By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK
Mat 8:1-3 – (1) Setelah Yesus
turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (2) Maka
datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan
berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." (3) Lalu
Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau,
jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada
kustanya.
K
|
isah
yang baru kita baca ini adalah kisah yang sama yang dicatat dalam Injil Markus
1:40-45 dan Luk 5:12-16. Di dalam pasal 5-7 Injilnya, Matius mencatat tentang
pengajaran Yesus di bukit dan setelah itu dalam pasal 8-9, ia menulis tentang
mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus sebanyak 10 mujizat di awali dengan kisah
penyembuhan orang kusta ini. Nah, kisah penyembuhan orang kusta ini terletak
dalam pasal 8:1-4 menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi persis setelah Yesus
mengajar di bukit. Ini terlihat dari konteksnya :
Mat
8:1-2 – (1) Setelah Yesus turun dari
bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta
kepada-Nya,….”
Kita
akan mempelajari kisah ini dalam beberapa bagian :
I. PENYAKIT
KUSTA.
Penyakit kusta ini nama lainnya adalah “lepra” atau “hansen” sesuai dengan nama penemu virusnya sekaligus obatnya yakni
seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1837.
Pada zaman Yesus, di Palestina ada cukup banyak orang yang terkena sakit kusta
ini. Dan boleh dikatakan bahwa penyakit kusta pada masa itu tidak dilihat
sebagai sebuah persoalan medis melainkan sebuah persoalan teologis di mana
kusta dianggap sebagai sebuah penyakit kutukan atau tanda bahwa seseorang tidak
berkenan / dihukum di hadapan Allah. Mengapa sampai ada anggapan demikian?
Karena dalam Perjanjian Lama dalam beberapa kasus, kusta terjadi sebagai akibat
langsung dari hukuman Tuhan kepada orang-orang tertentu.
- Miryam.
Bil 12:1-2;9-10 – (1) Miryam serta Harun mengatai Musa
berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah
mengambil seorang perempuan Kush . (2) Kata
mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah
dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu
kepada TUHAN… (9) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu
pergilah Ia. (10) Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta,
putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya,
bahwa dia kena kusta!
- Gehazi.
2 Raj 5 – (21) Lalu Gehazi mengejar Naaman dari
belakang. Ketika Naaman melihat ada orang berlari-lari mengejarnya, turunlah ia
dengan segera dari atas kereta untuk mendapatkan dia dan berkata:
"Selamat!" (22) Jawabnya: "Selamat! Tuanku Elisa menyuruh aku
mengatakan: Baru saja datang kepadaku dua orang muda dari pegunungan Efraim
dari antara rombongan nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan
dua potong pakaian." (23) Naaman berkata: "Silakan, ambillah dua
talenta." Naaman mendesak dia, dan membungkus dua talenta perak dalam dua
pundi-pundi dan dua potong pakaian,.. (25) Baru saja Gehazi masuk dan tampil ke
depan tuannya, berkatalah Elisa kepadanya: "Dari mana, Gehazi?"
Jawabnya: "Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!" (26) Tetapi kata
Elisa kepadanya: "Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari
atas keretanya mendapatkan engkau? Maka sekarang, engkau telah menerima perak
dan dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur,
kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan, (27) tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat
kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya." Maka keluarlah
Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju.
- Raja
Uzia.
2 Taw 26 – (16) Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi
tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada
TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah
pembakaran ukupan. (17) Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang … dan
berkata kepadanya: "Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada
TUHAN, … (19) Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk dibakar
menjadi marah. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam, timbullah penyakit kusta pada dahinya
di hadapan para imam di rumah TUHAN, dekat mezbah pembakaran ukupan. (20) Imam
kepala Azarya dan semua imam lainnya memandang kepadanya, dan sesungguhnya, ia sakit kusta pada dahinya.
Cepat-cepat mereka mengusirnya dari sana ,
dan ia sendiri tergesa-gesa keluar, karena TUHAN
telah menimpakan tulah kepadanya. (21) Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya,…”
Karena itulah maka orang Yahudi lalu beranggapan bahwa
penyakit kusta adalah penyakit dari Tuhan. Pada zaman sekarang kusta / lepra
ini sudah ditemukan obatnya dan penderita kusta bisa sembuh tapi pada masa itu
belum ada obatnya. Bahkan para tabib terkenal pada saat itu pun tidak pernah
berupaya untuk menemukan obat bagi sakit kusta karena mereka percaya bagaimana
pun sakit ini tidak bisa disembuhkan karena ini adalah penyakit yang diberikan
langsung oleh Allah. Hanya Allahlah yang bisa menyembuhkan sakit kusta ini.
Bandingkan ini dengan kata-kata raja Israel
ketika Aram mengirimkan surat kepadanya agar dapat
menyembuhkan sakit kustanya Naaman :
2 Raj 5:7 - Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta
berkata: "Allahkah aku
ini….sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang
dari penyakit kustanya? …”
Penyakit kusta ini pada masa itu adalah penyakit yang
sangat mengerikan dan membuat pengidapnya sangat menderita.
E.W.C. Masterman - Tidak ada penyakit lain yang bisa mematikan manusia melalui
penderitaan yang bertahun-tahun dan mengerikan seperti penyakit kusta." (Dictionary
of Christ and the Gospels, hal. 205).
Lalu bagaimana sesungguhnya penderitaan orang yang
sakit kusta?
- Penderitaan fisik.
Penyakit kusta ini
disebabkan oleh satu virus yang namanya “mycobacterium
leprae”.
Penyakit kusta ini dimulai dengan munculnya bintil-bintil kecil pada bagian-bagian tubuh tertentu
Bintil-bintil kecil ini makin lama makin
banyak dan besar dan berisi nanah.
Lalu bintil-bintil yang berisi nanah ini
pecah sehingga area yang kulit yang diserang semakin membesar. Lama kelamaan
seluruh tubuh penderita kusta akan dipenuhi dengan bintil-bintil semacam ini
dan nanah yang sukar mengering. Bahkan ada kalanya bintil-bintil dengan nanah
yang memenuhi seluruh tubuh penderita itu menjadi pecah sehingga nampak sangat
mengerikan dan menakutkan.
Di bagian tangan dan kaki, kusta ini bisa
menyerang dengan hebat sampai membuat luka-luka yang menganga dan dalam.
Bagian wajah pun tidak
ketinggalan. Penyakit ini sampai merontokkan seluruh alis mata dan bulu mata
korban di samping luka-luka yang memenuhi wajah penderita
Sampai taraf tertentu dia
menyerang bola mata sehingga mata bisa membelalak bahkan bisa sampai tertutup
seluruhnya
Dalam keadaan wajah yang
mengerikan semacam ini seringkali penderita kusta sangat menakutkan sehingga
ada yang lalu membungkus seluruh tubuh dan wajahnya dengan kain / perban
Penyakit kusta ini juga
menyerang sistem saraf ditandai dengan hilangnya daya rasa pada bagian-bagian
tubuh tertentu disusul dengan otot-otot yang melemah, namun ada juga, urat otot
yang mengencang sehingga jari-jari
tangan mencengkeram terus menerus.
Dalam tahap selanjutnya jari-jari
tangan dan kaki menjadi putus / tanggal bahkan bisa sampai putus seluruh kaki
dan tangan penderita
Seiring dengan kehancuran tubuh, tali
suara di kerongkongan pun menjadi bengkak, suara si penderita menjadi parau,
serta nafas terengah-engah. Penyakit kusta yang demikian itu bisa berlangsung
selama 9 tahun, dan akan mengakibatkan kemunduran mental, bahkan pingsan tak
sadarkan diri (atau koma), dan akhirnya penderita bisa meninggal dunia.
- Penderitaan
psikis.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa penderita kusta
mengalami penderitaan fisik yang luar biasa. Tapi sesungguhnya penderitaan
fisik yang dialami penderita kusta pada masa itu tidak sebanding dengan
penderitaan psikis yang dialaminya. Penyakit kusta saat itu dianggap sebagai
sebuah kenajisan sehingga si penderita juga dianggap najis. Kepada penderita
kusta dikenakan pakaian yang tercabik-cabik dan rambutnya harus dibiarkan
terurai, ia harus menutupi mukanya dan harus berteriak : Najis! Najis! Ia harus
diasingkan dari masyarakat.
Im 13:44-46 - (44) maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus
menyatakan dia najis, karena
penyakit yang di kepalanya itu. (45) Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya
terurai dan lagi ia harus
menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! (46) Selama ia kena
penyakit itu, ia tetap najis; memang
ia najis; ia harus tinggal
terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.
Teriakan najis! Najis! ini sebenarnya adalah
peringatan bagi orang lain supaya tidak mendekati dirinya / menjaug darinya
jika tidak maka orang itu akan menjadi najis pula
J.J.de Heer - Orang sakit kusta pada waktu itu menderita secara hebat. Bukan
saja karena penyakit itu sering lambat-laun merusak tubuh mereka, melainkan
juga karena mereka dibuang dari masyarakat. Mereka tidak boleh mendekati orang
yang sehat. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 134).
Bandingkan :
Luk 17:12-13 – (12) Ketika Ia
memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh
(13) dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"
Bahwa penderita kusta benar-benar dikucilkan dari
masyarakat terlihat dari komentar Barclay berikut ini :
William
Barclay – Pada zaman Yesus di Yerusalem semua penderita penyakit kusta dilarang
memasuki kota
Yerusalem kota-kota lain yang
bertembok keliling. Di dalam synagoge ada ruangan khusus yang terpencil
yang dikhususkan bagi mereka. Ruangan
itu biasanya dalam ukuran sempit sekali, dan disebut Mekhitsah. Di dalam hukum
agama Yahudi ada 61 macam sentuhan yang bisa menajiskan. Yang pertama
adalah menyentuh mayat, dan yang kedua menyentuh penderita kusta. Jadi
penderita penyakit kusta memang dianggap hampir sama dengan orang
yang sudah mati. Kalau terjadi
bahwa ada penderita kusta yang menyandarkan kepalanya ke sebuah rumah, maka
seluruh rumah itu pun menjadi najis. Menyapa
atau memberi salam kepada
penderita kusta di tempat umum pun
dianggap melanggar hukum. Tak boleh ada orang yang mendekati penderita penyakit
kusta kurang dari ½ meter. Kalau ada angin yang bertiup dari arah penderita
kusta, maka semua orang harus menyingkir paling sedikit sejauh 50 meter. Para rabi Yahudi
tidak akan mau
membeli makanan apa pun yang dijual di jalan yang dilewati penderita
penyakit kusta. Bahkan ada seorang rabi yang bangga karena ia selalu mengusir
penderita kusta dengan jalan melemparinya dengan batu. Sedang rabi yang lain
lebih suka bersembunyi atau menyingkir jauh-jauh kalau melihat ada orang yang
sakit kusta. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 482-483).
Lebih parah itu adalah mereka kadang dianggap sebagai
orang yang sudah mati.
William
Barclay – Abad pertengahan, yang memberlakukan Hukum
Musa. Imam, yang memakai stolanya dan membawa salib, menuntun orang kusta ke
gereja dan melaksanakan pelayanan penguburan untuknya. Orang kusta adalah
seseorang yang dianggap sudah mati meskipun masih hidup. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil
Markus, hal. 69).
William
Barclay – Ia harus mengenakan pakaian hitam agar semua
orang tahu. Ia juga harus tinggal di rumah orang kusta. Ia tidak boleh masuk ke
dalam gereja, tetapi sementara kebaktian di gereja berlangsung, ia boleh
mengintip melalui lubang dinding gereja yang memang khusus dibuat bagi orang
kusta. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil
Markus, hal. 69).
Jadi penyakit kusta adalah penyakit yang benar-benar
telah memisahkan manusia dari sesamanya. Penderita penyakit kusta benar-benar
tersingkir dari sesamanya! Inilah penderitaan
psikis / batin dari penderita kusta. Demikianlah gambaran tentang penderitaan
orang yang sakit kusta.
I. TINDAKAN SI
KUSTA & RESPON YESUS.
Dengan latar belakang tentang penyakit kusta yang
sudah kita bahas, sekarang mari kita lihat apa yang terjadi dengan orang kusta
yang bertemu dengan Yesus ini dan bagaimana respon Yesus terhadapnya.
Mat 8:2 – Maka
datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia
dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
Perhatikan bahwa ayat tersebut mengatakan bahwa orang
kusta ini datang kepada Yesus. Dari ayat 2 ini kita bisa melihat bahwa ada
hal-hal indah yang terkandung dalam tindakan dan kata-kata si kusta ini :
- Dia
datang dengan keyakinan bahwa Yesus mau menerima dia.
Dari ayat 1 terlihat bahwa Yesus baru saja selesai
mengajar di bukit dan banyak orang masih bersama-sama dengan Yesus ketika si
kusta ini datang menemuinya.
Mat 8:1-2 – (1) Setelah Yesus turun dari bukit, orang
banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (2) Maka datanglah seorang yang sakit
kusta kepada-Nya,….”
Dari sini terlihat bahwa si kusta ini terlalu berani
mengingat aturannya adalah bahwa ia tidak boleh mendekati orang-orang yang
sehat. Menurut aturan sebenarnya bahkan ia harus berteriak “Najis! Najis!” untuk mencegah rombongan Yesus itu mendekati dia
tetapi ia justru melakukan yang sebaliknya. Ia datang kepada Yesus! Lalu mengapa
dia berani melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan yang ada?
Kelihatanya karena dia percaya / yakin bahwa Yesus mau menerima dia dan
berbelas kasihan kepadanya.
William Barclay - Tak akan ada orang sakit kusta yang berani mendekati seorang
ahli Taurat atau rabi Yahudi. Penderita penyakit kusta tahu, bahwa ia pasti
akan dilempari dengan batu dan diusir. Tetapi penderita yang satu ini tokh
datang mendekati Yesus. Ia tidak akan melakukan hal itu kalau ia tidak
mempunyai keyakinan yang penuh bahwa Yesus mau menerima dirinya. Ia tidak
merasa sangat najis untuk datang
kepada Yesus. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10,
hal. 484).
Tetapi dari mana keyakinan ini bisa tumbuh di dalam
hatinya?
B.J. Boland - Agaknya si sakit itu telah mendengar tentang Yesus, dan percaya
bahwa Yesus adalah sang Mesias (= sang Kristus). Menurut anggapan orang Yahudi,
dalam zaman keselamatan (yang akan tiba di waktu datangnya sang Mesias), juga
penyakit kulit yang mereka sebutkan zara 'at, akan ditiadakan (bnd. Luk.
7:22 yang mengingatkan kita kepada Yes. 35:5,8; 29:18-19; 61:1). (Tafsiran
Alkitab Injil Lukas, hal. 123)
Karena itulah dia datang dengan keyakinan bahwa
Kristus pasti menerima dia. Senajis apa pun dia, sehina apa pun dia, sekotor
apa pun dia, semengerikan apa pun dia, dia percaya Kristus pasti mau menerima
dia. Lalu bagaimana respon Kristus terhadap keberanian si kusta ini?
Mat 8:3 - Lalu Yesus
mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu…”
Ini menunjukkan bahwa Yesus menerima si kusta itu.
Yesus tidak bertindak seperti para ahli Taurat dan para rabi Yahudi yang
menghindari orang kusta, atau mengusirnya bahkan melemparinya dengan batu. Ia
menerima orang kusta itu bahkan mengulurkan tangan-Nya dan menjamahnya. Ini
menjadi satu pelajaran penting bagi kita bahwa Kristus mau menerima setiap
orang yang datang kepada-Nya. Karena itu sebagaimana si kusta yakin bahwa
Kristus akan menerima dirinya, keyakinan yang sama seharusnya dimiliki oleh
kita semua. Tidak boleh seorang pun dari antara kita yang merasa terlalu najis,
terlalu berdosa, terlalu kotor/hina, terlalu kecil dan remeh untuk diterima
oleh Kristus. Kristus pernah berkata :
Yoh 6:37 - Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan
datang kepada-Ku, dan barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
BIS – Semua orang yang diberikan Bapa kepada-Ku akan
datang kepada-Ku. Aku tidak akan
menolak siapa pun yang datang kepada-Ku.
Seringkali ketika kita jatuh dalam dosa yang berat /
besar apalagi secara berulang-ulang, ada satu perasaan tidak berani / tidak
layak untuk datang kepada Kristus. Mungkin perasaan kita sama seperti perasaan
si bungsu dalam cerita anak yang hilang.
Luk 15:19 - aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa
Tapi dari jaminan yang Kristus berikan ini, dan dari
respon sang ayah kepada pertobatan si bungsu dalam kisah anak yang hilang (di
mana ia menyambut dengan gembira si anak bungsu), asalkan kita
bersungguh-sungguh, kita boleh percaya bahwa Ia tidak akan pernah menolak kita.
Dia tidak pernah menolak para pemungut cukai yang datang kepada-Nya, Dia tidak
menolak para pelacur yang datang kepada-Nya, Dia tidak pernah menolak
orang-orang berdosa yang datang kepada-Nya, Dia menyambut mereka semua. Dan ini
satu jaminan bagi kita bahwa kita pun tidak akan ditolak oleh-Nya jika kita
datang kepada Dia.
Fakta ini juga mengajarkan kita bahwa apabila kita
mempunyai masalah yang berat seperti yang dialami oleh si kusta, penderitaan,
sakit penyakit, masalah/persoalan (dalam studi, pekerjaan, Rumah Tangga,
pelayanan, dsb), kita boleh datang kepada Kristus dan mengharapkan
pertolongan-Nya.
- Dia
datang dengan penghormatan yang tinggi kepada Tuhan.
Selain datang dengan kayakinan akan diterima oleh
Kristus, si kusta ini juga datang dengan penghormatan yang tinggi kepada
Kristus.
Mat 8:2 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta
kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia
dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan
aku."
Kata “sujud
menyembah” di sini menggunakan kata Yunani “PROSKUNEO” dan kata ini tidak
pernah dipakai untuk arti yang lain selain menyembah para dewa / yang ilahi. Dengan
demikian sangat mungkin bahwa si kusta ini memang mempercayai Yesus sebagai
Sang Mesias dan karena itu juga kata “KURIOS” yang digunakan di dalam ayat ini
seharusnya diartikan “Tuhan” (seperti TL) dan bukan “tuan” (seperti TB).
Mat 8:2 (TL) - Maka datanglah seorang yang kena bala
zaraat sujud menyembah Dia sambil katanya, "Ya Tuhan, jikalau kiranya Tuhan
kehendaki, niscaya Tuhan
dapat mentahirkan hamba.
Dengan demikian dari penggunaan sikap “sujud menyembah” dikaitkan dengan
penyebutan “Kurios” bagi Yesus, harus
diartikan bahwa si kusta ini memang benar-benar menghormati Yesus.
Dua hal ini juga harus ada pada diri kita yakni
kepercayaan kepada Yesus sebagai Tuhan dan diikuti dengan penghormatan yang
tinggi kepada-Nya. Ada
banyak orang menghormati Yesus tetapi tidak percaya bahwa Dia adalah Tuhan
seperti Islam yang menghormati Yesus sebagai nabi tetapi tidak percaya Dia
adalah Tuhan. Seperti Saksi Saksi Yehuwa dan Unitarianisme yang menghormati
Yesus sebagai penghulu malaikat tetapi tidak percaya Dia sebagai Tuhan dalam
pengertian yang sesungguhnya. Seperti kaum Liberalisme maupun golongan New Age Movement yang menghormati Yesus
sebagai seorang guru moral tetapi tidak percaya Dia sebagai Tuhan, dll.
Penghormatan seperti ini tidak ada gunanya. Karena Yesus menuntut penghormatan
kepada-Nya sama seperti penghormatan kepada Allah.
Yoh 5:23 - supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.
Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang
mengutus Dia.
Jikalau penghormatan kepada-Nya kurang dari penghormatan
kepada Allah, sesungguhnya kita tidak pernah menghormati Dia.
Sebaliknya ada banyak orang percaya bahwa Yesus adalah
Tuhan tetapi tidak menghormati-Nya.
Di sini si kusta menghormati Yesus melalui sikap
tubuhnya yakni “sujud menyembah” tetapi
penghormatan itu sendiri sangat luas pengertiannya sehingga kita harus berupaya
menghormati Tuhan dalam segala aspek hidup kita. Salah satu contoh misalnya di
dalam ibadah. Kita bisa menghormati Tuhan di dalam ibadah melalui sikap tubuh
kita maupun cara berpakaian kita dan juga ketertiban di dalam beribadah. Ada orang yang sementara
beribadah dan ada telepon masuk lebih memilih menerima telpon dan mengganggu
ibadah daripada mematikannya. Ini sikap tidak hormat kepada Tuhan. Suatu kali
ketika Billy Graham sementara berdoa, pembantunya mengetuk pintu dan
menyampaikan bahwa ada telepon dari Presiden Amerika Serikat. Billy Graham
menjadi marah kepada pembantunya dan menyuruh dia mengatakan kepada Presiden : “Bilang pada Pak Presiden, saya sementara
berbicara dengan Raja di atas segala raja”. Ini adalah sikap hormat yang
sangat tinggi kepada Tuhan. Ingat, Doa Bapa Kami memang mengajarkan kepada kita
bahwa Allah itu adalah Bapa kita, tetapi Dia adalah Bapa yang di Sorga. Sorga di sini harus ditafsirkan sebagai suatu penghormatan
tentang keilahian, otoritas, kuasa, kekudusan, kemuliaan dan kebesaran
Allah. Karena itu walaupun Dia adalah Bapa yang bisa didekati dengan penuh
keakraban, tetapi juga harus didekati dengan penuh penghormatan dan ketakutan
karena Dia Allah, kudus, mulia dan besar.
- Dia
datang dengan sikap merendahkan diri dan kepasrahan yang mutla kepada
Tuhan.
Hal berikut yang bisa dicatat dari si kusta ini adalah
dia datang dengan penuh kerendahan dan kepasrahan kepada Yesus. Kerendahan diri
dan kepasrahan yang saya maksudkan adalah bahwa dia datang kepada Tuhan dengan
kata-kata yang sangat indah : “jika Tuhan
mau”.
Mat 8:2 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta
kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan
aku."
Perhatikan bahwa si kusta sama sekali tidak menuntut
agar ia ditahirkan/disembuhkan. Ini menunjukkan kerendahan dirinya. Ia seolah-olah mengatakan : "Aku tahu, bahwa aku tiada berharga; aku tahu bahwa semua orang
pasti akan menyingkirkan aku dan tidak mau mengambil peduli terhadap diriku;
aku tahu bahwa aku tak berhak meminta apa-apa darimu; tetapi barangkali dengan
kemurahan ilahimu engkau menyatakan kuasamu meskipun kepada orang yang seperti
aku ini."
Di samping itu ini juga adalah bentuk kepasrahan
kepada kehendak Tuhan. Dia mengharapkan sesuatu dari Tuhan tapi dia tidak ingin
memaksakan kehendaknya kepada Tuhan. Ini seharusnya menjadi teladan penting
bagi kita. Doa sebenarnya adalah suatu bentuk perendahan diri dan kepasrahan
kepada Tuhan dan bukannya pemaksaan kehendak kepada Tuhan.
J.J.de Heer - “…orang kusta itu
memperlihatkan contoh doa yang benar: orang kusta itu tidak mau
"memaksa" Yesus; ia hanya mengakui bahwa Yesus berkuasa, tetapi ia
menyerahkan kepada Yesus apakah Dia mau memakai kuasa itu untuk memberi
penyembuhan. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 134-135).
B.J. Boland - “…si sakit menyerahkan keputusannya kepada Yesus ("jika Tuan mau . . .").
Dengan demikian ia menjadi teladan bagi semua orang yang mengharapkan kesembuhan
dengan jalan berdoa! Tidak boleh sekali-kali dikatakan: asal engkau
betul-bctul percaya, maka tidak dapat tidak engkau disembuhkan; kalau engkau
tidak disembuhkan, itu adalah bukti bahwa engkau kurang percaya! Tidak! Justru
orang percaya menyerahkan hidupnya ke tangan Allah; ia tidak menuntut, tetapi
memohon. (Tafsiran Alkitab Injil Lukas, hal.
122-123)
Matthew Henry - Kita harus memohon belas kasihan-Nya;
kita tidak boleh menuntut belas kasihan Allah ini seperti kita menagih utang,
tetapi kita harus dengan rendah hati memintanya seperti kita minta pertolongan,
"Tuhan, jika Tuhan mau. Aku bersimpuh di kaki-Mu, dan jika aku
binasa, aku akan binasa di situ." (Injil Matius 1-14, hal. 337)
Jangan sekali-kali memaksakan kehendak kita di dalam
doa kepada Tuhan melainkan berpasrahlah kepada kehendak-Nya. Saya pernah
mendengar seorang pengkhotbah (mantan Islam) yang berdoa untuk kesembuhan
orang-orang sakit. Dalam doanya ia berkata : “Tuhan, saya minta malam ini Engklau menyembuhkan orang-orang sakit
ini, jika tidak maka saya akan kembali masuk Islam”. Saya kaget sekali dengan
doa semacam ini. Ini contoh doa yang mau memaksa Tuhan mengikuti kehendak kita.
Saya juga membaca di internet satu contoh doa. Berikut ini doanya :
“Ya Tuhan,
kalau memang dia jodohku, dekatkanlah….
Tapi kalau
bukan jodohku, jodohkanlah…..
Jika dia
tidak berjodoh denganku, maka jadikanlah kami berjodoh…
Kalau dia
bukan jodohku, jangan sampai dia dapat jodoh yang lain selain aku….
Kalau dia
tidak bisa dijodohkan denganku, jangan sampai dia dapat jodoh yang lain,
biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku…
Dan saat dia
tidak memiliki jodoh, jodohkanlah kami kembali….
Kalau dia
jodoh orang lain, putuskanlah! Jodohkanlah dengan aku….
Jika dia
tetap menjadi jodoh orang lain, biar orang itu ketemu jodoh dengan yang lain
dan kemudian jodohkan kembali dia denganku….
Amin!
Lagi-lagi ini adalah contoh doa yang memaksa Tuhan
menuruti kehendak si pendoa.
Alangkah indahnya ketika si kusta berkata “Tuhan, jika Tuhan mau…” dan Yesus pun
memberi jawab kepadanya :
Mat 8:3 - Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah
orang itu dan berkata: "Aku mau,
jadilah engkau tahir."….”
- Dia
datang dengan keyakinan yang teguh kepada kuasa Tuhan.
Si kusta ini juga datang dengan suatu keyakinan akan
kuasa Tuhan.
Mat 8:2 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta
kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
BBE - And
a leper came and gave him worship, saying, Lord, if it is your pleasure, you have power to make me clean (Engkau mempunyai kuasa untuk mentahirkanku).
Alkitab Bahasa Sabu - Pa dhara awe naanne ta
dakka ke heddau do paddha nadato. Ta la lakku rutu ke no pa hedhapa Yesus, jhe
lii no, "Ama, kinga ddhei Ama, do
nara ma ta peie
ya ri Ama (karena Bapak dapat menyembuhkan saya)
Sama sekali tidak kelihatan adanya sedikit keraguan di
dalam kata-katanya. Ia percaya penuh pada kuasa Yesus yang sanggup
menyembuhkannya. Menurut para rabi Yahudi, penyakit
kusta adalah satu-satunya penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Tetapi orang
ini yakin, bahwa Yesus dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh
orang lain. Ia tidak merasa bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan ketika ia
datang kepada Yesus. Dan keyakinannya terbukti dengan apa yang terjadi
selanjutnya dari apa yang dikatakan dan dilakukan Yesus kepadanya :
Mat 8:3 - Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah
orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah
engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
Kiranya keyakinan yang sama seperti yang ada di dalam
diri si kusta itu juga ada di dalam diri setiap anak Tuhan.
William Barclay - Dan setiap orang memang
tidak boleh merasa, bahwa penyakit atau dosanya tidak dapat dihapuskan, selama
Yesus Kristus ada. Selama Yesus Kristus hidup maka tidak ada penyakit jasmani
maupun dosa yang tidak bisa dihapuskan-Nya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari :
Matius 1-10, hal. 484)
Ya! Kita harus yakin akan kuasa Allah. Yakin akan
kuasa Allah bahwa Ia sanggup melakukan segala perkara, Ia sanggup menyembuhkan
kita (jika Ia mau), Ia sanggup mengampuni kita, Ia sanggup melepaskan kita, Ia
sanggup menolong kita, Ia sanggup memberkati kita.
- AMIN -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar