Selasa, 14 Februari 2012

SIAPAKAH SESAMAKU MANUSIA?



Luk 10:30-37 – (30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. (35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. (36) Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" (37) Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Pendahuluan :

1.      Kisah tentang orang Samaria yang murah hati ini adalah salah satu dari perumpamaan Yesus yang cukup terkenal.
2.      Kisah ini hanya terdapat dalam Injil Lukas saja dan tidak terdapat dalam Injil-Injil yang lain.
3.      Kita mungkin sudah sering membaca / merenungkan / mendengarkan khotbah dari perumpamaan ini, tetapi pada kesempatan ini kita akan sekali lagi mempelajarinya.

Kalkun : Saya akan membahas perumpamaan ini dalam beberapa point penting :

I.       LATAR BELAKANG DAN SIFAT PERUMPAMAAN INI.

1.      Sebagaimana biasanya setiap perumpamaan yang diberikan Yesus selalu dilatarbelakangi oleh suatu kasus tertentu, demikian juga perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati ini diberikan karena ada latar belakangnya.
2.      Sebelum muncul cerita ini, Alkitab bercerita tentang seorang ahli Taurat yang datang untuk mencobai Yesus dengan bertanya :

Luk 10:25 - Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

3.      Yesus balik bertanya :

Luk 10:26 - Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"
4.      Dan orang itu menjawab dengan memberikan ringkasan dari Hukum Taurat yakni :

Luk 10:27 : Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

5.      Dialog ini berlanjut dan ahli Taurat itu bertanya lagi.

Luk 10:29 - Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"

6.      Mengapa ia bertanya demikian? Ini dikarenakan orang Yahudi merasa bahwa sesama manusia yang layak dikasihi adalah sesama orang Yahudi saja dan bukan orang non Yahudi.

Matthew Henry : Dr. Lightfoot mengartikan kata-kata mereka sendiri sebagai berikut  : Saat mereka berkata ”kasihilah sesamamu manusia”, mereka mengecualikan semua orang bukan Yahudi, sebab mereka bukanlah sesama kita. Yang disebut ”sesama kita” hanyalah orang-orang yang sebangsa dan seagama dengan kita”. 

7.      Mengapa bisa berpikir seperti ini? B.J Boland mengatakan bahwa mereka mengartikan kata-kata ”sesama manusia” dalam Im 19:18 sama dengan ”orang-orang sebangsa” dalam ayat yang sama.

Im 19:18 - Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
8.      Lalu bagaimana dengan Im 19:34?

Im 19:34 - Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.
B.J. Boland mengatakan bahwa mereka mengartikan kata-kata ”orang asing yang tinggal padamu” sebagai orang non Yahudi yang sudah masuk agama Yahudi melalui baptisan / sunat. Jadi ”orang-orang asing” di dalam ayat ini tidak menunjuk pada sesama manusia secara umum.

9.      Karena itu orang Yahudi hidup dengan sangat eksklusif terhadap orang-orang non Yahudi.

Kis 10:28 - Ia berkata kepada mereka: "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir.
B. Gerhardsson - Orang Yahudi hidup di dalam dunia sirkuler: dirinya adalah pusat, di kelilingi oleh kerabat dekatnya, kemudian sanak keluarganya, dan akhirnya lingkaran dari mereka semua yang menyatakan diri keturunan orang Yahudi dan ditobatkan ke Yudaisme. Kata neighbor (sesama) memiliki arti timbal balik: dia adalah saudara bagiku dan aku adalah saudaranya. Jadi lingkaran tersebut ada hubungannya dengan kepentingannya dan etnosentrisme. Garis tersebut ditarik dengan hati-hati untuk menjamin mereka yang berada di dalam lingkaran dalam keadaan baik dan menolak untuk memberikan bantuan kepada mereka yang berada di luar lingkaran. (The Goodsamaritan - The Good Shepherdi, hal. 7). 



 

 10.  Jadi karena pemikiran seperti inilah makanya si ahli Taurat ini mengajukan pertanyaan ”siapakah sesamaku manusia?”.
11.  Untuk menjawab pertanyaan ini, Yesus lalu menggunakan cerita “Orang Samaria yang murah hati”.
12.  Dengan demikian cerita/perumpamaan ini harus dipahami dalam konteks mengasihi sesama manusia dan ini tidak boleh dialegorikan seperti banyak dilakukan oleh pengkhotbah-pengkhotbah / penafsir masa lalu. Misalnya :

·         ‘turun’ (ay 30) = turun secara rohani.
·         ‘orang’ (ay 30) = orang berdosa.
·         ‘penyamun’ (ay 30) = setan.
·         ‘imam dan orang Lewi’ (ay 31,32) = agama dan perbuatan-perbuatan baik.
·         ‘orang Samaria’ (ay 33) = Yesus.
·         ‘minyak’ (ay 34) = Roh Kudus.
·         ‘penginapan’ (ay 34) = gereja.
·         ‘pemilik penginapan’ (ay 35) = pendeta / hamba Tuhan.
·         ‘2 dinar’ (ay 35) = Kitab Suci (Perjanjian Lama + Perjanjian Baru).

Note : Ada yang mengartikan bahwa “2 dinar” menunjuk pada 2 hukum kasih yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama.

Ilustrasi : Contoh-contoh penafsiran alegoti  :

·         Bahtera Nuh bertingkat 3 diartikan sebagai Allah Tritunggal.

Kej 6:16 - Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.
Persoalannya adalah nantinya Nuh dan binatang-binatang tinggal / masuk ke dalam bahtera itu. Apakah itu harus diartikan bahwa manusia dan binatang tinggal di dalam Allah Tritunggal?

·         Mujizat minyak yang dilakukan Elisa diartikan sebagai Roh Kudus yang tidak berhenti bekerja sampai semua orang dipenuhinya.

2 Raj 4:6 - Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir

Tetapi kalau minyak di sini diartikan Roh Kudus, bagaimana dengan kata-kata Elisa selanjutnya?

2 Raj 4:7 - Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu."
·         Pedang yang dipakai Petrus untuk memotong telinga Maltus dianggap sebagai Firman Tuhan di mana untuk menghadapi musuh kita harus menggunakan pedang roh yaitu Firman Tuhan.

Persoalannya adalah setelah Petrus memotong telinga Maltus itu, Yesus berkata kepadanya :

Mat 26:52 - Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.
·         Zakheus yang berada di atas pohon untuk melihat Yesus dianggap sebagai kesombongan dan karena itu Yesus menyuruhnya turun dari pohon itu. Tetapi bukankah gara-gara naik ke atas pohon itu ia bisa melihat Yesus? Apakah itu berarti orang baru bisa melihat Yesus kalau ia tinggi hati/sombong?
·         dll

13.  Pengalegorian perumpamaan ini jelas adalah sesuatu yang salah karena perumpamaan tidak dimaksudkan untuk dibahas kata per kata. Di samping itu, pembahasan seperti itu jelas keluar dari fokus. Perhatikan bahwa perumpamaan ini diceritakan oleh Yesus untuk menjawab pertanyaan dalam Luk 10:29 - “Dan siapakah sesamaku manusia?”. Kalau perumpamaan yang merupakan jawaban Yesus itu diartikan seperti itu, maka jelas bahwa jawaban itu sama sekali tidak cocok dengan pertanyaannya.
14.  Persoalan lainnya adalah apakah cerita ini sungguh-sungguh terjadi atau hanya sekedar kisah fiktif saja?
15.  Ada banyak orang menganggap bahwa cerita ini hanya sekedar kisah fiktif saja untuk mengilustrasikan atau menggambarkan apa yang diajarkan oleh Yesus. Tetapi ada juga penafsir yang beranggapan bahwa ini adalah kisah yang benar-benar terjadi.

B.J. Boland : Ada kemungkinan bahwa Yesus menceritakan cerita itu karena justru pada waktu itu ada terjadi pembegalan hebat. Menurut cerita kuno, peristiwa itu terjadi kira-kira di tengah jalan dari Yerusalem ke Yerikho, di suatu lingkungan dekat ke lembah El-Kelt. (Tafsiran Alkitab Injil Lukas hal. 271).

16.  Saya setuju dengan pandangan kedua ini. Dan dasar dari pandangan ini adalah disebutkannya secara jelas nama-nama tempat (Yerusalem dan Yerikho) dalam kisah ini padahal biasanya perumpamaan-perumpamaan tidak mencantumkan nama tempat secara spesifik seperti ini.

Matthew Henry – Disebutkannya kedua kota itu menyiratkan bahwa ini adalah kejadian yang nyata, bukan sebuah perumpamaan. Boleh jadi peristiwa itu belum lama terjadi, tepat seperti yang diceritakan di sini.

17.  Penerapan : Hal ini sebenarnya bisa menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita pun seharusnya bisa menarik pelajaran-pelajaran penting bagi kehidupan ini dari semua yang terjadi dalam kehidupan ini baik yang kita alami maupun yang dialami oleh orang lain.

Matthew Henry – Kejadian-kejadian tentang pemeliharaan ilahi akan memberi kita banyak pelajaran, asalkan kita mengamatinya dengan saksama dan memanfaatkannya. Kejadian-kejadian seperti ini bisa dirancang menyerupai perumpamaan untuk diberikan sebagai pelajaran, dan akan lebih menyentuh.

Ilustrasi :  Pak pendeta menyontek.
      Pdt dan Kondektur bis.

II.    MEMAHAMI PERUMPAMAAN INI LEBIH DALAM.

1.      Kita sudah melihat latar belakang dan sifat dari perumpamaan Yesus ini, sekarang kita akan mempelajari lebih detail cerita ini.
2.      Mula-mula diceritakan tentang seorang yang sementara berada dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho, dan di tengah jalan ia dirampok oleh kawanan perampok yang membuatnya sekarat.

Luk 10:30 – “… "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

3.      Siapakah orang ini? Tidak ada keterangan apa-apa tentang dia. Walaupun demikian hampir semua penafsir percaya bahwa orang ini adalah orang Yahudi.

Adam Clarke - A certain man went down from Jerusalem] Or, A certain man of Jerusalem going down to Jericho. (Ada seorang yang turun dari Yerusalem. Atau, ada seorang Yerusalem turun ke Yerikho).

Jamieson, Fausset, and Brown“.... A certain man - a Jew, as the story shows. (Seseorang – seorang Yahudi seperti yang ditunjukkan cerita itu).

Matthew Henry - The parable itself, which represents to us a poor Jew in distressed circumstances,…” (Perumpamaan itu sendiri yang menggambarkan kepada kita perihal seorang Yahudi malang yang mengalami kesulitan….”).

Note : Mengetahui identitas orang ini adalah penting dalam hubungan dengan orang Samaria yang menolong dia (akan dijelaskan nanti).

4.      Dikatakan bahwa ia dalam perjalanan dari Yerusalem menuju Yerikho. Dan itu dikatakan sebagai ”turun”.

Luk 10:30 -  ”... "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ...”

5.      Mengapa dikatakan turun? Lagi-lagi ini jangan dialegorikan sebagai orang yang turun secara rohani. Dikatakan demikian karena memang secara geografis, Yerusalem berada pada posisi yang lebih tinggi dari Yerikho.

E.F.F. Bishop – Jalan dari Yerusalem menuju ke Yerikho hanya 27 kilometer (17 mil) panjangnya, dan di sekitar jalan ini terbentang jalan yang menurun sekitar 1.200 meter (3.300 kaki). (The Good Samaritan - and the Others, EvQ42 (1970):3).

Rogersville Church - Yerusalem terletak 2300 kaki (701 meter) di atas permukaan laut dan Yerikho 1300 kaki (396 meter) di bawah permukaan laut. (www.rogersvillecoc.org)

Wycliffe Bible Commentary – Secara hurufiah memang benar sebab Yerusalem terletak 2600 kaki di atas permukaan laut dan Yerikho hampir 1300 kaki di bawah permukaan laut. (hal. 251).

Note : Ini menyebabkan Yerikho menjadi tempat yang paling rendah di dunia.

6.      Pada saat itu memang ada jalan yang menghubungkan Yerusalem dan Yerikho tetapi jalan ini sangat tidak aman/berbahaya baik karena kecelakaan maupun perampokan.

Rogersville Church - Jalan itu diperlukan karena ia menghubungkan daerah pegunungan untuk membuat banyak belokan tajam, jalanan menurun dan jalan sempit. Banyak gua sepanjang area ini, yang menjadi tempat persembunyian dari pengawasan Romawi.  (www.rogersvillecoc.org)

Wycliffe Bible Commentary – Jalannya berbelok-belok dan sempit, melingkar turun sepanjang jalan berbatu yang banyak jurang, di mana para perampok dapat bersembunyi dengan mudah. (hal. 251).

William Barclay - Jalan dari Yerusalem ke Yerikho menurun dengan tajam dan terjal, sempit dan berbatu-batu, ada banyak lekukan secara tiba-tiba yang menambah keseramannya dan ada banyak gua di sekitarnya sehingga menjadi tempat bersembunyi paling aman bagi para perampok. Jalan ini sering disebut sebagai Jalan Merah atau Jalan Darah karena ada banyak yang jadi korban perampokan.



 




7.      Ketika orang ini sudah tidak berdaya dan hampir mati, lewatlah di sana seorang imam dan seorang Lewi tetapi mereka sama sekali tidak menolongnya.

Luk 10:31-32 : (31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

8.      Dari kata ”turun” dalam ayat 31, jelas bahwa imam ini juga dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho. Mengapa imam dan orang Lewi ini bisa lewat di situ? Karena : (1) Mereka tinggal di Yerikho dan (2) Mereka bertugas di Yerusalem.

Albert Barnes  - Dikatakan bahwa tidak kurang dari 12.000 imam dan orang-orang Lewi tinggal di Yerikho, dan karena urusan mereka adalah di Yerusalem, tentu saja banyak dari mereka yang akan senantiasa melalui jalan itu.

Matthew Henry – Dr. Lightfoot menyatakan kepada kita bahwa banyak kelompok imam bertempat tinggal di Yerikho, dan dari sana mereka pergi ke Yerusalem ketika tiba giliran mereka untuk bertugas di situ, kemudian pulang kembali. Ini artinya bahwa ada banyak imam yang pulang pergi melalui jalan itu, dan melihat orang malang yang terluka itu.

9.      Tetapi mengapa mereka melewatinya/tidak menolongnya? Ada beberapa kemungkinan :

·         Mungkin saja mereka tidak mau perjalanan pulang mereka terganggu karena harus menolong si korban apalagi setelah melakukan tugas keimaman yang melelahkan di Bait Allah Yerusalem.
·         Mungkin juga mereka takut terkena jebakan para perampok yang pura-pura sekarat padahal itu adalah anggota para perampok sendiri.
·         Ada alasan teologis dari PL bahwa seseorang yang menyentuh mayat akan najis secara hukum.

Im 21:1 - TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada para imam, anak-anak Harun, dan katakan kepada mereka: Seorang imam janganlah menajiskan diri dengan orang mati di antara orang-orang sebangsanya
Bil 19:11 - Orang yang kena kepada mayat, ia najis tujuh hari lamanya.
Derrett - Agaknya imam dan orang Lewi sedang dalam perjalanan pulang dari pelayanan Bait Suci di Yerusalem. Menurut Hukum Taurat, mereka tidak diperbolehkan menyentuh mayat. Bila mereka melanggar perintah tersebut, mereka akan menyusahkan diri mereka secara sosial (tidak tahir), secara finansial (membayar biaya penguburan), dan secara profesional (tidak bisa mengikuti pelayanan keimaman dan imamat. (Law in the NT: Fresh Light on the Parable of the Good Sarnaritan", hal. 22-23.

10.  Tetapi apa pun alasannya, tindakan imam dan orang Lewi ini tidak dapat dibenarkan dan ini adalah contoh yang buruk. Mereka lebih mengutamakan kenyamanan dan keamanan mereka, serta kekudusan mereka secara hukum dibandingkan dengan menyelamatkan nyawa orang.

Penerapan : Apakah saudara juga bersikap seperti imam dan orang Lewi ini? Bagaimana sikap saudara terhadap orang yang membutuhkan pertolongan?  Apakah saudara sering mencari-cari alasan untuk menutupi ketidakmauan saudara untuk menolong orang lain?

11.  Dari sikap imam dan orang Lewi ini terlihat bahwa mereka tidak dapat menjadi sesama manusia bagi orang yang dirampok itu seperti yang ditekankan Yesus.
12.  Yesus melanjutkan ceritanya dengan kemunculan seorang Samaria yang lalu menolong korban tersebut.

Luk 10: 33-35 - (33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. (35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

13.  Mula-mula dikatakan bahwa hatinya tergerak oleh belas kasihan. Belas kasihan ini membuat ia mau mengambil tindakan untuk menolong si korban.
14.  Perhatikan ayat 34 :

Luk 10:34 - Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya

15.  Di sini kita bisa melihat bahwa si Samaria ini mengambil resiko yang besar sekali.

Wycliffe Bible Commentary – Andai para perampok itu masih mengintai di dekat situ, maka orang Samaria ini mempertaruhkan nyawanya.

16.  Ia lalu mengobati si korban dengan membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur (obat pada masa itu) dan membawa ke tempat penginapan dan merawatnya.
17.  Di sini kita bisa melihat bahwa ia sama sekali tidak berkeberatan untuk direpotkan oleh si korban ini. Bahkan ia mau membayar biaya perawatan.

Luk 10:35 - Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
18.  Bahwa ia mengeluarkan uang demi perawatan si korban ini menunjukkan bahwa :

a.      Dia bukan orang yang pelit.

Penerapan : Apakah saudara tergolong orang seperti ini? Ataukah saudara adalah orang pelit yang tidak bisa mengeluarkan uang demi menolong orang lain?

b.      Dia tidak mencintai uang lebih daripada mencintai nyawa manusia.

Penerapan : Bagaimana dengan kita? Apakah kita lebih mencintai uang daripada nyawa manusia?

Ilustrasi : Father.

19.  Dengan melakukan semua ini, maka si Samaria ini telah bertindak sebagai sesama manusia bagi si korban tersebut.

III. PELAJARAN TENTANG KASIH.

1.      Dari oknum-oknum yang ditampilkan dalam perumpamaan ini yakni imam, orang Lewi dan orang Samaria, yang harus menjadi teladan bagi kita adalah sikap orang Samaria itu.
2.      Kita tidak boleh menjadi seperti imam dan orang Lewi dalam cerita ini yang hanya mengutamakan kenyamanan dan keamanan serta status sosial atau keagamaan kita lalu mengabaikan orang lain yang membutuhkan pertolongan kita.
3.      Sebaliknya kita harus belajar dari si Samaria yang tidak menghiraukan banyak hal bahkan keselamatan/keamanannya sendiri, ia bahkan rela rugi demi menolong orang lain.  
4.      Lewat sikap orang Samaria ini kita dapat belajar 3 prinsip mengasihi sesama manusia :

a.      Kita harus mengasihi sesama manusia dengan tindakan nyata.

·         Ketika si Samaria ini melihat si korban, hal pertama yang terjadi adalah hatinya tergerak oleh belas kasihan.

Luk 10:33 - Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

·         Selanjutnya belas kasihan dari si Samaria ini dilanjutkan dengan tindakan nyata yakni membalut luka-luka si korban, mengobatinya dengan minyak dan anggur lalu membawanya ke tempat penginapan dan membayar biaya perawatannya.
·         Menarik bahwa si Samaria ini tidak hanya sampai pada batas belas kasihan di dalam hati tetapi belas kasihannya diwujudkan dengan sebuah tindakan nyata.

Matthew Henry – Belas kasihan yang ada pada diri orang Samaria ini bukanlah belas kasihan yang berpangku tangan. Baginya, belumlah cukup untuk sekedar berkata ”semoga cepat sembuh”, ”semoga ada yang menolongmu” (Yak 2:16), tetapi saat hatinya tergerak, ia mengulurkan tangannya kepada orang yang malang yang miskin ini.

Yak 2:16 - dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
·         Dengan kata lain, orang Samaria ini menunjukkan kasihnya kepada sesama dengan perbuatan dan bukan dengan teori atau kata-kata.
·         Imam dan orang Lewi mungkin banyak berteori tentang kasih tetapi mereka tidak mewujudkannya dengan tindakan nyata. Sebenarnya itu hanya mmebuktikan bahwa tidak ada kasih di dalam hati mereka.

1 Yoh 3:17 - Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
·         Tindakan si Samaria ini dapat menjadi pelajaran bagi kita agar belas kasihan kita jangan hanya terbatas di dalam hati saja tetapi tidak di dalam perbuatan kita?
·         Seringkali ketika melihat orang lain dalam penderitaan, reaksi kita adalah ”kasihan ya?” tetapi belaskasihan itu hanya sebatas kata-kata di bibir tanpa pernah menggerakan tangan kita untuk menolong orang yang menderita itu.

Contoh : Doa makan.

·         Camkanlah bahwa kasih bukan ketika kita tersenyum kepada orang lain dan mengucapkan ”I love you” kepadanya, bukan juga ketika kita bernyanyi “Kukasihi kau dengan kasih Tuhan” tetapi ketika tangan kita diulurkan untuk menolong mereka yang menderita.

Ilustrasi : Diskusi kasih.

·         Ada seorang janda miskin yang sangat menderita, kelaparan, kekurangan, dsb yang berkali-kali datang meminta pertolongan kepada pendetanya, tetapi setiap kali ia datang, pendetanya hanya berkata ”akan saya doakan”, ”nanti kita lihat bagaimana bisa menolong”, ”saya akan bicarakan dengan para majelis”, dsb, tetapi semua teori itu tidak pernah menjadi kenyataan. Janda itu lalu menulis surat kepada si pendeta :

”Aku kelaparan dan anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparanku. Aku terpenjara dan anda menyelinap ke Kapel dan berdoa untuk kebebasanku. Aku telanjang dan anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilanku. Aku sakit dan anda berlutut mengucap syukur atas kesehatan anda. Aku tidak mempunyai tempat berteduh dan anda berkhotbah kepadaku tentang kasih Allah sebagai tempat berteduh spiritual. Aku kesepian dan anda meninggalkanku untuk berdoa  bagiku. Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat dengan Allah tetapi aku tetap amat lapar, amat dingin dan amat kesepian”.

·         Saya kira ini adalah protes bagi kasih yang hanya diungkapkan lewat kata-kata dan tidak dengan perbuatan.
·         Marilah kita belajar dari si Samaria ini untuk mewujudkan kasih di dalam hati kita dengan perbuatan nyata.

1 Yoh 3:18 - Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
b.      Kita harus mengasihi  / menolong sesama manusia tanpa pandang bulu.

·         Tadi sudah saya jelaskan bahwa kemungkinan besar si korban itu adalah orang Yahudi. Tetapi menariknya adalah yang menolong dia bukanlah imam dan orang Lewi itu yang adalah sesama orang Yahudi dan tentu seagama dengannya. Yang menolong dia justru adalah orang Samaria yang berbeda suku bangsa dan agama.
·         Lebih menarik lagi kalau kita mengetahui bahwa antara orang Yahudi dan orang Samaria ada dendam kesumat yang sudah berumur ratusan tahun (400-500 tahun sampai zaman Yesus) dan karena itu tidak ada hukumnya untuk tolong menolong di antara mereka.

Yoh 4:9 - Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
·         Permusuhan mereka terkait dengan persoalan sejarah sejak zaman pembuangan.
·         Dalam serial khotbah Israel sudah saya jelaskan bahwa ketika bangsa Asyur menyerang dan menghancurkan Israel (Kerajaan Selatan), mereka lalu menawan mayoritas orang Israel dan disebarkan ke berbagai daerah kekuasaan Asyur dan lalu tawanan-tawanan dari bangsa lain disebar juga ke berbagai daerah termasuk daerah Israel. Dengan demikian dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah perkawinan campur antara orang-orang Israel yang tertinggal (tidak ikut dibuang) dengan orang-orang pendatang itu. Hasil dari kawin campur ini yang menghasilkan orang-orang Samaria. Jadi orang Samaria boleh dianggap sebagai keturunan peranakan / blasteran. Sebaliknya orang-orang Israel yang dibuang ke berbagai negeri Asyur dan juga Babel masih dengan ketat mempertahankan kemurnian ras mereka dengan menolak kawin campur dengan penduduk lokal.  (Ini terjadi sekitar tahun 722 SM).
·         Ketika mereka pulang dari pembuangan di bawah kepemimpinan Ezra dan Nehemia dan hendak membangun kembali Bait Allah yang sudah hancur itu, orang-orang Samaria yang merasa bahwa orang-orang Israel itu juga adalah saudara mereka mendatangi mereka dan menawarkan bantuan mereka.
·         Sayang sekali tawaran mereka ditolak mentah-mentah oleh orang Israel yang menganggap mereka sebagai najis, berdarah kotor karena di dalam darah mereka sudah mengalir darah bangsa lain.
·         Orang Samaria yang merasa tersinggung dengan penolakan dan anggapan itu lalu berusaha menyerang Israel dan Bait Allahnya. Akibatnya setelah Bait Allah selesai dibangun, orang Israel melarang orang Samaria untuk masuk kota Yerusalem apalagi berbakti di Bait Allah.
·         Akibatnya orang Samaria lalu membuat Bait Allah sendiri di sebuah gunung yang bernama Gerzim (wilayah Nablus di Syiria sekarang).

Yoh 4:20 - Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."

·         Mereka lalu membentuk agama sendiri sesuai dengan ajaran Musa dan karena itu mereka Kitab Suci mereka hanyalah 5 kitab Musa sedangkan kitab-kitab lain ditolak karena dianggap ditulis oleh nabi-nabi Israel.
·         Ketegangan antara Israel dan Samaria semakin hari semakin memuncak di mana mereka saling membenci satu sama lain sampai generasi-generasi selanjutnya.

*      Orang Yahudi membenci orang Samaria.

§  Karena kebencian yang makin menajam maka pada tahun 128 SM, orang Yahudi menyerang Samaria dan menghancurkan Bait Allah mereka.
§  Orang-orang Yahudi tidak mau berhubungan dengan orang-orang Samaria sama sekali, mereka sama sekali anti untuk menginjakkan kakinya di tanah orang Samaria. Mereka lebih memilih jalan memutar berkilo-kilo meter daripada menempuh jarak dekat tetapi harus menginjakkan kakinya di tanah orang Samaria.

Wycliffe Bible Commentary – Karena darah campuran mereka dan kebiasaan agama yang berbeda, orang Yahudi membenci mereka. Para peziarah ke Yerusalem pada umumnya tidak akan melewati Samaria.

§  Bahkan pada kalangan yang lebih fanatik, mereka berusaha sedemikian rupa untuk tidak mengucapkan kata ”Samaria” kecuali dalam bentuk negatif.

Luk 10:36-37 – (36) Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" (37) Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya...."

Note : Sebenarnya pertanyaan Yesus ini dapat dijawab dengan pendek oleh si ahli Taurat ini yakni ”orang Samaria itu” tetapi kelihatannya ia anti mengucapkan kata itu dan memilih menggunakan banyak kata  "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya."

§  Bahkan kata ”Samaria” dipakai juga sebagai bentuk hujatan atau makian.

Yoh 8:48 - Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: "Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?"

*      Orang Samaria membenci orang Yahudi.

§  Samaria sendiri bukanlah bangsa yang penuh kasih. Mereka juga tak ada bedanya dengan Yahudi.
§  Flavius Josephus (Antiquities 18:30) melaporkan bahwa kira-kira antara tahun 9 dan 6 SM mereka menajiskan wilayah Bait Allah untuk mencegah orang-orang Yahudi merayakan Paskah. Mereka melakukan ini dengan menyebarkan tulang-tulang manusia di halaman Bait Allah.
§  Flavius Josephus melaporkan juga bahwa dalam banyak kesempatan orang-orang Samaria menciderai pelancong-pelancong / musafir-musafir Yahudi di wilayah mereka.
§  Mereka juga melarang orang-orang melewati wilayah mereka kalau tujuannya ke Yerusalem.

Luk 9:52-54 – (52) dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. (53) Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. (54) Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?"

·         Dengan latar belakang semacam ini tentu akan masuk akal apabila si Samaria dalam perumpamaan Yesus ini tidak menolong si korban Yahudi itu.
·         Tetapi bukan itu yang terjadi. Si Samaria ketika melihat si korban, hatinya tergerak oleh belas kasihan dan ia mau menolongnya tanpa mempersoalkan bahwa korbannya adalah seorang Yahudi.

Matthew Henry – Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh bela kasihan dan sama sekali tidak mempermasalahkan kebangsaannya. Walaupun korbannya seorang Yahudi, dia tetap saja seorang manusia, manusia yang berada dalam penderitaan, dan orang Samaria itu telah diajar untuk menghormati semua orang. 

·         Sikap ini harus menjadi teladan bagi kita bahwa kita tidak boleh memandang bulu di dalam menolong.
·         Di dalam menolong orang lain kita tidak perlu mempersoalkan suku bangsa apa dia, agama apa, status sosial, tingkat ekonomi (kaya atau miskin), dsb.
·         Tetapi seringkali yang terjadi adalah di dalam menolong  orang lain, kita selalu memandang merk. Misalnya dari suku apa. Orang cenderung menolong sesama sukunya sendiri. Misalnya :
·         Jika yang menjadi bos adalah orang Rote maka berbahagialah orang-orang-orang yang bermarga Pello, Killa, Pellokila, Adoe, Fanggidae, Manafe, Malelak, Manu, dan tolasik-tolasik yang lainnya.
·         Jika yang menjadi bos adalah orang Sabu, maka berbahagialah orang-orang-orang yang bermarga Radja, Riwu, Radja-Riwu, Ratu, Rihi, Wila, Here, Wila-Here, dan dohwu-dohawu yang lainnya.
·         Jika yang menjadi bos adalah orang Timor maka berbahagialah orang-orang-orang yang bermarga Saketu, Saebani, Saekoko, dan atoinmeto lainnya.
·         Jika yang menjadi bos adalah orang Batak maka berbahagialah orang-orang-orang yang bermarga Silitonga, Sitourus, Siagaian, Simarmnata, Sipayung, Sigalingging, Simamora, Sinambela, Sihotang, Sihombing dan Si-Si yang lainnya.
·         Jika yang menjadi bos adalah orang Alor maka berbahagialah orang-orang-orang yang bermarga Kamemngmau, Kamengmai, Maikameng, Langkameng, Karpada, Laupada, Asamai, Asamoi, Alokari, Maukari, Manikari, dan lain sebagainya.
·         dll

·         Bahkan tidak jarang orang hanya mau menolong orang-orang yang kaya saja tetapi tidak mau menolong yang miskin bahkan memperlakukan mereka dengan tidak semena-mena dan bahkan menganggap mereka tidak ada dengan kata-kata ”orang tak berada”.

Ilustrasi : Nasrudin pergi ke pesta.

·         Kiranya sikap seperti ini dijauhkan dari kita. Kita seharusnya menolong sesama kita tanpa memandang bulu atau perbedaan-perbedaan bahkan kalau yang ditolong itu adalah musuh kita seperti kasus Yahudi dan Samaria.
·         Nyatakanlah kasihmu kepada siapa saja yang membutuhkannya termasuk musuh (Mat 5:43-48).

Ilustrasi : ML.

·         Firman Tuhan berkata :

Rom 12:20 - Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
c.       Kita harus mengasihi / menolong sesama manusia dengan tulus / tanpa mengharapkan imbalan.

·         Kita juga harus belajar dari si Samaria ini yang ketika menolong si korban, ia melakukannya dengan tulus tanpa harapan untuk mendapatkan imbalan sama sekali.

Internet - Lebih dari itu, sebagai seorang Samaria, ia tidak ada harapan sama sekali untuk menerima ganti rugi. Berarti, jika orang yang diserang dan dilukai itu ternyata agak kaya dan mampu membayar kembali orang Samaria ini, secara hukum orang Samaria ini tidak dapat menuntut uangnya kembali sekalipun orang itu dapat membayarnya. Mengapa? Karena seorang Samaria tidak ada kedudukan di Mahkamah orang Yahudi. Ia tidak dapat pergi ke Israel dan menuntut orang Yahudi itu di Mahkamah dan berkata, "Lihat, aku telah membayar semua biaya perawatan untuk kamu. Bukankah wajar kamu kembalikan hutangmu kepadaku? Aku tidak meminta bunga. Aku hanya meminta kembali uang yang telah kubelanjakan untuk kamu." Ia tidak dapat berbuat itu. Dengan lain kata, ia harus mengeluarkan biaya itu tanpa mengharapkan balasan sama sekali. Uang itu tidak mungkin didapatnya kembali.

·         Ada banyak kita yang pernah menolong orang lain tetapi motivasinya keliru. Ada yang ingin dipuji, ada yang ingin mendapat balasan, dll apalagi menjelang Pilkada.
·         Ada juga yang menolong orang lain tetapi sewaktu-waktu dapat mengungkit-ungkit pertolongan itu. Ini namanya pertolongan/kasih yang tidak tulus.
·         Kalau kita mengasihi dan menolong dengan tulus maka upah kita akan datang dari Bapa di Sorga.

Mat 6:4 - Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
KESIMPULAN.

1.      Di akhir cerita ini Yesus bertanya :

Luk 10:36 - Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"

2.      Ini jelas tidak menjawab pertanyaan ahli Taurat dalam ayat 29 :

Luk 10:29 - Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"
3.      Bandingkan 2 ayat ini :



 






Ahli Taurat            : Siapakah sesamaku manusia?
Yesus                    : Siapakah....adalah sesama manusia....?

4.      Jawaban bagi pertanyaan ahli Taurat seharusnya adalah : orang yang dirampok itu, tetapi jawaban bagi pertanyaan Yesus adalah : orang Samaria itu.

B.J. Boland – Ternyata bahwa Yesus sebenarnya tidak menjawab pertanyaan ahli Taurat ini secara langsung. Ahli Taurat itu bertanya tadinya ”Siapakah sebenarnya sesamaku?” Dengan perkataan lain ”bagaimana pengertian sesama itu harus diartikan?” Yesus tidak menjawab : Di pandang dari pihak imam, orang Lewi dan orang Samaria itu maka orang yang kena samun di pinggir jalan itu adalah sesama mereka. Dan juga Yesus tidak berkata ”Semua orang adalah sesamamu”. Bukan! Yesus mulai dengan membalikkan soal itu dan bertanya ”Siapakah dari ketiga orang ituyang bertindak sebagai sesamanya” terhadap orang itu (Jawab : orang Samaria itu!). – hal. 273.

5.      Di sini kita belajar satu hal penting bahwa tidaklah penting menanyakan siapakah sesama manusia bagi kita tetapi apakah kita sudah menjadi sesama manusia?

B.J. Boland – Dengan perkataan lain : Jangan ajukan pertanyaan teoritis ”Siapakah sesamaku?” tetapi mulailah secara praktis dengan bertindak sendiri sebagai sesama. Yesus tidak maubersoal jawab secara teoritis dengan akhli Taurat ini mengenai obyek/sasaran dari kasih kepada sesama itu (yakni mengenai orang-orang kepada siapa kasih harus ditujukan), tetapi secara langsung mau berbicara tentang pelaku/subyek dari ”kasih kepada sesama” itu (yakni mengenai ornag yang harus melaksanakan kasih kepada sesama itu? – hal. 273.

6.      Bahwa kita adalah manusia tidak diragukan lagi tetapi bahwa kita adalah “sesama manusia” mesti harus diragukan.
7.      Banyak orang hanya menjadi manusia tetapi tidak menjadi sesama manusia. Bahkan banyak manusia menjadi serigala bagi sesamanya (Homo Homini Lupus).
8.      Menjadi manusia terjadi pada saat kita diciptakan tetapi menjadi “sesama manusia” terjadi pada saat kita mengasihi.
9.      Pertanyaan bagi kita semua adalah apakah engkau sudah menjadi sesama manusia?
10.  Setelah si ahli Taurat menjawab pertanyaan itu, Yesus lalu memerintahkan dia untuk pergi dan berbuat demikian.

Luk 10:37 - Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Matthew Henry – Bila seorang Samaria melakukan perbuatan baik yang dapat menolong orang Yahudi yang berada dalam kesukaran, sudah barang tentu seorang Yahudi tidak berbuat baik apabila ia tidak bersedia menolong orang Samaria yang sedang kesulitan....oleh sebab itu pergilah dan perbuatlah seperti yang dilakukan orang Samaria itu, bila mendapat kesempatan, tunjukkanlah belas kasihan kepada ornag-orang yang membutuhkan pertolonganmu, dan lakukanlah dengan cuma-cuma, serta dengan penuh kepedulian dan rasa kasih, meskipun mereka tidak sebangsa dan seagama denganmu atau sependapat atau sekelompok dalam bidang iman kepercayaanmu. Biarlah kemurahan hatimu meluas sebelum engkau membangga-banggakan diri telah menjalankan perintah utama ”mengasihi sesama manusia”.


- AMIN -

1 komentar:

Dessy mengatakan...

Terima kasih banyak untuk sharingnya. Sangat memberkati dan menolong saya dalam membuat khotbah dari perikop ini juga. Tuhan Yesus memberkati :)