit secara langsung.
- Suatu kesembuhan ilahi terjadi secara
sempurna dan total.
Kesembuhan ilahi juga harus terjadi secara
sempurna / total. Dalam Kitab Suci semua kesembuhan ilahi terjadi
seperti itu. Dalam kasus orang kusta ini, terlihat
bahwa setelah disembuhkan oleh Yesus, semua kustanya hilang, tidak tertinggal
sedikitpun.
Matthew Henry – “…Jadilah engkau tahir. Kuasa
menyertai perkataan ini, dan kesembuhan itu langsung terjadi dengan sempurna. Seketika
itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan bekasnya pun tidak ada. (Injil
Markus, hal. 26).
Bandingkan :
Mark 7:32-35 – (32) Di situ orang membawa kepada-Nya
seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan
tangan-Nya atas orang itu. (33) …Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu,
lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. (34) Kemudian sambil menengadah ke
langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya:
Terbukalah! (35) Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas
pulalah pengikat lidahnya, lalu ia
berkata-kata dengan baik.
BBE - And his ears
became open, and the band of his tongue was made loose, and his words became clear (kata-katanya
menjadi jelas)
CEV - At once the man
could hear, and he had no more trouble talking clearly (dan ia
tidak mendapatkan kesulitan berbicara dengan jelas).
Jadi ia tidak berbicara dengan gagap. Berarti kesembuhannya
terjadi dengan sempurna. Hal ini perlu dipahami karena pada zaman sekarang ada banyak
orang yang bersaksi bahwa mereka mendapatkan kesembuhan ilahi tetapi ternyata
kesembuhannya tidak sempurna. Contohnya ada orang lumpuh bersaksi bahwa ia
memngalami kesembuhan ilahi sehingga sekarang sudah bisa berjalan walaupun
masih pincang. Ada
orang buta yang mengaku sudah mengalami kesembuhan ilahi tapi melihatnya masih “kabur-kabur”. Ada orang sakit jantung disembuhkan tetapi
masih tidak bisa olah raga. Kalau ini yang terjadi, namanya bukan kesembuhan
ilahi.
Budi
Asali - Di dalam Alkitab tidak
ada orang lumpuh, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa berjalan
tetapi pincang! Tidak ada orang buta, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi,
lalu bisa melihat tetapi harus menggunakan kaca mata minus 15! Tidak ada orang
tuli, yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu bisa mendengar tetapi harus
menggunakan hearing aids (alat bantu
untuk mendengar)! Tetapi lihatlah ‘kesembuhan-kesembuhan ilahi’ zaman sekarang
ini! Bukan main banyaknya orang yang sembuh setengah-setengah tetapi mengaku
telah mengalami kesembuhan ilahi! Ini jelas bukan kesembuhan ilahi! (Kharismatik,
hal. 93).
Perhatikan contoh-contoh yang diberikan Ir.
Herlianto dalam artikelnya yang berjudul “Kesembuhan
Ilahi” dari website : www.yabina.org.
Ir.
Herlianto – Tiga kesembuhan utama ibadat Toronto Blessing
yang dilaporkan buku ‘Catch the Fire’ (Guy Chevreau) pernah diteliti tim
teolog dan dua dokter, hasilnya adalah seorang yang merasa disembuhkan
secara luar biasa terbukti hanya sedikit lebih baik keadaannya. Penderita
kanker yang secara instan dikatakan sembuh ternyata setelah diperiksa dokter
masih mengidap penyakit itu, demikian juga dua gadis bisu yang dikatakan mengalami
kesembuhan dari malaekat ternyata tidak menunjukkan bukti yang pasti.
Biarlah semua ini membuat kita mengerti dan
dapat membedakan kesembuhan-kesembuhan ilahi palsu yang banyak dipopulerkan
lewat acara-acara KKR.
- Dalam kasus
kesembuhan ilahi, penyakitnya tidak boleh segera kambuh.
Hal lain yang bisa ditambahkan menjadi ciri dari kesembuhan
ilahi adalah bahwa penyakitnya tidak boleh segera kambuh lagi. Saya tidak
mengatakan bahwa penyakitnya tidak bisa kambuh sama sekali. Misalnya, apakah
seseorang yang disembuhkan secara ilahi dari sakit kepala tidak bisa mengalami
sakit kepala lagi selama hidupnya? Tentu bisa saja! Tetapi maksudnya adalah
bahwa sakitnya tidak bisa kambuh hanya dalam selang waktu yang relatif
singkat. Jikalau penyakitnya kambuh dalam waktu yang relatif singkat maka ini
bukanlah ciri dari kesembuhan ilahi.
Dalam Kitab
Suci tidak pernah ada orang yang setelah mengalami kesembuhan ilahi, lalu dalam
waktu yang dekat kambuh lagi penyakitnya! Bahkan 9 orang kusta yang tidak tahu
terima kasih dalam Luk 17:11-19 juga tidak kambuh penyakitnya. Demikian
juga dengan si kusta dalam Mat 8 ini. Tetapi zaman sekarang, sering sekali ada
orang yang katanya mengalami kesembuhan ilahi, tetapi dalam waktu yang singkat lalu
kambuh kembali penyakitnya. Ini omong kosong! Ini pasti bukan kesembuhan ilahi,
tetapi kesembuhan psikologis. Tentang kesembuhan seperti ini, mari perhatikan
tulisan Ir. Herlianto sekali lagi :
Ir. Herlianto - Seminggu setelah Peter Jongren mengadakan KKR
Kesembuhan Ilahi di Bandung, penulis diundang berkotbah di gereja GBT di
Bandung. Seusai kotbah, didampingi pendeta gereja itu bersalaman dengan jemaat
yang berbaris keluar. Ada seorang jemaat yang cacat kakinya dan berjalan
menggunakan tongkat penyangga lengan datang bersalaman dan juga dengan
pendetanya, lalu orang itu berkata kepada pendetanya: “Minggu yang lalu
dalam KKR Peter Jongren saya sudah bisa berjalan tidak menggunakan tongkat,
tapi sesampai dirumah saya harus pakai tongkat lagi.”
Ir. Herlianto - Memang
promosi kesembuhan ilahi luar biasa, biasanya disebutkan tokoh-tokoh politik
maupun konglomerat yang mengalami kesembuhan instan dalam malam KKR Kesembuhan
Ilahi, namun beberapa saat kemudian akan kelihatan bahwa mereka sebenarnya
belum sembuh tetapi tersugesti untuk merasa sembuh. Lihat saja pengalaman Evander
Holifield. Ia dikatakan menderita sakit jantung dan dipercaya disembuhkan
secara mujizat oleh Benny Hinn, namun kemudian terbukti dari diagnosis
dokter tinju bahwa Holifield memang tidak punya penyakit jantung (penyakit
jantung adalah penyakit yang terbentuk dalam waktu lama), jadi sembuh dari apa?
Ir. Herlianto – Urusan
penipuan (hoax) dalam pelayanan KKR Kesembuhan Ilahi sudah banyak diteliti di
Amerika Serikat....Memang kenyataannya ada satu dua kesembuhan yang benar-benar
terjadi karena iman penderita begitu kuat sehingga mendatangkan belas kasihan
Tuhan Yesus... namun sebagian besar dari yang sembuh dikarenakan sugesti
terpengaruh suasana pujian & penyembahan KKR tapi biasanya setelah pulang
atau diperiksa dokter sesudahnya, atau beberapa waktu kemudian, penyakitnya
tetap ada. Penyakit-penyakit yang bersifat psikosomatis mudah terasa sembuh
dalam suasana hipnose massa, tetapi penyakit-penyakit malfungsi, keracunan, cacat
bawaan (polio) nyaris tidak tersembuhkan....
Ir. Herlianto – Kita
perlu berhati-hati mendengar promosi bombastis mengenai kesembuhan yang dialami
orang penting atau konglomerat tertentu, dan kita pun jangan begitu saja
menolak kesaksian demikian yang mungkin benar, tetapi yang paling tepat adalah
mengujinya dengan catatan dokter/rumah sakit mengenai track-record penyakitnya
sebelum dan sesudah ‘mengalami’ kesembuhan ilahi, dan apakah kesembuhan pasca
kesembuhan ilahi itu bersifat kekal atau nanti kembali lagi penyakitnya yang
dianggap sudah hilang itu yang ternyata belum hilang juga.
1.
Dalam Kitab Suci orang-orang yang dibangkitkan dari
kematian, akhirnya akan mati lagi.
Tetapi ini
tidak bisa diterima karena kematian berbeda dengan penyakit.
2.
Orang yang disembuhkan dari kerasukan setan, bisa
kerasukan lagi (Mat 12:43-45).
Ini juga tidak
bisa diterima karena kerasukan setan tidak bisa disama-kan dengan penyakit.
3.
Dalam Yoh 5:14 Yesus berkata kepada orang lumpuh
yang telah Ia sembuhkan:
Yoh 5:14 - ‘Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa
lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk’.
Ini dijadikan
dasar untuk mengatakan bahwa penyakit seseorang yang mengalami kesembuhan ilahi
bisa kambuh kalau ia berbuat dosa. Inipun tidak bisa diterima karena ‘lebih
buruk’ tidak berarti penyakit yang sama akan kembali. Artinya
ia akan mengalami hukuman Tuhan yang lebih berat.
Dengan
demikian harus disimpulkan bahwa dalam kasus kesembuhan ilahi, penyakit yang
disembuhkan tidak bisa kambuh lagi. Jikalau masih bisa kambuh, maka itu bukan
kesembuhan ilahi namanya. Biarlah semua ini mengajar kita agar bisa menguji
kasus-kasus kesembuhan ilahi yang banyak dipopulerkan pada masa kini mengingat
kata Firman Tuhan :
2 Tes 2:9 -
Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai
rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat
palsu.
II.
LARANGAN BAGI
SI KUSTA.
Setelah si
kusta ini mengalami kesembuhan, Yesus lalu memberikan larangan kepadanya.
Mat 8:4 – Lalu
Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah,
jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun,…”
Bahkan Markus
mencatat bahwa peringatan ini diberikan dengan keras :
Mark 1:43-44 –
(43) Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: (44) "Ingatlah, janganlah engkau
memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, …”
Peringatannya adalah jangan memberitahukan kesembuhan
tersebut kepada siapa pun. Larangan seperti ini sering terjadi misalnya :
Mat 9:30 - Maka meleklah mata mereka. Dan Yesus pun dengan
tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini."
Mark 5:41-43 – (41) Lalu dipegang-Nya tangan anak itu,
kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata
kepadamu, bangunlah!" (42) Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan
berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat
takjub. (43) Dengan sangat Ia
berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu,
lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Mark 7:34-36 – (34) Kemudian sambil menengadah ke langit
Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya:
Terbukalah! (35) Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas
pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. (36) Yesus
berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga….”
Mengapa Yesus melarang orang itu memberi tahu orang lain?
Untuk ini ada bermacam-macam jawaban / penafsiran :
- Orang itu dilarang hanya sampai ia menunjukkan
diri kepada imam. Jadi, maksud Yesus adalah jangan menunda untuk
menunjukkan diri kepada imam.
- Yesus tahu bahwa kalau banyak orang tahu bahwa Ia
bisa melakukan mujizat, mereka akan menjadikan-Nya raja atas mereka. (band.
Yoh 6:15). Yesus melarang supaya hal itu tidak terjadi.
- Yesus melarang karena orang itu harus belajar
dulu; setelah itu baru boleh memberitakan. Jadi, dengan kata lain Ia
berkata : jangan tergesa-gesa menjadi pengkhotbah, belajarlah lebih dulu
supaya nanti bisa menjadi pengkhotbah yang baik.
Mungkin ini harus diperhatikan oleh orang-orang
Islam yang menjadi Kristen dan langsung menjadi pengkhotbah tanpa belajar /
sekolah teologia! Juga oleh banyak pengkhotbah yang mau mengajar tetapi tdak
mau belajar!
- Yesus tidak mau dikenal sebagai pembuat mujizat
tetapi sebagai Juruselamat.
Biarpun tafsiran-tafsiran ini menarik tapi kelihatannya
tidak sesuai konteks. Kalau begitu mengapa Yesus melarang si kusta itu
memberitakan kesembuhannya? (Akan saya jawab nanti).
Lalu apakah si kusta ini taat pada perintah Yesus? Ternyata
tidak! Dia justru menyebarkannya kemana-mana.
Mark 1:45 – Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana…”
Lalu apa akibatnya?
·
Pelayanan Yesus
menjadi terhalang.
Mark 1:45 - Tetapi orang itu pergi
memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan
masuk ke dalam kota .
Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang
kepadaNya dari segala penjuru”.
Maksud baik orang itu, yang bertentangan dengan
Firman Tuhan, justru sekarang menjadi penghalang bagi pelayanan Yesus.
Wycliffe
Bible Commentary – Sayang sekali,
orang itu mengabaikan peringatan tersebut sehingga banyak mempersulit Kristus.
(Vol.3,
hal. 45).
·
Banyak orang datang
kepada Yesus untuk disembuhkan walaupun masih ada yang datang untuk mendengar
Firman Allah.
Luk 5:15 - Tetapi kabar tentang Yesus
makin jauh tersiar dan datanglah
orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
Dan bisa diduga bahwa yang mencari kesembuhan
jauh lebih banyak dari yang mencari Firman Tuhan!
Lalu apa reaksi Yesus ketika banyak orang datang
kepada-Nya?
Luk 5:15-16 - (15) Tetapi kabar tentang
Yesus makin jauh tersiar dan datanglah
orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk
disembuhkan dari penyakit mereka. (16) Akan
tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa”.
Fakta ini mengajarkan kepada kita 2 hal penting :
- Yesus lebih mementingkan pemberitaan
Firman Tuhan dari pada penyembuhan orang sakit.
Jadi mengapa Yesus melarang si kusta tadi untuk menyebarkan
berita tentang kesembuhannya? Karena Dia tahu bahwa jika banyak orang
mengetahui bahwa Ia menyembuhkan si kusta, maka mereka akan datang mencari Dia
untuk disembuhkan dan itu pasti membuat Dia tidak mempunyai kebebasan /
kesempatan yang cukup untuk memberitakan Firman Tuhan. Sesungguhnya inilah
alasannya mengapa Dia melarang si kusta menyebarkan berita kesembuhannya.
Perhatikan kembali ayat-ayat ini :
Mark 1:45 - Tetapi orang itu pergi
memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan
masuk ke dalam kota .
Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru”.
Luk 5:15 - Tetapi kabar tentang Yesus
makin jauh tersiar dan datanglah
orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
Calvin - Karena itu kita mempelajari alasan mengapa Kristus tidak
ingin mujizat itu disampaikan / diberitakan begitu cepat. Itu adalah supaya Ia
mendapat kesempatan dan kebebasan yang lebih banyak untuk pengajaran....
manusia umum begitu ingin menuntut mujizat, sehingga tidak ada tempat yang
tersisa untuk doktrin. Ia ingin supaya mereka semua lebih memperhatikan firman
dari pada tanda.
Nah, ketika orang banyak berbondong-bondong mencari Dia
untuk disembuhkan itu maka Luk 15:16 mengatakan bahwa ia mengundurkan diri.
Sikap seperti ini tidak pernah Ia lakukan kalau orang datang mencari
Firman-Nya. Semua ini menunjukkan bahwa bagi Yesus pemberitaan Firman Tuhan
jauh lebih berharga dari pada menyembuhkan orang sakit walaupun Dia juga dalam
banyak kesempatan menyembuhkan orang-orang sakit.
Calvin: Ia menghindari kerumunan banyak orang karena Ia melihat
bahwa Ia tidak bisa memuaskan keinginan dari orang-orang itu tanpa melakukan
begitu banyak mujizat sehingga membuat mereka tidak bisa berpikir benar tentang
ajaran-Nya.
Maksud Calvin adalah dengan adanya terlalu
banyak orang yang meminta kesembuhan dan jika Yesus menuruti mereka maka semua
itu akan menyebabkan orang-orang itu tidak bisa berpikir secara benar tentang
apa yang Ia ajarkan. Karena itulah Yesus menghindar!
Sikap Yesus ini jelas berbeda dengan kebanyakan KKR saat
ini yang lebih banyak menonjolkan mujizat kesembuhan daripada pemberitaan
Firman Tuhan bahkan kadang-kadang Firman Tuhan dianggap sekedar pengantar saja
kepada kesembuhan. Ini semua sikap yang salah. Jika Yesus sendiri yang adalah
sumber kesembuhan lebih mementingkan Firman Tuhan daripada kesembuhan, lalu
mengapa ada banyak hamba Tuhan yang lebih mengutamakan kesembuhan daripada
Firman Tuhan? Sikap Yesus ini juga harusnya mengajarkan kita bahwa di dalam
ibadah kita harus mengutamakan Firman Tuhan di atas segala sesuatu (mujizat,
pelayanan musik, liturgi, doa syafaat, warta jemaat, dll). Semua hal itu
penting tetapi jangan sampai semua itu ditekankan sedemikian rupa sehingga
justru Firman Tuhan yang terabaikan atau
mendapatkan tempat dan waktu yang lebih sedikit. Juga jikalau saudara
mencari gereja untuk tempat berbakti, jangnlah cari gereja yang bagus dalam
banyak hal (musik, liturgi, dll) tetapi tidak menekannkan Firman Tuhan. Carilah
gereja yang sungguh-sungguh menekankan pemberitaan Firman Tuhan karena Yesus
Kristus pun menekankan hal yang demikian.
- Yesus tidak selalu menyembuhkan orang
sakit yang datang kepada-Nya.
Bahwa ketika banyak orang berbondong-bondong datang untuk
disembuhkan tetapi Yesus justru mengundurkan diri menunjukkan bahwa Yesus tidak
selalu mau menyembuhkan orang sakit yang datang kepada-Nya. Ini perlu
diperhatikan karena ada banyak orang percaya bahwa Yesus selalu mau menyembuhkan.
Orang-orang Kharismatik seringkali mengutip ayat-ayat tertentu dalam Alkitab
seperti :
Mat 12:15b - Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya
Mat 14:36 - Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah
jumbai jubah-Nya. Dan semua orang
yang menjamah-Nya menjadi sembuh.
Mat 15:30 - Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang
kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan
banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.
dan lalu berkesimpulan / mengajar bahwa Yesus selalu mau
menyembuhkan semua orang sakit, dan karena itu orang Kristen harus
sembuh dari penyakit. Tetapi jelas ini adalah
penafsiran yang salah. Mereka hanya melihat ayat-ayat tertentu di mana Yesus
mau menyembuhkan orang sakit tapi mereka lupa bahwa ada kasus-kasus di mana
Yesus tidak bersedia menyembuhkan orang sakit. Contoh dalam Luk 15:15-16 yang
sudah kita lihat di atas. Juga dalam Yoh 5:1-9 di mana sekalipun
ada banyak orang yang sakit (Yoh 5:3), tetapi hanya satu orang
yang disembuhkan oleh Yesus, yaitu orang yang lumpuh selama 38 tahun. Paulus sendiri tidak disembuhkan dari “duri dalam daging”
nya :
2 Kor 12:7-9 – (7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri
karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di
dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku
jangan meninggikan diri.
Note : Para penafsir mengatakan bahwa “duri
dalam daging” ini kemungkinan besar adalah penyakit fisik tertentu yang dialami
Paulus. Mungkin sakit mata yang dialaminya dalam penglihatan di Damsyik.
Bandingkan :
Gal
4:13 - Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh
karena aku sakit pada tubuhku.
(8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis
itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab
justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu
terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun
menaungi aku.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa kadang Tuhan mau
menyembuhkan, kadang Tuhan tidak mau menyembuhkan.
Satu hal yang berkaitan dengan ini adalah bahwa tidak
selamanya sakit yang tidak disembuhkan karena orangnya tidak beriman. Dalam
kasus kita ini terlihat bahwa orang-orang itu tidak disembuhkan bukan karena
mereka tidak beriman tetapi karena memang Yesus tidak menghendaki membuat
mujizat kesembuhan bagi mereka. Ini perlu dipahami karena banyak orang Pendeta
Kharismatik yang mengajarkan bahwa kalau seseorang tidak sembuh itu karena dia
tidak / kurang beriman. Ini pandangan yang tidak fair. Jika terjadi kesembuhan
maka dianggap bahwa pendetanya / pendoanya mempunyai iman yang hebat tetapi
kalau tidak sembuh maka penderitanya yang tidak beriman. Ini jelas salah!
Kadang memang Tuhan menuntut iman dari orang yang akan disembuhkan tetapi
kadang tidak. Karena itu ada orang beriman (seperti Paulus) yang tidak
disembuhkan dan ada orang yang tidak beriman (orang lumpuh di kolam Bethesda ) yang
disembuhkan. Jadi harus disimpulkan bahwa kesembuhan pada akhirnya adalah
tergantung Tuhan dan bukan si pendoa maupun si penderita.
Ir. Herlianto - Jadi
kesembuhan bukan terletak pada kekuatan si penginjil dan ketidaksembuhan bukan
terletak di tangan si penderita, melainkan apakah Tuhan berkenan atau tidak.
Karena itu juga maka salahlah lagu populer yang berbunyi : “Bilur-Nya, bilur-Nya, bilur-Nya sungguh
heran, bilur-Nya, bilur-Nya, membawa kesembuhan. Asal percaya saja semua
sakit hilanglah, oleh kuasa Yesus tertolong”. Kebenaran ini harusnya menolong kita untuk :
·
Jangan percaya dengan
iklan-iklan KKR yang bombastis yang menjaminkan kesembuhan kepada semua yang
sakit.
Iklan-iklan seperti ini biasanya menjanjikan atau
menjaminkan kesembuhan bagi semua orang sakit bahwa mereka pasti disembuhkan
Tuhan. Namun persoalannya adalah seringkali ada lebih banyak orang yang tidak sembuh daripada yang sembuh.
·
Jangan terlalu
mengagungkan pendeta / penginjil yang bisa melakukan mujizat kesembuhan karena
kesembuhan terjadi bukan karena hebatnya mereka melainkan karena Tuhan mau
menyembuhkan saudara. Mereka hanya alat Tuhan. (Itu pun kalau mujizatnya asli
dari Tuhan)
·
Jangan buru-buru
mencap orang tidak beriman kalau sakitnya tidak sembuh-sembuh.
·
Jika saudara sakit
maka berdoalah minta kesembuhan kepada Tuhan tetapi jangan memaksakan kehendak
saudara kepada Dia. Teladani si kusta dalam kisah ini ketika meminta kesembuhan
: “Tuan, jika Tuan mau”. (Mat 8:2).
I.
PERINTAH BAGI
SI KUSTA.
Selain
larangan pada si kusta, Yesus pun memberikan perintah pada si kusta.
Mat 8:4 – Lalu
Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini
kepada siapa pun, tetapi pergilah,
perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang
diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
Hal yang sama
Ia perintahkan kepada 10 orang kusta yang disembuhkannya.
Luk 17:14 - Lalu Ia
memandang mereka dan berkata: "Pergilah,
perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di
tengah jalan mereka menjadi tahir
Mengapa Yesus
memerintahkan mereka pergi memperlihatkan diri pada imam? Karena memang dalam
Hukum Taurat aturannya demikian. Jika seorang mengaku sudah sembuh dari
kustanya maka imam harus memeriksanya dan baru memberikan pernyataan dia sudah
tahir atau belum.
Im 14:2-3 –
(2) "Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada
hari pentahirannya: ia harus dibawa
kepada imam (3) dan imam harus pergi ke luar perkemahan; kalau menurut pemeriksaan imam penyakit kusta
itu telah sembuh dari padanya,….”
Jikalau benar bahwa ia sudah tahir maka ada aturan tentang
persembahan yang harus ia lakukan kepada Tuhan. Tentang aturan-aturan
bagi seorang yang sudah tahir dari kustanya dapat dibaca dalam Im 14.
Di sini terlihat bahwa Yesus sangat menghormati dan
mentaati Hukum Taurat / Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama. Dan Ia mau juga
agar si kusta ini mentaati hal tersebut. Ia tidak mau kalau kesembuhan yang Ia
berikan lantas membuat orang mengabaikan aturan-aturan yang ditetapkan dalam
Kitab Suci. Memang sejak kematian Yesus, Im 13-14 tidak perlu dilakukan
lagi karena ini termasuk Ceremonial Law
/ hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan.
Efs 2:15 - sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya,…”
tetapi pada saat Ia memberikan perintah pada si kusta itu,
Ia belum mati dan karenanya hukum itu masih berlaku.
Di sini kita dapati satu hal yang baik dari Yesus bahwa
bukan saja Ia sendiri yang taat kepada aturan Hukum Taurat , Ia
juga mau dan memerintahkan agar orang lain juga mentaati Hukum Taurat. Ini
seharusnya menjadi teladan bagi kita. Kita harus berusaha untuk mentaati Firman
Tuhan tetapi setelah itu kita juga harus mengupayakan atau bahkan kalau bisa
memerintahkan agar orang lain pun bisa mentaati Firman Tuhan (anak, isteri,
suami, orang tua, kakak-adik, teman, pacar, dll). Ada banyak kasus di mana orang tua adalah
orang-orang yang taat kepada Tuhan tetapi anak-anaknya hidup secara brengsek. Contohnya
imam Eli yang melayani Tuhan tetapi anak-anaknya (Hofni dan Penehas) hidup
secara brengsek. Demikian juga dengan Samuel.
1 Sam 8:1, 3 – (1) Setelah Samuel menjadi tua,
diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas orang Israel .
… (3) Tetapi anak-anaknya itu tidak
hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan
memutarbalikkan keadilan.
Demikian juga ada banyak suami yang taat kepada Tuhan
tetapi isterinya tidak. Demikian pula sebaliknya, dll. Jikalau kenyataan seperti itu yang saudara
hadapi, apakah saudara sudah berusaha agar mereka hidup dalam ketaatan pada
Firman Tuhan? Atau saudara hanya cuek atau bahkan mendukung mereka dalam
ketidaktaatan mereka terhadap Firman Tuhan?
Kiranya tindakan Yesus ini boleh mengajarkan pada kita
bahwa kita pun perlu berupaya agar anak, orang tua, suami, isteri, kakak, adik,
teman, pacar kita pun boleh taat kepada Firman Tuhan. Rasul Yohanes menulis :
2 Yoh 4 - Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati,
bahwa separuh dari anak-anakmu hidup
dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari
Bapa.
3 Yoh 4 - Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari
pada mendengar, bahwa anak-anakku
hidup dalam kebenaran.
Apakah saudara pun rindu agar orang lain hidup dalam
kebenaran?
- AMIN -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar