Rabu, 08 Februari 2012

Providensi ALLAH dan KEBEBASAN/ tanggung jawab manusia


Rom 14:12


Rom 14:12 - Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.


Pendahuluan :

1.      Minggu kemarin saya sudah membahas mengenai rencana Allah atau ketetapan Allah (Provicence of God) di mana Allah sudah menetapkan segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini bahkan sampai pada hal-hal yang terkecil sekalipun. Jadi tidak ada satu hal pun yang terjadi secara kebetulan. Semuanya sudah ditetapkan Tuhan sebelumnya. Dan segala ketetapan Tuhan itu tidak mungkin gagal. Itu pasti terjadi!
2.      Tapi jika segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Tuhan dan pasti terjadi, lalu di mana peranan kita manusia? Di mana kebebasan kita? Tidakkah itu menjadikan kita seperti robot yang sudah diprogram untuk melaksanakan semua ketetapan Tuhan itu tanpa bisa berbuat yang lain dari yang sudah ditetapkan?
3.      Jikalau segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Tuhan, tidakkah ini membuat manusia lalu jatuh pada fatalisme di mana manusia akan hidup secara apatis / acuh tak acuh dan secara tak bertanggung jawab karena segala sesuatu memang sudah ditetapkan Tuhan?
4.      Lalu jika manusia hanya mengikuti segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Tuhan, mengapa Tuhan lalu menghukum kita kalau kita berdosa? Tidakkah kalau saya berdosa, itu juga ada dalam ketetapan Tuhan?
5.      Jadi memang ajaran tentang providensi Tuhan atas segala sesuatu adalah benar dan alkitabiah, tetapi ajaran ini menyisakan banyak problem yang perlu dijelaskan. Itulah sebabnya hari ini kita membahas tema ini : “PROVIDENSI ALLAH DAN KEBEBASAN / TANGGUNG JAWAB MANUSIA”.

Kalkun : Dalam kaitannya dengan tema ini, saya akan membahas 2 hal penting :

I.       PROVIDENSI ALLAH DAN DOSA.

  1. Sebenarnya persoalan apakah adanya dosa, ataukan seseorang berdosa juga sudah ditetapkan oleh Tuhan sudah jelas kenyataan bahwa segala sesuatu ditetapkan oleh Tuhan. Maksudnya adalah kalau memang segala sesuatu ditetapkan oleh Tuhan, itui harus termasuk dosa. 
  2. Tetapi karena ini tentu akan menyisakan banyak problem teologis maka ini perlu dibahas secara khusus.

Note : Ingat bahwa dasar ajaran kita haruslah Kitab Suci. Jangan percaya ajaran saya kalau tidak mempunyai dasar Kitab Suci. Tetapi sebaliknya percayalah suatu ajaran kalau itu mempunyai dasar yang kuat di dalam Kitab Suci entah itu dirasa tidak masuk atau bahkan bertentangan dengan konsep yang saudara pegang sekian lama.

  1. Untuk mengetahui bahwa dosa juga ada dalam ketetapan Allah, terlebih dahulu marilah perhatikan ayat berikut ini :

1 Pet 1:18-20 – (18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (20) Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir”.

Note :

·         Kata yang bergaris bawah di atas menunjukkan bahwa Yesus telah dipilih untuk menjadi penebus dosa sebelum dunia dijadikan.
·         Dengan kata lain Allah telah menetapkan/merencanakan agar Yesus menjadi penebus dosa padahal saat itu dosa belum ada.
·         Nah kalau penebus dosanya sudah ditetapkan, apakah dosanya ditetapkan atau tidak? Jika dosa tidak ditetapkan dan itu bisa tidak terjadi atau manusia tidak jatuh dalam dosa, berarti sia-sia Yesus ditetapkan sebagai penebus dosa dan karena itu juga maka rencana Tuhan yang menjadikan Yesus sebagai penebus dosa menjadi gagal padahal kita sudah belajar sebelumnya bahwa rencana Allah tidak mungkin gagal.
·         Karena rencana Allah tidak mungkin gagal, maka Yesus pasti akan menjadi penebusa dosa. Kalau Yesus pasti akan menjadi penebusa dosa, maka dosa pasti harus terjadi. Tetapi bagaimana dosa bisa pasti terjadi kalau tidak ditetapkan sebelumnya oleh Tuhan?
·         Karena itu dosa pasti ada dalam ketetapan Tuhan!
 
  1. Selanjutnya sewaktu dosa itu terjadi di dalam sejarah melalui kejatuhan Adam dan Hawa, kita mempunyai 3 kemungkinan di dalamnya :

a.      Adam ditentukan untuk tidak jatuh.

Kemungkinan ini harus dibuang, karena kalau Adam direncanakan untuk tidak jatuh, maka ia pasti tidak jatuh (ingat bahwa rencana Allah tidak bisa gagal). Kalau Allah memang tidak mau Adam jatuh, Allah tentu mempunyai banyak cara untuk mencegah kejatuhan itu, tapi kenyataannya Ia sama sekali tidak melakukan itu.

b.      Allah tidak merencanakan apa-apa tentang hal itu.

Ini juga tidak mungkin karena kalau Allah mempunyai rencana / kehendak tentang hal-hal yang remeh / tidak berarti seperti jatuhnya burung pipit ke bumi atau rontoknya rambut kita (Mat 10:29-30), bagaimana mungkin tentang hal yang begitu besar dan penting, yang menyangkut kejatuhan dari ciptaan-Nya yang tertinggi, Ia tidak mempunyai rencana?

c.       Allah memang merencanakan / menetapkan kejatuhan Adam ke dalam dosa.

Inilah satu-satunya kemungkinan yang tertinggal, dan inilah satu-satunya kemungkinan yang benar, dan ini menunjukkan bahwa dosa sudah ada dalam rencana Allah.

  1. Selain 2 fakta ini, kita akan melihat ayat-ayat Alkitab yang dengan jelas menunjukkan bahwa dosa memang ada dalam rencana/ketetapan Tuhan.

2 Sam 12:11-12 - (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan

·         Ini adalah hukuman Tuhan kepada Daud akibat perzinahannya dengan Bersyeba dan pembunuhan terhadap Uria.
·         Di sini Tuhan sendiri menetapkan bahwa Ia akan mengambil isteri-isteri Daud dan memberikan kepada orang lain di mana orang lain akan tidur dengan isteri-isterinya di siang hari, di depan seluruh Israel.
·         Hal ini akhir terjadi ketika Absalom (anak Daud sendiri) meniduri isteri-isteri Daud.

2 Sam 16:22 - Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel.

·         Sekarang pikirkan, apakah tindakan Absalom yang memperkosa gundik-gundik ini dosa atau tidak?
·         Kalau itu dosa, lalu siapa yang merencanakan itu terjadi? Jelas Tuhan bukan? (2 Sam 12:11-12).
·         Berarti Tuhanlah yang menetapkan dosa Absalom kan?

Yes 6:9-10 - “(9) “…‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’

·         Teks ini menubuatkan bahwa orang Yehuda akan menolak Firman Tuhan yang akan disampaikan nabi Yesaya dan ini adalah dosa. Tetapi siapa yang menyebabkan mereka seperti itu? Tuhan!
·         Hal ini terjadi juga kepada orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus dan itu adalah dosa tetapi hal itu juga sudah ditetapkan oleh Tuhan.

Yoh 12:39-40 – (39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.

·         Berarti ketidakpercayaan orang Yahudi, kebutaan dan kedegilan hati mereka disebabkan oleh Tuhan padahal ketidakpercayaan, kebutaan dan kedegilan hati adalah dosa.

Mat 18:7 - “Celakalah dunia dengan segala penyesatan­nya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya!”

Luk 17:1 - “Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya”.

·         Apakah penyesatan itu dosa? Ya!
·         Tetapi kata ayat-ayat di atas penyesatan itu harus ada. Lalu siapa yang menetapkan agar penyesatan itu ada? Tuhan!
·         Berarti Tuhan menetapkan dosa!

Mat 24:5-6, 10-12,24 - “(5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. (6) Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. ... (10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (12) Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

·         Ayat ini menunjukkan bahwa akan ada mesias-mesias palsu, nabi-nabi palsu yang menyesatkan, kemurtadan, kedurhakaan, kebencian, dll dan semua ini adalah dosa.
·         Tetapi ayat 6 mengatakan bahwa semua itu harus terjadi. Mengapa harus terjadi? Pasti karena telah ditetapkan.
·         Berarti dosa-dosa itu telah ditetapkan oleh Tuhan.

Mat 26:31,33-35 - “(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. ... (33) Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’ (34) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ (35) Kata Petrus kepadaNya: ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyengkal Engkau.’ Semua murid yang lainpun berkata demikian juga”.

·         Larinya murid-murid meninggalkan Yesus, dan penyangkalan Petrus sebanyak 3 kali jelas adalah dosa tetapi ini sudah ditentukan sebelumnya.
·         Bagaimanapun kerasnya keinginan Petrus dan murid-murid yang lain untuk menolak terjadi­nya hal itu, akhirnya hal itu tetap terjadi.
·         Jadi dosa mereka ada dalam rencana Tuhan.

Wah 6:11 - “Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka”.

·         Ayat ini berbicara tentang orang-orang yang mati syahid di mana mereka menuntut keadilan Tuhan bagi orang-orang yang membunuh mereka (lihat ayat 10).
·         Nah kepada mereka ini dikatakan bahwa mereka harus beristrahat/bersabar hingga genap jumlahg kiawan-kawan pelayan Tuhan yang akan dibunuh.
·         Kata “genap” di sini menunjukkan bahwa Tuhan telah menentukan jumlah orang yang akan dibunuh dan tentu siapa-siapa mereka.
·         Jika orang-orang yang akan dibunuh sudah ditentukan, berarti pembunuhan itu sudah ditentukan. Tetapi bukankah pembunuhan itu dosa? Ya!
·         Berarti dosa pembunuhan itu sudah ada dalam penentuan/rencana Tuhan.

  1. Tetapi mungkin saudara mengatakan bahwa ayat-ayat di atas hanya menunjukkan bahwa Tuhan mengetahui hal tersebut dan memberitahukannya terlebih dahulu tetapi tidak menentukannya.
  2. Itu memang mungkin tetapi persoalannya adalah ada ayat-ayat yang secara eksplisit mengatakan bahwa dosa-dosa semacam itu terjadi kerena penentuan/penetapan Tuhan dan bukan sekedar pengetahuan terlebih dahulu. Misalnya :

Daniel 11:36 - Raja itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi”.

·         Raja dalam teks ini akan berbuat sekehendak hati, ia kaan meninggikan dan membesarkan diri terhadap Allah, ia mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh. Ini jelas adalah dosa!
·         Tetapi biar pun demikian, bagian akhir dari ayat tersebut mengatakan bahwa hal itu telah ditetapkan.
·         Itu berarti bahwa dosa dan kejahatan dan raja itu sudah ditetapkan oleh Tuhan.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.

·         Ayat ini menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus, yang jelas adalah suatu dosa, telah ditetapkan oleh Allah.
·         Bandingkan :

Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”.

·         Berarti Tuhan menetapkan terjadinya dosa kan?

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.

·         Ayat 27 mengatakan bahwa Herodes, Pilatus dan orang-orang Yahudi melawan Yesus dan lalu membunuh-Nya. Ini adalah dosa bahkan dosa yang paling terkutuk. Tetapi ayat 28 mengatakan bahwa hal itu terjadi karena telah ditentukan dari semula.
·         Bandingkan :

Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.

·         Berarti dosa pembunuhan terhadap Yesus juga ada dalam penentuan Tuhan. Jadi Tuhan menentukan/menetapkan dosa.

  1. Mungkin ada juga yang berkata bahwa Tuhan tidak menetapkan dosa melainkan hanya mengijinkannya terjadi.
  2. Ini jelas salah karena ayat-ayat yang kita lihat di atas secara eksplisit mengatakan bahwa dosa-dosa itu terjadi seperti yang telah ditetapkan bukan diijinkan.
  3. Selain itu, kalau kita mengatakan bahwa Allah hanya mengijinkan terjadinya dosa, lalu muncul pertanyaan :
·         Apakah sebelum dosa itu terjadi Allah sudah tahu terlebih dahulu? Ya!
·         Apakah sebelum dosa itu terjadi Allah sudah tahu bahwa Ia akan mengijinkan itu terjadi? Ya!
·         Apakah Allah bisa tidak mengijinkan dosa itu terjadi? Bisa!
·         Kalau bisa, mengapa Ia justru mengijinkan dosa itu terjadi??????

Kalau Allah bisa tidak mengijinkan dosa terjadi tetapi malah mengijinkannya, berarti Allah telah menentukan untuk mengijinkan dosa terjadi. Dan tidakkah menentukan untuk mengijinkan terjadinya dosa sama dengan menentukan terjadinya dosa?

  1. Jadi tetap tidak bisa dihindari kesimpulan bahwa dosa pun telah ditetapkan oleh Tuhan.
  2. Pikirkan juga bahwa dari seluruh peristiwa yang terjadi di dunia ini, lebih banyak yang adalah dosa daripada yang bukan dosa. Jikalau Tuhan tidak menetapkan dosa, maka ada lebih banyak peristiwa di dunia ini yang tidak ditetapkan oleh Tuhan daripada yang ditetapkan oleh Tuhan.
  3. Kita sudah belajar sebelumnya dan melihat banyak bukti dari Kitab Suci bahwa segala sesuatu yang terjadi di kolong langit ini ditetapkan oleh Tuhan. Karena itu harus disimpulkan bahwa dosa pun termasuk dalam ketetapan-ketetapan itu.
  4. Mungkin kita bertanya, mengapa Tuhan harus menetapkan dosa? Jawabnya adalah untuk kemulian-Nya. Tetapi bagaimana dosa bisa membawa kemuliaan bagi Allah?
  5. Perhatikan ayat-ayat ini :

Rom 3:5,7 – (5) “….ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, …” (7) …kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, …”.

Rom 5:20 - Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah

Rom 11:32 - Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua.
Note : Kata-kata ‘telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan’ menunjukkan bahwa dalam providence of God ada dosa, dan kata-kata ‘supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua’ menunjukkan adanya tujuan yang baik di dalam semua itu.

  1. Hal-hal lain yang perlu diingat:

·         Adanya dosa memang menunjukkan kasih / kemurahan Allah secara lebih menyolok, karena kalau tidak ada dosa, kita tidak bisa melihat bagaimana Allah mengampuni manusia berdosa melalui salib.
·         Adanya dosa juga menunjukkan kesabaran Allah, yang tidak langsung menghukum pada waktu melihat dosa (bdk. Ro 2:4).
·         Adanya dosa juga lebih bisa menunjukkan keadilan dan kesucian Allah, dan kebencian Allah terhadap dosa.

Herman Hoeksema: Karena itu lebih baik berkata bahwa Tuhan juga dalam rencana-Nya membenci dosa dan menentukan hal itu supaya apa yang Ia benci itu terjadi sehingga Ia bisa menyatakan kebencian-Nya atas hal itu. (‘Reformed Dogmatics’, hal. 158).

  1. Jadi jelas dari semua contoh di atas ini bahwa dosa akhirnya memang bisa membawa kemuliaan bagi Allah!
  2. Tetapi awas, ini tidak berarti bahwa kita boleh / harus berbuat dosa karena hal itu toh akhirnya membawa kemuliaan bagi Allah. Bandingkan dengan kata-kata Paulus di bawah ini.

Rom 3:7-8 - “(7) Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? (8) Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: ‘Marilah kita berbuat jahat, supaya yang baik timbul dari padanya.Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.

Rom 6:1-2 - “(1) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.

  1. Kesimpulan : Dsoa ada dalam ketetapan Tuhan. Tuhan bukan hanya sekedar mengetahui/mengijinkan dosa tetapi menentukannya. Tujuannya adalah untuk kemuliaan-Nya.

Note :

·         Tentang persoalan bagaimana Tuhan yang suci bisa menetapkan dosa atau apakah penetapan dosa ini tidak bertentangan dengan sifat kesucian Allah, itu ada pelajarannya sendiri sehingga sekalipun Tuhan menetapkan terjadinya dosa, Ia tidak bisa dikatakan sebagai pencipta dosa. Yang ini tidak dibahas sekarang.
·         Supaya saudara tidak menganggap bahwa dengan mengajarkan hal ini saya lalu mengajarkan ajaran baru, perlu juga diketahui bahwa yang mempercayai ajaran semacam ini bukan hanya saya tetapi ada banyak teolog yang mempunyai nama besar di dalam dunia teologia Kristen seperti :

Agustinus, John Calvin, Martin Luther, Jerome Zanchius, John Owen, Charles Hodge, R. L. Dabney, Louis Berkhof, Loraine Boettner, William G. T. Shedd, Herman Hoek­sema, Herman Bavinck, G. C. Berkouwer, B. B. Warfield, John Murray, Gresham Machen, William Hendriksen, Arthur W. Pink, Charles Haddon Spurgeon, Leon Morris, J. C. Ryle, E.J. Young, R. C. Sproul, Loraine Boettner, Edwin H. Palmer, dll.

II.    KEBEBASAN / TANGGUNG JAWAB MANUSIA.

  1. Sekarang kita sampai pada inti persoalan kita yang sesungguhnya sebagaimana diungkapkan dalam bagian pendahuluan.
·         Jika segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Tuhan dan pasti terjadi, lalu di mana peranan kita manusia? Di mana kebebasan kita? Tidakkah itu menjadikan kita seperti robot yang sudah diprogram untuk melaksanakan semua ketetapan Tuhan itu tanpa bisa berbuat yang lain dari yang sudah ditetapkan?
·         Tidakkah ini membuat manusia jatuh pada fatalisme di mana manusia akan hidup secara apatis / acuh tak acuh dan secara tak bertanggung jawab karena segala sesuatu memang sudah ditetapkan Tuhan?
·         Bahkan jika dosa sudah ditentukan oleh Tuhan, mengapa Tuhan lalu menghukum kita kalau kita berdosa? Tidakkah kalau saya berdosa, itu juga ada dalam ketetapan Tuhan?

  1. Pertama-tama kita perlu melihat dari Alkitab bahwa sekalipun untuk sesuatu hal yang sudah ditentukan oleh Tuhan, sama sekali itu tidak membuang tanggung jawab manusia.
  2. Perhatikan ayat-ayat berikut :

Mat 18:7 - “Celakalah dunia dengan segala penyesatan­nya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya!”

Kata-kata  “memang penyesatan harus ada” menunjuk pada ketetapan Tuhan tetapi kata-kata : “celakalah orang yang mengadakannya” menunjuk pada tanggung jawab manusia.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.

Kata-kata  “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan,” menunjuk pada ketetapan Tuhan tetapi kata-kata : “celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan” menunjuk pada tanggung jawab manusia.

  1. Dari sini terlihat bahwa sekalipun ada penetapan Tuhan, itu sama sekali tidak melepaskan manusia dari tanggung jawab. Tuhan menentukan langkah-langkah orang tapi kalau orang itu melangkah salah, ia harus bertanggung jawab.
  2. Tetapi mengapa harus demikian? Ini kelihatannya tidak adil! Kalau memang Tuhan yang menentukan saya melakukan ini dan itu, mengapa saya harus bertanggung jawab atau bahkan dihukum karena melakukan hal tersebut?
  3. Memang ini sukar dijelaskan, tapi begitulah yang diajarkan Alkitab. Minimal ada 2 alasan mengapa hal ini terjadi :

a.      Karena sekalipun Tuhan menentukan terjadinya segala sesuatu, tetapi manusia tetap melaksanakan semuanya dengan kehendak bebasnya.

·         Maksudnya adalah penentuan Tuhan tidak pernah menghilangkan kebebasan manusia di dalam bertindak. Manusia tetap bertindak sesuai kebebasannya sendiri tetapi pada akhirnya ia hanya akan melakukan apa yang sudah Tuhan tetapkan sebelumnya.
·         Perhatikan ayat ini :

Ams 16:1 - Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.

Note :  Kata-kata “jawaban lidah berasal dari pada TUHAN” menunjukkan adanya ketetapan Tuhan. Tetapi kata-kata “manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati” menunjukkan adanya kebebasan manusia di dalam bertindak di mana ia menimbang-nimbang. Jadi sekalipun ada ketetapan Tuhan tetapi kebebasan manusia tetap ada.

Ams 16:9 - Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.

Note : Kata-kata “TUHANlah yang menentukan arah langkahnya” menunjukkan adanya ketetapan Tuhan. Tetapi kata-kata “hati manusia memikir-mikirkan jalannya” menunjukkan adanya kebebasan manusia di dalam bertindak di mana ia memikir-mikirkan jalannya. Jadi sekalipun ada ketetapan Tuhan tetapi kebebasan manusia tetap ada.

·         Termasuk dalam hal dosa, biar pun Tuhan menetapkan terjadinya dosa tetapi pada saat manusia itu berdosa, ia berdosa dari kehendak sendiri. Ia tidak dipaksa oleh Tuhan untuk berbuat dosa. Dan karena itu ia bertanggung jawab atas dosanya itu.
·         Contohnya adalah Firaun.

§  Allah telah menentukan bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun.

Kel 7:3 - Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.
§  Tetapi pada waktu ketetapan Allah itu terlaksana, ternyata Firaun mengeraskan hatinya sendiri.

Kel 7:13 - Tetapi hati Firaun berkeras, sehingga tidak mau mendengarkan mereka keduanya -- seperti yang telah difirmankan TUHAN.
Kel 8:32 - Tetapi sekali ini pun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.

Karena itu Firaun harus bertanggung jawab atas kekerasan hatinya.

·         Contoh lain adalah bangsa Ayur. Tuhan telah menetapkan Asyur untuk menyerang Israel tetapi sewaktu Asyur menyerang Israel, mereka tidak dipaksa oleh Tuhan. Mereka melakukannya dengan keinginannya sendiri dengan motivasi yang jahat.

Yes 10:5-7 – (5) Celakalah Asyur, yang menjadi cambuk murka-Ku dan yang menjadi tongkat amarah-Ku! (6) Aku akan menyuruhnya terhadap bangsa yang murtad, dan Aku akan memerintahkannya melawan umat sasaran murka-Ku, untuk melakukan perampasan dan penjarahan, dan untuk menginjak-injak mereka seperti lumpur di jalan. (7) Tetapi dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya, melainkan niat hatinya ialah hendak memunahkan dan hendak melenyapkan tidak sedikit bangsa-bangsa

Note : Ayat 6 menunjukkan ketetapan Tuhan. Ayat 7 menunjukkan bahwa kebebasan Asyur dalam bertindak dengan motivasi yang jahat. Karena itu mereka harus bertanggung jawab atas perbuatannya (ayat 5).

·         Demikian juga dengan Yudas Iskariot. Tuhan memang telah menetapkan bahwa Yesus akan dijual oleh Yudas tetapi pada saat itu terjadi, Tuhan tidak memaksa Yudas untuk menjual Yesus. Yudas menjual karena keinginannya sendiri dan juga bahwa Yudas tidak menjual Yesus agar rencana Tuhan tergenapi. Dia menjual Yesus karena alasan yang lain. Karena itu Yudas harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
·         Demikian juga untuk hal-hal yang lain. Tuhan sudah menetapkan segala sesuatu tetapi itu sama sekali tidak merampas kebebasan manusia.
·         Karena kebebasan manusia tidak dirampas maka manusia harus tetap bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
·         Tentang bagaimana Tuhan sudah menentukan dan mengatur segala sesuatu tetapi manusia masih bisa mempunyai kebebasan, itu memang sukar dijelaskan. Tetapi jelas Alkitab mengajarkan kedua hal itu dan karena itu kita wajib mengajarkan dan mempercayai 2 hal itu sekalipun kita tidak mampu menjelaskannya.

Charles Haddon Spurgeon - Manusia, bertindak sesuka hatinya, tetapi  bagaimana pun juga ia akan dikalahkan / dikuasai oleh pemerintahan Allah yang berdaulat dan bijaksana ... Bagaimana dua hal ini bisa benar? Saya tidak bisa mengatakan. ... Saya tidak yakin bahwa di surga kita akan bisa mengetahui di mana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah mempredestinasikan segala sesuatu tetapi manusia bertanggung jawab. (‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol. 7, hal. 10).

Charles Haddon Spurgeon  (tentang tentara yang tidak mematahkan kaki Kristus tetapi menusuk-Nya dengan tombak - Yoh 19:33-34) : Mereka bertindak dengan kehendak bebas mereka, tetapi pada saat yang sama mereka menggenapi rencana yang kekal dari Allah. Apakah kita tidak akan pernah bisa menancapkan ke dalam pikiran manusia kebenaran ini bahwa predestinasi dan kebebasan manusia merupakan fakta? Manusia berbuat dosa sebebas burung-burung yang terbang di udara, dan mereka semuanya bertanggung jawab untuk dosa mereka; tetapi segala sesuatu ditetapkan dan dilihat lebih dulu oleh Allah. Penetapan lebih dulu dari Allah sama sekali tidak mengganggu tanggung jawab manusia. Saya sering ditanya oleh orang-orang bagaimana mendamaikan dua kebenaran ini. Jawaban saya hanyalah - Mereka tidak membutuhkan pendamaian, karena mereka tidak pernah bertengkar. Mengapa saya harus mendamaikan 2 orang sahabat? Buktikan kepada saya bahwa dua kebenaran itu tidak setuju / cocok. Dalam permintaan itu saya telah memberimu suatu tugas yang sama sukarnya seperti yang kau kemukakan kepada saya. Kedua fakta ini adalah garis-garis yang paralel; saya tidak bisa membuat mereka bersatu, tetapi engkau tidak bisa membuat mereka bersilangan. (‘A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord, vol. VI - The Passion and Death of Our Lord’,  hal. 670-671).

Arthur W. Pink: Dua hal tidak perlu diperdebatkan : Allah itu berdaulat, manusia itu bertanggung jawab. ... Menekankan kedaulatan Allah, tanpa juga memelihara pertanggungan jawab dari makhluk ciptaan, cenderung kepada fatalisme; terlalu memperhatikan pemeliharaan tanggung jawab manusia, sehingga tidak mengindahkan kedaulatan Allah, sama dengan meninggikan makhluk ciptaan dan merendahkan sang Pencipta. (‘The Sovereignty of God’, hal. 9).

b.      Karena yang menjadi pedoman hidup manusia adalah Firman Tuhan dan bukan ketetapan Allah yang bersifat rahasia.

·         Perhatikan ayat ini :

Ul 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini”.

·         Ayat ini berkata bahwa : ‘hal-hal yang tersembunyi’ itu ialah ‘bagi Tuhan’. Jadi, Rencana Allah yang tidak kita ketahui itu bukan untuk kita, dan karenanya itu bukan pedoman hidup kita. Tetapi ‘hal-hal yang dinyatakan’ ialah ‘bagi kita’. ‘Hal-hal yang dinyatakan’ ini ialah hukum Taurat, atau Firman Tuhan. Ini dikatakan ‘bagi kita’, dan karenanya inilah pedoman hidup kita.
·         Karena itu tanggung jawab manusia adalah mempelajari Firman Tuhan dan melakukannya. Jangan peduli dengan ketetapan Tuhan yang rahasia itu. Itu urusan Tuhan dan bukan urusan kita! Urusan kita adalah melakukan seperti yang ada di dalam Firman Tuhan.

Charles Haddon Spurgeon: Biarlah providensia Allah melakukan apa pun, urusanmu adalah melakukan apa yang kamu bisa. (‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol. 7, hal. 43).

·         Contoh :

§  Dalam persoalan keselamatan.

Ø  Tuhan sudah menentukan / memilih orang-orang tertentu untuk selamat (Ef 1:4,5,11) dan orang-orang tertentu untuk binasa / masuk neraka (Yoh 17:22  Ro 9:22), tetapi kita tidak tahu siapa yang dipilih untuk selamat dan siapa yang dipilih untuk binasa. Jadi itu adalah kehendak Allah yang tersembunyi dan tidak boleh kita jadikan dasar / pedoman hidup kita, misalnya dengan berpikir / bersikap seperti ini :
ü  Sekarang ini saya tidak perlu percaya kepada Yesus. Kalau saya memang ditentukan selamat, nanti saya pasti akan percaya dengan sendirinya.
ü  Mungkin orang itu bukan orang pilihan, sehingga hanya membuang-buang waktu dan tenaga untuk menginjili dia. Biarkan saja dia, kalau ternyata dia orang pilihan, toh nanti dia akan percaya dengan sendirinya.

Ø  Sebaliknya, kita harus hidup berda­sarkan Firman Tuhan (kehendak Allah yang dinyatakan bagi kita), misalnya :
ü  Kis 16:31 merupakan perintah untuk percaya kepada Yesus. Jadi, apakah saya dipilih untuk selamat atau binasa, itu tidak saya ketahui, dan karenanya bukan urusan saya dan bukan pedoman hidup saya. Pedoman hidup saya adalah Firman Tuhan, dan Firman Tuhan dalam Kis 16:31 menyuruh saya percaya kepada Yesus.
ü  Mat 28:19-20 merupakan perintah untuk memberitakan Injil kepada semua orang. Jadi pada waktu saya bertemu dengan seseorang, bukanlah urusan saya apakah orang itu dipilih untuk selamat atau binasa. Itu tidak saya ketahui dan karenanya bukan pedoman hidup saya. Urusan saya adalah melakukan perintah Firman Tuhan dalam Mat 28:19, yaitu menjadikan semua bangsa murid Yesus.

§  Dalam persoalam kemurtadan.

Ø  Misalnya kalau saudara tertarik dengan cewek/cowok beragama lain dan saudara baru bisa mendapatkan dia kalau saudara pindah agama, saudara tidak boleh berpikir bahwa mungkin saya ditetapkan untuk pindah agama.
Ø  Persoalannya saudara tidak tahu apakah memang Tuhan tetapkan itu atau tidak.
Ø  Pedoman saudara adalah Firman Tuhan yang menyuruh saudara untuk tetap setia kepada Tuhan.

§  Dalam persoalan kematian / kesehatan.

Ø  Misalnya saudara terkena suatu penyakit. Dan saudara lalu berpikir : ‘Mungkin saya sudah ditetapkan untuk mati, jadi percuma saya berusaha untuk sembuh’.
Ø  Ini sikap yang salah! Memang Tuhan sudah menentukan saat kematian saya, dan juga apakah saya akan sembuh atau tidak, dan kalau Tuhan menentukan saya sembuh maka saat kesembuhannya juga sudah ditentukan, dan semua ketentuan Allah itu pasti terjadi. Tetapi persoalannya adalah saya tidak tahu akan ketetapan Allah itu! Itu merupakan ‘hal yang tersembunyi’ bagi saya dan karena itu maka hal itu bukan pedoman hidup saya.
Ø  Pedoman hidup saya adalah Kitab Suci, dan Kitab Suci menyuruh saya mengasihi diri saya sendiri (Mat 22:39)

Mat 22:39 - Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Ø  Karena itu saya harus berusaha untuk sembuh, selama saya tidak mencari kesembuhan itu dengan jalan yang salah, misalnya dengan pergi ke dukun.

§  Dalam persoalan studi.

Ø  Kita tidak boleh berpikir bahwa karena Tuhan sudah menentukan segala sesuatu berarti Dia sudah menentukan saya lulus ujian atau tidak. Jadi untuk apa belajar? Kalau belajar giat pun tetapi Tuhan menentukan tidak lulus maka pasti saya tidak lulus.  Tetap kalau Tuhan menentukan saya lulus, biar pun tidak belajar pasti akan lulus.
Ø  Persoalannya adalah saudara tidak tahu apakah Tuhan menentukan saudara lulus atau tidak. Kalau begitu itu masih rahasia dan jangan dijadikan sebagai pedoman hidup.
Ø  Pedoman hidup saudara adalag Firman Tuhan yang menyuruh saudara untuk rajin belajar/berusaha.

§  Dalam persoalan jodoh.

Ø  Kita tidak boleh berpikir bahwa karena Tuhan sudah menentukan segala sesuatu berarti Dia sudah menentukan saya akan dapat jodoh atau tidak. Jadi untuk apa cari jodoh? Kalau cari pun tetapi Tuhan menentukan saya tidak akan dapat jodoh maka pasti saya tetap jomblo.  Tetap kalau Tuhan menentukan saya dapat jodoh, biar pun tidak usaha pasti akan datang dengan sendirinya seperti Adam yang ketika bangun tidur sudah ada Hawa.
Ø  Persoalannya adalah saudara tidak tahu apakah Tuhan menentukan saudara dapat jodoh atau tidak. Kalau begitu itu masih rahasia dan jangan dijadikan sebagai pedoman hidup.
Ø  Pedoman hidup saudara adalah Firman Tuhan yang menyuruh saudara untuk berusaha. Ingat ini bukan zaman Adam dan Hawa. Zaman sekarang banyak saingan.


§  Dalam hal yang bersifat dosa.

Ø  Kalau ada orang yang berbuat jahat kepada saudara, dan saudara digoda setan untuk membalasnya, maka saudara tidak boleh berpikir: ‘Barangkali saya ditentukan untuk membalas’.
Ø  Faktanya adalah saudara tidak mengetahui ketentuan Allah dalam persoalan itu, lalu mengapa menebak-nebak apa yang tidak saudara ketahui? Dan kalau menebak, mengapa tidak menebak sebaliknya?
Ø  Karena hal itu tidak diketahui, maka itu bukan pedoman hidup saudara. Pedoman hidup saudara adalah apa yang dinyatakan kepada saudara dalam Kitab Suci :

Mat 5:44 - Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Ø  Kalau saudara mencari pasangan hidup, dan lalu jatuh cinta kepada seseorang yang belum percaya kepada Kristus, maka jangan berpikir: ‘Barangkali saya ditentukan untuk kawin dengan orang kafir’.
Ø  Pedoman hidup saudara adalah Kitab Suci yang berkata :

2 Kor 6:14 - Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?

Ø  Kalau saudara sudah menikah dan lalu bentrok dengan pasangan saudara, jangan berpikir: ‘Mungkin saya ditentukan untuk bercerai’. Pedoman saudara adalah Kitab Suci :

Mat 19:6 – “…apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Ini merupakan contoh yang salah di mana seseorang hidup berdasarkan rencana kekal dari Allah (atau yang ia anggap sebagai rencana kekal dari Allah), dan bukannya berdasarkan Firman Tuhan, yang jelas melarang pemikiran seperti itu.

  1. Semua ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan menetapkan segala sesuatu tetapi kita tetap harus bertanggung jawab atas semua perbuatan kita.
  2. Karena itu ajaran tentang providensi Allah ini tidak boleh membawa kita pada fatalisme di mana kita hidup secara apatis dan tidak bertanggung jawab.
  3. Ingat bahwa pedoman hidup kita bukanlah rencana rahasia Allah itu melainkan Firman Tuhan. Belajarlah Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hiduplah sesuai dengan perintah Firman Tuhan itu tanpa memikir-mikirkan rencana rahasia Allah itu.
  4. Ingatlah bahwa semua perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan suatu kali kelak.

Rom 14:12 - Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.


- AMIN -

Tidak ada komentar: