Sabtu, 09 Juni 2012

YESUS DAN ORANG KUSTA (1)


By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK


Mat 8:1-3 – (1) Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." (3) Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.


K
isah yang baru kita baca ini adalah kisah yang sama yang dicatat dalam Injil Markus 1:40-45 dan Luk 5:12-16. Di dalam pasal 5-7 Injilnya, Matius mencatat tentang pengajaran Yesus di bukit dan setelah itu dalam pasal 8-9, ia menulis tentang mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus sebanyak 10 mujizat di awali dengan kisah penyembuhan orang kusta ini. Nah, kisah penyembuhan orang kusta ini terletak dalam pasal 8:1-4 menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi persis setelah Yesus mengajar di bukit. Ini terlihat dari konteksnya :

Mat 8:1-2 – (1) Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya,….”

Kita akan mempelajari kisah ini dalam beberapa bagian :

I.       PENYAKIT KUSTA.

Penyakit kusta ini nama lainnya adalah “lepra” atau “hansen” sesuai dengan nama penemu virusnya sekaligus obatnya yakni seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1837. Pada zaman Yesus, di Palestina ada cukup banyak orang yang terkena sakit kusta ini. Dan boleh dikatakan bahwa penyakit kusta pada masa itu tidak dilihat sebagai sebuah persoalan medis melainkan sebuah persoalan teologis di mana kusta dianggap sebagai sebuah penyakit kutukan atau tanda bahwa seseorang tidak berkenan / dihukum di hadapan Allah. Mengapa sampai ada anggapan demikian? Karena dalam Perjanjian Lama dalam beberapa kasus, kusta terjadi sebagai akibat langsung dari hukuman Tuhan kepada orang-orang tertentu.

  1. Miryam.
 Miryam dihukum Tuhan dengan penyakit kusta karena mengata-ngatai dan iri hati terhadap Musa.

Bil 12:1-2;9-10 – (1) Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. (2) Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN… (9) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. (10) Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!

  1. Gehazi.
 Gehazi (bujangnya Elisa) dihukum dengan kusta karena meminta pemberian dari Naaman yang sebelumnya sudah ditolak Elisa.

2 Raj 5 – (21) Lalu Gehazi mengejar Naaman dari belakang. Ketika Naaman melihat ada orang berlari-lari mengejarnya, turunlah ia dengan segera dari atas kereta untuk mendapatkan dia dan berkata: "Selamat!" (22) Jawabnya: "Selamat! Tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan: Baru saja datang kepadaku dua orang muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua potong pakaian." (23) Naaman berkata: "Silakan, ambillah dua talenta." Naaman mendesak dia, dan membungkus dua talenta perak dalam dua pundi-pundi dan dua potong pakaian,.. (25) Baru saja Gehazi masuk dan tampil ke depan tuannya, berkatalah Elisa kepadanya: "Dari mana, Gehazi?" Jawabnya: "Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!" (26) Tetapi kata Elisa kepadanya: "Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari atas keretanya mendapatkan engkau? Maka sekarang, engkau telah menerima perak dan dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan, (27) tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya." Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju.

  1. Raja Uzia.

2 Taw 26 – (16) Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. (17) Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang … dan berkata kepadanya: "Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN, … (19) Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk dibakar menjadi marah. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam, timbullah penyakit kusta pada dahinya di hadapan para imam di rumah TUHAN, dekat mezbah pembakaran ukupan. (20) Imam kepala Azarya dan semua imam lainnya memandang kepadanya, dan sesungguhnya, ia sakit kusta pada dahinya. Cepat-cepat mereka mengusirnya dari sana, dan ia sendiri tergesa-gesa keluar, karena TUHAN telah menimpakan tulah kepadanya. (21) Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya,…”

Karena itulah maka orang Yahudi lalu beranggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit dari Tuhan. Pada zaman sekarang kusta / lepra ini sudah ditemukan obatnya dan penderita kusta bisa sembuh tapi pada masa itu belum ada obatnya. Bahkan para tabib terkenal pada saat itu pun tidak pernah berupaya untuk menemukan obat bagi sakit kusta karena mereka percaya bagaimana pun sakit ini tidak bisa disembuhkan karena ini adalah penyakit yang diberikan langsung oleh Allah. Hanya Allahlah yang bisa menyembuhkan sakit kusta ini. Bandingkan ini dengan kata-kata raja Israel ketika Aram mengirimkan surat kepadanya agar dapat menyembuhkan sakit kustanya Naaman :

2 Raj 5:7 - Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata: "Allahkah aku ini….sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? …”
Penyakit kusta ini pada masa itu adalah penyakit yang sangat mengerikan dan membuat pengidapnya sangat menderita.

E.W.C. Masterman - Tidak ada pe­nyakit lain yang bisa mematikan manusia melalui penderitaan yang bertahun-tahun dan mengerikan seperti penyakit kusta." (Dictionary of Christ and the Gospels, hal. 205).

Lalu bagaimana sesungguhnya penderitaan orang yang sakit kusta?

  1. Penderitaan fisik.

Penyakit kusta ini disebabkan oleh satu virus yang namanya “mycobacterium leprae”.



Penyakit kusta ini dimulai dengan munculnya bintil-bintil kecil pada bagian-bagian tubuh tertentu



Bintil-bintil kecil ini makin lama makin banyak dan besar dan berisi nanah.





Lalu bintil-bintil yang berisi nanah ini pecah sehingga area yang kulit yang diserang semakin membesar. Lama kelamaan seluruh tubuh penderita kusta akan dipenuhi dengan bintil-bintil semacam ini dan nanah yang sukar mengering. Bahkan ada kalanya bintil-bintil dengan nanah yang memenuhi seluruh tubuh penderita itu menjadi pecah sehingga nampak sangat mengerikan dan menakutkan.



Di bagian tangan dan kaki, kusta ini bisa menyerang dengan hebat sampai membuat luka-luka yang menganga dan dalam.




Bagian wajah pun tidak ketinggalan. Penyakit ini sampai merontokkan seluruh alis mata dan bulu mata korban di samping luka-luka yang memenuhi wajah penderita



Sampai taraf tertentu dia menyerang bola mata sehingga mata bisa membelalak bahkan bisa sampai tertutup seluruhnya




Dalam keadaan wajah yang mengerikan semacam ini seringkali penderita kusta sangat menakutkan sehingga ada yang lalu membungkus seluruh tubuh dan wajahnya dengan kain / perban


Penyakit kusta ini juga menyerang sistem saraf ditandai dengan hilangnya daya rasa pada bagian-bagian tubuh tertentu disusul dengan otot-otot yang melemah, namun ada juga, urat otot yang mengencang   sehingga   jari-jari   tangan   mencengkeram terus  menerus.


Dalam tahap selanjutnya jari-jari tangan dan kaki menjadi putus / tanggal bahkan bisa sampai putus seluruh kaki dan tangan penderita


Seiring dengan kehancuran tubuh, tali suara di kerongkongan pun menjadi bengkak, suara si penderita menjadi parau, serta nafas terengah-engah. Penyakit kusta yang demikian itu bisa berlangsung selama 9 tahun, dan akan mengakibatkan kemunduran mental, bahkan pingsan tak sadarkan diri (atau koma), dan akhirnya penderita bisa meninggal dunia.

  1. Penderitaan psikis.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa penderita kusta mengalami penderitaan fisik yang luar biasa. Tapi sesungguhnya penderitaan fisik yang dialami penderita kusta pada masa itu tidak sebanding dengan penderitaan psikis yang dialaminya. Penyakit kusta saat itu dianggap sebagai sebuah kenajisan sehingga si penderita juga dianggap najis. Kepada penderita kusta dikenakan pakaian yang tercabik-cabik dan rambutnya harus dibiarkan terurai, ia harus menutupi mukanya dan harus berteriak : Najis! Najis! Ia harus diasingkan dari masyarakat.

Im 13:44-46 - (44) maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. (45) Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! (46) Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.
Teriakan najis! Najis! ini sebenarnya adalah peringatan bagi orang lain supaya tidak mendekati dirinya / menjaug darinya jika tidak maka orang itu akan menjadi najis pula 

J.J.de Heer - Orang sakit kusta pada waktu itu menderita secara hebat. Bukan saja karena penyakit itu sering lambat-laun merusak tubuh mereka, melainkan juga karena mereka dibuang dari masyarakat. Mereka tidak boleh mendekati orang yang sehat. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 134).

Bandingkan :

Luk 17:12-13 – (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"
Bahwa penderita kusta benar-benar dikucilkan dari masyarakat terlihat dari komentar Barclay berikut ini :

William BarclayPada zaman Yesus di Yerusalem semua penderita penyakit kusta dilarang memasuki kota Yerusalem kota-kota  lain   yang   bertembok keliling. Di dalam synagoge ada ruangan khusus yang terpencil yang dikhususkan bagi mereka. Ruangan itu biasanya dalam ukuran sempit sekali, dan disebut Mekhitsah. Di dalam hukum  agama Yahudi ada 61 macam sentuhan yang bisa menajiskan. Yang  pertama  adalah menyentuh mayat, dan yang kedua menyentuh penderita kusta. Jadi penderita penyakit kusta memang dianggap hampir sama dengan  orang  yang sudah  mati. Kalau terjadi bahwa ada penderita kusta yang menyandarkan kepalanya ke sebuah rumah, maka seluruh rumah itu pun menjadi najis. Menyapa  atau  memberi salam kepada penderita kusta di  tempat umum pun dianggap melanggar hukum. Tak boleh ada orang yang mendekati penderita penyakit kusta kurang dari ½ meter. Kalau ada angin yang bertiup dari arah penderita kusta, maka semua orang harus menyingkir paling sedikit sejauh 50 meter. Para rabi Yahudi   tidak  akan  mau  membeli makanan apa pun yang dijual di jalan yang dilewati penderita penyakit kusta. Bahkan ada seorang rabi yang bangga karena ia selalu mengusir penderita kusta dengan jalan melemparinya dengan batu. Sedang rabi yang lain lebih suka bersembunyi atau menyingkir jauh-jauh kalau melihat ada orang yang sakit kusta. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 482-483).

Lebih parah itu adalah mereka kadang dianggap sebagai orang yang sudah mati.

William BarclayAbad pertengahan, yang memberlakukan Hukum Musa. Imam, yang memakai stolanya dan membawa salib, menuntun orang kusta ke gereja dan melaksanakan pelayanan penguburan untuknya. Orang kusta adalah seseorang yang dianggap sudah mati meskipun masih hidup. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Markus, hal. 69).

William BarclayIa harus mengenakan pakaian hitam agar semua orang tahu. Ia juga harus tinggal di rumah orang kusta. Ia tidak boleh masuk ke dalam gereja, tetapi sementara kebaktian di gereja berlangsung, ia boleh mengintip melalui lubang dinding gereja yang memang khusus dibuat bagi orang kusta. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Markus, hal. 69).

Jadi penyakit kusta adalah penyakit yang benar-benar telah memisahkan manusia dari sesamanya. Penderita penyakit kusta benar-benar tersingkir dari sesamanya! Inilah penderitaan psikis / batin dari penderita kusta. Demikianlah gambaran tentang penderitaan orang yang sakit kusta.

I.       TINDAKAN SI KUSTA & RESPON YESUS.

Dengan latar belakang tentang penyakit kusta yang sudah kita bahas, sekarang mari kita lihat apa yang terjadi dengan orang kusta yang bertemu dengan Yesus ini dan bagaimana respon Yesus terhadapnya.

Mat 8:2 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

Perhatikan bahwa ayat tersebut mengatakan bahwa orang kusta ini datang kepada Yesus. Dari ayat 2 ini kita bisa melihat bahwa ada hal-hal indah yang terkandung dalam tindakan dan kata-kata si kusta ini :

  1. Dia datang dengan keyakinan bahwa Yesus mau menerima dia.

Dari ayat 1 terlihat bahwa Yesus baru saja selesai mengajar di bukit dan banyak orang masih bersama-sama dengan Yesus ketika si kusta ini datang menemuinya.

Mat 8:1-2 – (1) Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya,….”

Dari sini terlihat bahwa si kusta ini terlalu berani mengingat aturannya adalah bahwa ia tidak boleh mendekati orang-orang yang sehat. Menurut aturan sebenarnya bahkan ia harus berteriak “Najis! Najis!” untuk mencegah rombongan Yesus itu mendekati dia tetapi ia justru melakukan yang sebaliknya. Ia datang kepada Yesus! Lalu mengapa dia berani melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan yang ada? Kelihatanya karena dia percaya / yakin bahwa Yesus mau menerima dia dan berbelas kasihan kepadanya.

William Barclay - Tak akan ada orang sakit kusta yang berani mendekati seorang ahli Taurat atau rabi Yahudi. Penderita penyakit kusta tahu, bahwa ia pasti akan dilempari dengan batu dan diusir. Tetapi penderita yang satu ini tokh datang mendekati Yesus. Ia tidak akan melakukan hal itu kalau ia tidak mempunyai keyakinan yang penuh bahwa Yesus mau menerima dirinya. Ia tidak merasa sangat najis  untuk  datang  kepada  Yesus.  (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 484).

Tetapi dari mana keyakinan ini bisa tumbuh di dalam hatinya?

B.J. Boland - Agaknya si sakit itu telah mendengar tentang Yesus, dan percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias (= sang Kristus). Menurut anggapan orang Yahudi, dalam zaman keselamatan (yang akan tiba di waktu datangnya sang Mesias), juga penyakit kulit yang mereka sebutkan zara 'at, akan ditiadakan (bnd. Luk. 7:22 yang mengingatkan kita kepada Yes. 35:5,8; 29:18-19; 61:1). (Tafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 123)

Karena itulah dia datang dengan keyakinan bahwa Kristus pasti menerima dia. Senajis apa pun dia, sehina apa pun dia, sekotor apa pun dia, semengerikan apa pun dia, dia percaya Kristus pasti mau menerima dia. Lalu bagaimana respon Kristus terhadap keberanian si kusta ini?

Mat 8:3 - Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu…”

Ini menunjukkan bahwa Yesus menerima si kusta itu. Yesus tidak bertindak seperti para ahli Taurat dan para rabi Yahudi yang menghindari orang kusta, atau mengusirnya bahkan melemparinya dengan batu. Ia menerima orang kusta itu bahkan mengulurkan tangan-Nya dan menjamahnya. Ini menjadi satu pelajaran penting bagi kita bahwa Kristus mau menerima setiap orang yang datang kepada-Nya. Karena itu sebagaimana si kusta yakin bahwa Kristus akan menerima dirinya, keyakinan yang sama seharusnya dimiliki oleh kita semua. Tidak boleh seorang pun dari antara kita yang merasa terlalu najis, terlalu berdosa, terlalu kotor/hina, terlalu kecil dan remeh untuk diterima oleh Kristus. Kristus pernah berkata :

Yoh 6:37 - Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
BIS – Semua orang yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku. Aku tidak akan menolak siapa pun yang datang kepada-Ku.
Seringkali ketika kita jatuh dalam dosa yang berat / besar apalagi secara berulang-ulang, ada satu perasaan tidak berani / tidak layak untuk datang kepada Kristus. Mungkin perasaan kita sama seperti perasaan si bungsu dalam cerita anak yang hilang.

Luk 15:19 - aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa

Tapi dari jaminan yang Kristus berikan ini, dan dari respon sang ayah kepada pertobatan si bungsu dalam kisah anak yang hilang (di mana ia menyambut dengan gembira si anak bungsu), asalkan kita bersungguh-sungguh, kita boleh percaya bahwa Ia tidak akan pernah menolak kita. Dia tidak pernah menolak para pemungut cukai yang datang kepada-Nya, Dia tidak menolak para pelacur yang datang kepada-Nya, Dia tidak pernah menolak orang-orang berdosa yang datang kepada-Nya, Dia menyambut mereka semua. Dan ini satu jaminan bagi kita bahwa kita pun tidak akan ditolak oleh-Nya jika kita datang kepada Dia.

Fakta ini juga mengajarkan kita bahwa apabila kita mempunyai masalah yang berat seperti yang dialami oleh si kusta, penderitaan, sakit penyakit, masalah/persoalan (dalam studi, pekerjaan, Rumah Tangga, pelayanan, dsb), kita boleh datang kepada Kristus dan mengharapkan pertolongan-Nya.

  1. Dia datang dengan penghormatan yang tinggi kepada Tuhan.

Selain datang dengan kayakinan akan diterima oleh Kristus, si kusta ini juga datang dengan penghormatan yang tinggi kepada Kristus.

Mat 8:2 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

Kata “sujud menyembah” di sini menggunakan kata Yunani “PROSKUNEO” dan kata ini tidak pernah dipakai untuk arti yang lain selain menyembah para dewa / yang ilahi. Dengan demikian sangat mungkin bahwa si kusta ini memang mempercayai Yesus sebagai Sang Mesias dan karena itu juga kata “KURIOS” yang digunakan di dalam ayat ini seharusnya diartikan “Tuhan” (seperti TL) dan bukan “tuan” (seperti TB).

Mat 8:2 (TL) - Maka datanglah seorang yang kena bala zaraat sujud menyembah Dia sambil katanya, "Ya Tuhan, jikalau kiranya Tuhan kehendaki, niscaya Tuhan dapat mentahirkan hamba.

Dengan demikian dari penggunaan sikap “sujud menyembah” dikaitkan dengan penyebutan “Kurios” bagi Yesus, harus diartikan bahwa si kusta ini memang benar-benar menghormati Yesus.  

Dua hal ini juga harus ada pada diri kita yakni kepercayaan kepada Yesus sebagai Tuhan dan diikuti dengan penghormatan yang tinggi kepada-Nya. Ada banyak orang menghormati Yesus tetapi tidak percaya bahwa Dia adalah Tuhan seperti Islam yang menghormati Yesus sebagai nabi tetapi tidak percaya Dia adalah Tuhan. Seperti Saksi Saksi Yehuwa dan Unitarianisme yang menghormati Yesus sebagai penghulu malaikat tetapi tidak percaya Dia sebagai Tuhan dalam pengertian yang sesungguhnya. Seperti kaum Liberalisme maupun golongan New Age Movement yang menghormati Yesus sebagai seorang guru moral tetapi tidak percaya Dia sebagai Tuhan, dll. Penghormatan seperti ini tidak ada gunanya. Karena Yesus menuntut penghormatan kepada-Nya sama seperti penghormatan kepada Allah.

Yoh 5:23 - supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Jikalau penghormatan kepada-Nya kurang dari penghormatan kepada Allah, sesungguhnya kita tidak pernah menghormati Dia.

Sebaliknya ada banyak orang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan tetapi tidak menghormati-Nya.

Di sini si kusta menghormati Yesus melalui sikap tubuhnya yakni “sujud menyembah” tetapi penghormatan itu sendiri sangat luas pengertiannya sehingga kita harus berupaya menghormati Tuhan dalam segala aspek hidup kita. Salah satu contoh misalnya di dalam ibadah. Kita bisa menghormati Tuhan di dalam ibadah melalui sikap tubuh kita maupun cara berpakaian kita dan juga ketertiban di dalam beribadah. Ada orang yang sementara beribadah dan ada telepon masuk lebih memilih menerima telpon dan mengganggu ibadah daripada mematikannya. Ini sikap tidak hormat kepada Tuhan. Suatu kali ketika Billy Graham sementara berdoa, pembantunya mengetuk pintu dan menyampaikan bahwa ada telepon dari Presiden Amerika Serikat. Billy Graham menjadi marah kepada pembantunya dan menyuruh dia mengatakan kepada Presiden : “Bilang pada Pak Presiden, saya sementara berbicara dengan Raja di atas segala raja”. Ini adalah sikap hormat yang sangat tinggi kepada Tuhan. Ingat, Doa Bapa Kami memang mengajarkan kepada kita bahwa Allah itu adalah Bapa kita, tetapi Dia adalah Bapa yang di Sorga. Sorga di sini harus ditafsirkan sebagai suatu penghormatan tentang keilahian, otoritas, kuasa, kekudusan, kemuliaan dan kebesaran Allah. Karena itu walaupun Dia adalah Bapa yang bisa didekati dengan penuh keakraban, tetapi juga harus didekati dengan penuh penghormatan dan ketakutan karena Dia Allah, kudus, mulia dan besar.

  1. Dia datang dengan sikap merendahkan diri dan kepasrahan yang mutla kepada Tuhan.

Hal berikut yang bisa dicatat dari si kusta ini adalah dia datang dengan penuh kerendahan dan kepasrahan kepada Yesus. Kerendahan diri dan kepasrahan yang saya maksudkan adalah bahwa dia datang kepada Tuhan dengan kata-kata yang sangat indah : “jika Tuhan mau”.

Mat 8:2 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

Perhatikan bahwa si kusta sama sekali tidak menuntut agar ia ditahirkan/disembuhkan. Ini menunjukkan kerendahan dirinya. Ia seolah-olah mengatakan : "Aku tahu, bahwa aku tiada berharga; aku tahu bahwa semua orang pasti akan menyingkirkan aku dan tidak mau mengambil peduli terhadap diriku; aku tahu bahwa aku tak berhak meminta apa-apa darimu; tetapi barangkali dengan kemurahan ilahimu engkau menyatakan kuasamu meskipun kepada orang yang seperti aku ini."

Di samping itu ini juga adalah bentuk kepasrahan kepada kehendak Tuhan. Dia mengharapkan sesuatu dari Tuhan tapi dia tidak ingin memaksakan kehendaknya kepada Tuhan. Ini seharusnya menjadi teladan penting bagi kita. Doa sebenarnya adalah suatu bentuk perendahan diri dan kepasrahan kepada Tuhan dan bukannya pemaksaan kehendak kepada Tuhan. 

J.J.de Heer - “…orang kusta itu memperlihatkan contoh doa yang benar: orang kusta itu tidak mau "memaksa" Yesus; ia hanya mengakui bahwa Yesus berkuasa, tetapi ia menyerahkan kepada Yesus apakah Dia mau memakai kuasa itu untuk memberi penyembuhan. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 134-135).

B.J. Boland - “…si sakit menyerahkan keputusannya kepada Yesus ("jika Tuan mau . . ."). Dengan demikian ia menjadi teladan bagi semua orang yang mengharapkan kesembuhan dengan jalan berdoa! Tidak boleh sekali-kali dikatakan: asal engkau betul-bctul percaya, maka tidak dapat tidak engkau disembuhkan; kalau engkau tidak disembuhkan, itu adalah bukti bahwa engkau kurang percaya! Tidak! Justru orang percaya menyerahkan hidupnya ke tangan Allah; ia tidak menuntut, tetapi memohon.  (Tafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 122-123)

Matthew Henry - Kita harus memohon belas kasihan-Nya; kita tidak boleh menuntut belas kasihan Allah ini seperti kita menagih utang, tetapi kita harus dengan rendah hati memintanya seperti kita minta pertolongan, "Tuhan, jika Tuhan mau. Aku bersimpuh di kaki-Mu, dan jika aku binasa, aku akan binasa di situ." (Injil Matius 1-14, hal. 337)

Jangan sekali-kali memaksakan kehendak kita di dalam doa kepada Tuhan melainkan berpasrahlah kepada kehendak-Nya. Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah (mantan Islam) yang berdoa untuk kesembuhan orang-orang sakit. Dalam doanya ia berkata : “Tuhan, saya minta malam ini Engklau menyembuhkan orang-orang sakit ini, jika tidak maka saya akan kembali masuk Islam”. Saya kaget sekali dengan doa semacam ini. Ini contoh doa yang mau memaksa Tuhan mengikuti kehendak kita. Saya juga membaca di internet satu contoh doa. Berikut ini doanya :

“Ya Tuhan, kalau memang dia jodohku, dekatkanlah….
Tapi kalau bukan jodohku, jodohkanlah…..
Jika dia tidak berjodoh denganku, maka jadikanlah kami berjodoh…
Kalau dia bukan jodohku, jangan sampai dia dapat jodoh yang lain selain aku….
Kalau dia tidak bisa dijodohkan denganku, jangan sampai dia dapat jodoh yang lain, biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku…
Dan saat dia tidak memiliki jodoh, jodohkanlah kami kembali….
Kalau dia jodoh orang lain, putuskanlah! Jodohkanlah dengan aku….
Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain, biar orang itu ketemu jodoh dengan yang lain dan kemudian jodohkan kembali dia denganku….
Amin!

Lagi-lagi ini adalah contoh doa yang memaksa Tuhan menuruti kehendak si pendoa.

Alangkah indahnya ketika si kusta berkata “Tuhan, jika Tuhan mau…” dan Yesus pun memberi jawab kepadanya :

Mat 8:3 - Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir."….”

  1. Dia datang dengan keyakinan yang teguh kepada kuasa Tuhan.

Si kusta ini juga datang dengan suatu keyakinan akan kuasa Tuhan.

Mat 8:2 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

BBE - And a leper came and gave him worship, saying, Lord, if it is your pleasure, you have power to make me clean (Engkau mempunyai kuasa untuk mentahirkanku).

Alkitab Bahasa Sabu - Pa dhara awe naanne ta dakka ke heddau do paddha nadato. Ta la lakku rutu ke no pa hedhapa Yesus, jhe lii no, "Ama, kinga ddhei Ama, do nara ma ta peie ya ri Ama (karena Bapak dapat menyembuhkan saya)

Sama sekali tidak kelihatan adanya sedikit keraguan di dalam kata-katanya. Ia percaya penuh pada kuasa Yesus yang sanggup menyembuhkannya. Menurut para rabi Yahudi, penyakit kusta adalah satu-satunya pe­nyakit yang tidak bisa disembuhkan. Tetapi orang ini yakin, bahwa Yesus dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Ia tidak merasa bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan ketika ia datang kepada Yesus. Dan keyakinannya terbukti dengan apa yang terjadi selanjutnya dari apa yang dikatakan dan dilakukan Yesus kepadanya :

Mat 8:3 - Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
Kiranya keyakinan yang sama seperti yang ada di dalam diri si kusta itu juga ada di dalam diri setiap anak Tuhan.

William Barclay -  Dan setiap orang memang tidak boleh merasa, bahwa penyakit atau dosanya tidak dapat dihapuskan, selama Yesus Kristus ada. Selama Yesus Kristus hidup maka tidak ada penyakit jasmani maupun dosa yang tidak bisa dihapuskan-Nya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 484)

Ya! Kita harus yakin akan kuasa Allah. Yakin akan kuasa Allah bahwa Ia sanggup melakukan segala perkara, Ia sanggup menyembuhkan kita (jika Ia mau), Ia sanggup mengampuni kita, Ia sanggup melepaskan kita, Ia sanggup menolong kita, Ia sanggup memberkati kita.


- AMIN -


Tidak ada komentar: